BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sunday 11 July 2010

Menjual Waktu Dengan Pahala

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-hadid: 16)
Maha Suci Allah yang menggantikan malam dengan siang dan petang pun menyongsong malam. Hari berlalu menyusun minggu. Hitungan bulan-bulan membentuk tahun. Tanpa terasa, pintu ajal kian menjelang. Sementara, peluang hidup tak ada siaran ulang.
Siap atau tidak, waktu pasti akan meninggalkan kita
Sejauh apa pun satu tahun ke depan jauh lebih dekat daripada satu detik yang lalu. Kerana waktu yang berlalu, walaupun satu detik, tidak akan dapat dimanfaatkan lagi. Ia sudah jauh meninggalkan kita.

Begitu pun dengan pelbagai kesempatan yang kita miliki. Pagi ini adalah pagi ini. Kalau datang siang, ia tidak akan pernah kembali. Kalau kesempatan di pagi ini habis, hilang sudah momentum yang boleh diambil kerana belum tentu kita berjumpa dengan pagi esok.

Itulah yang pernah menggugah Umar bin Abdul Aziz. Suatu malam, kerana sangat letih, Umar menolak kunjungan seorang rakyat. “Esok pagi saja!” katanya spontan. Khalifah Umar berharap esok pagi ia boleh lebih segar sehingga urusan dapat diselesaikan dengan baik.

Tapi, sebuah ucapan tak terduga tiba-tiba menyentak kesadaran Khalifah kelima ini. Rakyat itu mengatakan, “Wahai Umar, apakah kamu yakin akan tetap hidup esok pagi?” Umar pun langsung beristighfar. Saat itu juga, ia menerima kunjungan rakyat itu.
Kalau kita menganggap remeh sebuah ruang waktu, sebenarnya kita sedang membuang sebuah kesempatan. Kalau pergi, kesempatan tidak akan kembali. Ia akan pergi bersama berlalunya waktu. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (Al-Ashr: 1-2)

Siap atau tidak, jatah waktu kita terus berkurang
Ketika seseorang sedang merayakan hari ulang tahun, sebenarnya ia sedang merayakan berkurangnya jatah usia. Umurnya sudah berkurang satu tahun. Atau, hari kematiannya lebih dekat satu tahun. Dalam skala yang lebih luas, pergantian tahun adalah bererti berkurangnya umur dunia. Atau, hari kiamat lebih dekat satu tahun dibanding tahun lalu.

Ketika jatah-jatah waktu itu terus berkurang, peluang kita semakin sedikit. Biasanya, penyesalan datang lewat. “Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal soleh) untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 23-24)
Tak ramai yang sedar, begitu banyak peluang menghilang
Kadang-kala, seseorang menganggap biasa mengisi hari-hari dengan santai, televisyen, video game dan bermacam lagi. Sedikit pun tidak muncul rasa kehilangan. Apalagi penyesalan.
Padahal kalau dihitung, amal kita akan terlihat sedikit jika dibanding dengan kesibukan rutin lain. Dengan usia tiga puluh tahun, misalnya. Selama itu, jika tiap hari seorang tidur lapan jam, ia sudah tidur selama 87 600 jam. Ini bersamaan dengan 3650 hari, atau selama sepuluh tahun. Dengan kata lain, selama tiga puluh tahun hidup, satu pertiga cuma dihabiskan untuk tidur.

Jika orang itu menghabiskan empat jam menonton televisyen, setidaknya, ia sudah menonton televisyen selama 43200 jam. Itu sama dengan 1800 hari, atau lima tahun. Bayangkan, dari tiga puluh tahun hidup, lima tahun cuma habis menonton televisyen. Belum lagi urusan-urusan lain. Cakap kosong, mengumpat, jalan-jalan dan sebagainya.
Lalu, berapa banyak waktu untuk ibadah? Kalau satu solat wajib menghabiskan waktu sepuluh minit, satu hari ia solat selama lima puluh minit. Ditambah zikir dan tilawah selama tiga puluh minit, kalaupun buat, ia beribadah selama lapan puluh minit sehari. Jika dikurangkan sepuluh tahun kerana usia kanak-kanak, ia baru beribadah selama 1600 jam. Atau 1.8 peratus dari waktu tidur. Atau 3.7 peratus dari waktu menonton televisyen.

Betapa banyak peluang yang terbuang. Betapa banyak waktu berlalu tanpa nilai. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3)
Tak seorang pun tahu, bila waktunya berakhir

Tiap yang bernyawa pasti mati. Termasuk manusia. Kalau dikira-kira, usia manusia saat ini tidak lebih dari enam puluh tahun. Waktu yang begitu sedikit.
Saatnya buat orang-orang beriman memaknai waktu. Biarlah orang mengatakan waktu adalah wang. Orang beriman akan berkata, “Waktu adalah pahala!”

0 comments: