BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sunday 27 February 2011

Keaiban Yang Ditutup Allah

Kita sebagai manusia merupakan makhluk yang bersifat lemah dan hamba yang penuh dengan kebergantungan kepada Allah SWT. Sepanjang kita hidup saban hari, kita tidak mungkin terlepas daripada melakukan dosa. Dosa yang kita lakukan itu boleh jadi secara terang-terangan atau secara sembunyi-sembunyi. Dosa yang terang-terangan akan mengundang rasa malu kita terhadap orang lain, melainkan jika hati kita sudah menjadi sekeras batu. Oleh itu, kita lebih banyak melakukan dosa yang tersembunyi. Dosa yang tidak siapa tahu melainkan kita dan Allah.

Daripada An Nawas bin Sam'an RA, Nabi SAW bersabda: "
Kebajikan itu keluhuran akhlak sedangkan dosa adalah apa-apa yang dirimu merasa ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya." (HR Muslim)

Kalau dibukakan segala dosa yang kita lakukan, tentu tidak akan ada sesiapa yang akan menghormati kita. Kalau Allah membuka segala dosa yang kita lakukan sembunyi-sembunyi baik dalam pandangan, pendengaran, perbuatan, ataupun lintasan hati, nescaya tidak akan ada pun manusia yang mahu memuji kita. Pujian yang manusia berikan adalah atas zahir yang terlihat mata. Namun, kita tentu lebih mengenali diri sendiri dan lebih tahu bagaimana status kita.

Apakah kita berasa sangat suci sehingga tidak pernah melakukan dosa di belakang manusia atau diri kita ini penuh dengan dosa rahsia? Misalnya di saat kita seorang diri melayari internet dan tidak ada mata lain yang melihat, apakah kita sudah melepasi batas penglihatan yang diizinkan Allah? Bagaimana dengan prasangka buruk dalam hati kita yang telah dilemparkan kepada sekian banyak manusia lain tanpa pengetahuan mereka? Bagaimana pula dengan perbuatan-perbuatan kita tatkala berseorangan? Astaghfirullahalaziim, banyak sangat dosa kita!

Firman Allah:

"...Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi..." (Surah Al-An'am:151)

Allah Maha Penyayang dan Dia tahu betapa lemahnya kita. Lalu Dia menutup keaiban-keaiban kita sehingga kita mampu berjalan di tengah-tengah manusia tanpa rasa malu, sekalipun kita telah melakukan segunung dosa di belakang mereka. Namun, adalah sesuatu yang sangat takabur jika dengan Allah pun kita tidak berasa malu. Bukankah Allah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh manusia lain tentang diri kita? Maka, setiap kali kita ingin melakukan dosa di belakang manusia, ingatlah bahawa ada Allah yang lebih patut kita rasa malu kepadaNya berbanding manusia.

Mengapa? Kerana di akhirat kelak bukan manusia yang akan menghitung amalan kita. Allah yang paling tahu tentang diri kita dan Dia jugalah yang akan menghitung amalan kita. Hanya dengan rahmatNya kita akan dimasukkan ke dalam syurga. Kalau kita merasakan lindungan Allah ke atas keaiban kita itu adalah satu zon selesa, maka kita silap. Boleh jadi keaiban yang Allah tutup sementara atas muka bumi ini akan dibukakan kepada seluruh umat manusia di akhirat kelak jika kita tak benar-benar bertaubat kepadaNya.

Kadang-kadang kita suka mencanangkan dosa orang lain, sekalipun dosa tersebut tidak diceritakannya kepada orang lain, hanya kepada kita. Ingatlah akan sebuah hadith:


Daripada Abu Hurairah r.a. berkata:

"...Dan sesiapa yang menutup keaiban seorang muslim maka Allah ta'ala akan menutup keaibannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah Ta'ala akan sentiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya..." (HR Muslim)

Hadis ini menyeru kita untuk memelihara keaiban orang lain. Sebagai timbal balik, Allah akan menutup keaiban kita di dunia dan di akhirat. Subhanallah! Masihkah kita berhajat untuk mencanangkan dosa orang lain sehingga Allah juga akan membuka keaiban kita nanti? Malulah kepada Allah, takutlah kepada ancaman Allah. Jika kita hanya malu kepada manusia, kita tidak akan malu berbuat dosa di belakang mereka. Namun jika kita malu kepada Allah, kita akan sentiasa memelihara diri daripada dosa, dalam terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

Waspadalah akan firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui." (Surah An-Nuur: 19)

Apabila Allah telah menutup keaiban kita, janganlah pula kita yang membukanya. Setelah selesai dosa sembunyi-sembunyi kita, janganlah diceritakan kepada orang lain. Renungilah sebuah hadis di bawah:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Seluruh umatku akan diampuni dosa-dosa kecuali orang-orang yang terang-terangan (berbuat dosa). Di antara orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu pagi ia menceritakan kepada manusia dosa yang dia lakukan semalam, padahal Allah telah menutupi aibnya. Ia berkata, "Wahai fulan, semalam aku berbuat ini dan itu". Sebenarnya pada waktu malam Tuhannya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi justru pagi harinya ia membuka aibnya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah." (Muttafaqun ‘alaih HR Bukhari dan Muslim).

Sungguh, Allah sentiasa menginginkan kebaikan bagi kita. Allah sentiasa membuka peluang dan ruang bagi kita untuk kembali bertaubat atas dosa yang kita lakukan di sebalik tabir. Namun, kita yang sebenarnya tidak mengambil peluang dan tidak menghargai tutupan-tutupan aib tersebut oleh Allah SWT. Setelah apa yang Allah lindungi daripada sekian banyak keaiban kita, apakah tidak wajar untuk kita bersyukur dan bertaubat? Renung-renungkan dan muhasabahlah diri kita, insyaAllah.


www.iluvislam.com

Rahmat Sebalik Ujian

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran kepada hamba-Nya, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kita, siapa di antara kita yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Allah telah memuliakan manusia sebagai sebaik-baik ciptaan. Dia menghantar Rasul-Nya untuk mengeluarkan manusia daripada gelap gelita kepada cahaya terang benderang, menuju Tuhan. Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu dengan tujuan dan bersebab.
Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Selawat dan salam buat Rasul junjungan, yang telah dihantar oleh Allah kepada Umat Manusia sebagai satu anugerah, membawa Rahmah ke seluruh pelosok alam. Demi Allah, sungguh tidak akan sesat orang yang berpegang pada tali agama Allah, menggigit Al-Quran dan Sunnah dengan gigi gerahamnya dan dia sama sekali tidak pernah mencari selainnya sebagai sesuatu yang lebih agung dan lebih utama.

Hidup ini adalah satu medan ujian. Dunia ini hanyalah sebuah persinggahan dan bukan destinasi. Sebuah perhentian dan bukan pengakhiran. Tanpa ujian, manusia takkan pernah terhantuk dan tengadah, bahkan akan terus lalai dengan dunianya sendiri yang penuh dengan angan-angan, hiasan syaitan. Ujian adalah satu bentuk interaksi antara Allah dan kita. Ujian membuatkan kita mendongak ke langit, menadah tangan memohon perhatian Tuhan. Kita selalu lupa, namun Allah tak pernah sekali-kali lalai daripada hamba-Nya.

Di hujung ujian ada Rahmat yang disediakan buat orang-orang yang berjaya, dan penyesalan buat orang-orang yang gagal. Jika kita tak pernah memahami atau cuba untuk mengerti hakikat ini, maka kita akan terus terkandas dalam ujian. Ujian demi ujian, keluhan demi keluhan, hidup terus berjalan dengan tertekan, tak pernah merasakan kenikmatan di sebalik ujian. Maka kita sangat perlu memahaminya, bahawa Rahmat Allah menanti di sebalik sesebuah ujian. Ujian itu takkan pernah hilang daripada papan cerita kehidupan ini.

Ujian membawa kita semakin dekat dengan pemberi ujian, mungkin juga sebaliknya. Ujian adalah lambang kasih sayang pencipta. Itu tanda Allah sentiasa mengambil berat dan tak pernah meninggalkan kita sendirian, kita bagaimana?

Ujian dan Iman

Firman Allah dalam surah Al-‘Ankabuut Ayat yang ke-2, ertinya:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Ayat ini menggambarkan kepada kita betapa iman itu berkait rapat dengan ujian. Kenikmatan iman itu dikecapi setelah kita berjaya melalui beberapa siri ujian yang telah ditetapkan oleh Allah. Semakin hebat ujian, semakin manis iman yang bakal kita rasai di penghujungnya, bagi orang-orang yang berjaya melaluinya. Jika kita gagal menempuhinya dengan baik, kita akan terus diberi peluang dan didatangkan lagi dengan ujian-ujian yang lain. Kita akan semakin tersasar jika kita terus menerus gagal dan tak belajar menjadi lebih baik. Allah itu begitu Maha Pengasih dan masih memberi ruang kepada kita belajar daripada ujian.

Firman Allah lagi dalam surah Al-‘Ankabuut Ayat yang ke-3, ertinya:

“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Iman itu memerlukan pembuktian. Seberat-berat ujian yang pernah kita alami, tak mungkin seberat Bilal Bin Rabah R.A. tatkala menampung batu besar di terik panas matahari padang pasir. Khabbab Bin ‘Arath R.A. begitu terseksa saat besi panas yang membara di atas kepalanya membakar dan menghanguskannya. Namun, mereka telah membuktikan keimanan mereka dan Allah mengetahui orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta. Di hujung penderitaan yang dialami generasi awal Islam itu, mereka mengakhiri kehidupan menuju alam abadi dengan penuh ketenangan.

Ujian itu adalah tempaan Allah buat orang-orang beriman. Pedang yang hebat takkan terbentuk jika tidak diketuk, dipanaskan dan ditempa dengan baik. Maka kita beruntung kerana Allah akan mengangkat darjat kita dengan ujian yang diturunkannya. Allah ingin memberikan berita gembira kepada kita jika kita bersabar atas ujian yang kita hadapi.

Lihatlah Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah Ayat 155-156, ertinya:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Kita milik Allah dan kepada-Nya kita dikembalikan)””

Ujian Pelbagai Bentuk

Tahap ujian yang ditimpakan oleh Allah kepada manusia itu berbeza-beza, berdasarkan kepada keimanannya. Bentuk ujian itu juga pelbagai. Ada orang diuji dengan wanita, yang lainnya dengan harta, anak-anak, kesusahan, kawan-kawan dan sebagainya. Bagi para pelajar, peperiksaan itu juga satu bentuk ujian. Hakikatnya, kehidupan ini sendiri keseluruhannya adalah medan ujian, akhirat nanti medan ganjaran.

Biar apa juga bentuk ujian yang kita alami, Rahmat Allah tetap akan mengiringi jika kita menghadapinya dengan penuh sabar dan pengharapan kepada Allah. Allah sangat-sangat suka jika hamba-Nya mengadu kepada-Nya, menitiskan air mata di balik tirai malam dan mengakui kelemahannya. Tidak dapat tidak, ujian itu harus dilalui dengan penuh pengharapan kepada pertolongan Allah, kebergantungan yang sepenuhnya kepada pemilik diri kita. Jika tidak, kita akan buntu mencari jalan, kerana hanya Dia penunjuk jalan.

Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah Ayat 153, ertinya:

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan Solat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Ayat ini begitu dalam maknanya bagi orang-orang yang ingin memahami, dan begitu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. Sabar dan Solat itu kunci dalam memohon pertolongan Allah. Sampai bila kita harus bersabar? Sampai Allah memberikan pertolongan. Selagi kita diuji, selagi itulah kita bersabar.

Rasulullah adalah orang yang paling hebat kesabarannya bahkan paling besar ujiannya. Dan baginda jugalah yang paling mulia di sisi Allah di kalangan seluruh Umat manusia. Maka ujian itu sememangnya menuntut kesabaran, dan kesabaran akan mengangkat darjat seorang manusia.

“Dari Abu Hurairah R.A., ada seorang lelaki berkata kepada Nabi S.A.W., “Berilah aku wasiat.” Rasulullah S.A.W. bersabda, “Jangan marah!” Beliau mengulang-ulang beberapa kali ucapan, “Jangan marah!” (HR Bukhari)

Kesimpulannya, ujian itu pasti. Pergantungan kepada Allahlah yang akan membuatkan kita tenang menghadapinya. Mungkin kita sudah puas membaca, sekarang mari kita sama-sama merasa. Wallahua’lam.


www.iLuvislam.com

Masa dan Apa Yang Kau Buat Dengannya

Bagi saya, semakin panjang tempoh cuti; contohnya cuti semester, summer holiday, dan juga tidak terkecuali cuti selepas tamat SPM, semakin lama rasa bosan yang dialami. Saya percaya orang lain juga mempunyai pendapat yang sama seperti saya. Meskipun waktu cuti adalah waktu yang paling didambakan, lebih-lebih lagi pada musim peperiksaan, namun kebosanan yang melanda menyebabkan musim persekolahan harian tiba-tiba dirindui. Sekurang-kurangnya ada juga tujuan hidup yang perlu dicapai dalam ingatan kita.

Atas kesedaran akan pentingnya masa itu, maka saya cuba melakukan cubaan pertama untuk menggunakan masa cuti musim panas saya untuk mempelajari perkara-perkara yang tiada sangkut-paut dengan akademik, supaya akhirnya bermatlamat juga cuti saya. Saya mulakan dengan membaca sebuah buku yang sudah menjadi 'jeruk' di rumah gara-gara tidak sempat dihabiskan sebelum terbang ke Ireland sementara menanti buku baru yang dibeli secara online yang entahkan bila akan tiba. Seminggu sudah berlalu namun buku itu belum sampai setengah pun yang habis dibaca disebabkan kelajuan membaca saya yang seperti sedikit perlahan.

Keberkatan Masa

Albert Einstein, manusia yang didakwa terpintar pada abad 21 pernah mengemukakan teori relatif masa. Beliau mendakwa masa itu bersifat relatif. Bagi satu tempoh masa yang sama, panjang dan pendeknya masa itu dialami secara berbeza bagi setiap individu. Misalannya: tempoh satu jam dirasakan amat lama bagi seseorang yang sedang menanti waktu berbuka puasa manakala tempoh satu jam dirasakan sangat sekejap bagi orang yang sedang menjalani peperiksaan kertas Economy Paper 1.

Namun hakikatnya, konsep relativiti ini sudah lama difahami oleh ulama-ulama silam. Konsep ini diterjemahkan dalam bentuk keberkatan masa dan umur. Seseorang yang dikurniakan dengan keberkatan masa tentulah tidak sama dengan orang yang tidak dikurniakan dengan kelebihan ini. Lihat sahaja ulama silam, kebanyakan daripada mereka boleh menghafal beratus-ratus hatta beribu-ribu hadis dan menulis berpuluh-puluh buku sepanjang tempoh hidupnya yang sesetengahnya hanya lebih sedikit daripada setengah abad. Tentulah hal ini tidak dapat dilakukan oleh seseorang yang hidupnya dihabiskan dengan bermain Playstation 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melayari Facebook berjam-jam atau menonton drama Korea atau filem-filem terbaru secara maraton.

Islam sangat menitikberatkan masa. Malahan kebaikan iman seseorang itu dikaitkan dengan kemampuannya mengurus masa dengan baik. Tambahan pula, umur terlampau singkat untuk dihabiskan untuk benda yang remeh-temeh apatah lagi dihabiskan untuk saling hasad dengki, berdendam, mengadu domba dan apa-apa sahaja yang sewaktu dengannya. Suka menangguhkan kerja serta amal ibadah bukanlah tabiat mereka yang sempurna imannya.

Abdullah bin Umar berkata:

"Apabila kamu berada pada waktu petang, janganlah kamu menanti pagi dan apabila kamu berada di pagi hari janganlah kamu menanti petang." (Hadis Bukhari)

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berkata:

"Jangan ditangguhkan kerja-kerja ini ke masa hadapan kerana kemungkinan nyawa kamu dicabut semasa kamu sedang menangguhkan."

Masa Adalah Makhluk

Sesuatu yang perlu difahami tentang masa ialah masa bersifat makhluk. Oleh itu masa itu sama sahaja tarafnya dengan makhluk-makhluk lain seperti manusia, tumbuh-tumbuhan, mahupun haiwan. Kita diciptakan dan diletakkan di bawah kekuasaan masa. Maka tiada siapa yang mampu menghalang atau merubah masa kerana masa itu bergerak di bawah perintah yang Maha Pencipta. Justeru apabila tibanya kiamat, masa turut sama terhapus dan sebab itulah waktu di akhirat tiada penghujungnya (infiniti).


Harta yang hilang mungkin boleh dicari, ilmu yang sedikit boleh ditambah namun masa yang hilang tidak boleh diganti. Saidina Ali juga pernah mengingatkan bahawa; "Masa ibarat pedang; jika kamu tidak memotongnya nescaya dia akan memotong kamu." Marilah kita sama-sama agar tidak berterusan menjadi 'siput' dalam melakukan sesuatu sedangkan masa bergerak lebih laju daripada itu.

________________________________________

Glosari:

Siput/ kesiputan: Perilaku yang perlahan

Jeruk: Sudah lama tidak terusik

www.iluvislam.com

Interaksi Terbaik Dengan al-Quran

Satu peristiwa yang amat penting kepada umat Islam ialah penurunan al-Quran pada malam Lailatul Qadar. Pada setiap Ramadan, Rasulullah s.a.w. bertadarus, belajar dan memahami al-Quran daripada Jibrail. Ia bukan sekadar membaca tetapi yang lebih penting ialah memahami dan memerhati serta melaksanakan tuntutan al-Quran. Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan bahawa Rasulullah s.a.w. telah bersabda : "Tidak ada satu kaum yang berhimpun pada satu rumah Allah daripada rumah-rumah Allah yang membaca al-Quran dan belajar memahaminya dikalangan mereka melainkan Allah menurunkan rahmat dan ketenangan, dilindungi oleh para malaikat dan diingati oleh Allah disisi-Nya".
Firman Allah, maksudnya: "Bulan Ramadan yang diturunkan padanya al-Quran untuk memberi panduan kepada manusia dan keterangan yang nyata.
(Al-Baqarah: Ayat 185)

Al-Quran merupakan cahaya yang menerangi akal, jiwa dan hati manusia serta panduan kepada sistem kehidupan manusia. Ia menjawab persoalan yang sentiasa terpahat dalam pemikiran manusia mengenai dirinya sendiri sejak sekian lama iaitu dari mana ia datang, apakah tujuan hidup dan ke mana ia akan pergi. Kenapa kehidupan ini adanya hidup dan mati. Al-Quran menjawab kesemua persoalan tersebut.

Firman Allah, maksudnya: "Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya daripada Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah memimpin orang-orang yang mengikuti keredaan-Nya ke jalan keselamatan."
( Al-Ma'idah: Ayat 15-16)

Kedatangan manusia di atas muka bumi ini membawa amanah dan kehidupannya bukan untuk sehari atau setahun sepertimana pendapat segolongan yang mengatakan bahawa yang memisahkan hidup dan mati adalah masa sahaja. Al-Quran menegaskan bahawa manusia ini dijadikan untuk mendiami akhirat untuk selama-lamanya dan kematian itu bukan sebagai penghabisan hidup malahan manusia akan berpindah dari satu negeri yang bersifat sementara ke dunia yang kekal abadi.

Firman Allah, maksudnya: "Kami jadikan kematian dan kehidupan untuk menguji siapakah yang terlebih baik amalannya." Melalui al-Quran manusia mengetahui tujuan dan matlamat hidupnya serta tugasnya sebagai hamba Allah yang memakmurkan bumi ini."
(Al-Mulk: Ayat 2)

Keistimewaan al-Quran sebagai 1dastur Ilahi ialah ia merupakan kitab yang lengkap, sempurna dan tidak mengandungi sebarang kecacatan. Al-Quran menerangkan serta meletakkan asas-asas umum yang diperlukan oleh manusia.

Firman Allah, maksudnya: "Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah."
(An-Nahl: Ayat 89)

Keduanya ialah al-Quran merupakan kitab yang mudah dan senang diingat. Allah memudahkan kepada umat Islam menghafal al-Quran serta memeliharanya daripada penyelewengan. Tidak ada satu kitab yang dihafal oleh jutaan orang melainkan al-Quran. Kitab injil juga tidak dihafal oleh tokoh-tokoh agama mereka. Sedangkan al-Quran dihafal oleh kanak-kanak Muslim walaupun bahasa Arab bukan bahasa ibunda mereka.

Firman Allah, maksudnya: "Dan sesungguhnya Kami memudahkan al-Quran untuk diingati, maka adakah orang mahu mengambil pelajaran."
(Al-Qamar: Ayat 17)

Keistimewaan ketiga ialah al-Quran merupakan kitab yang adil sepertimana keadilan Allah kepada hamba-hambanya tanpa mengira pangkat, keturunan, warna kulit, lelaki ataupun wanita.
Keistimewaan keempat ialah al-Quran ini kekal dan sesuai untuk semua zaman dan tempat. Al-Quran bukan merupakan panduan untuk satu bangsa atau untuk satu zaman tetapi ia merupakan pembawa rahmat seluruh alam. Al-Qaradawi menyebutkan bahawa al-Quran merupakan sebab kejayaan dan keberkatan orang-orang Islam awal pada zaman Rasulullah. Kehadiran al-Quran telah merubah jiwa, perwatakan dan diri bangsa Arab sehingga mereka dapat membina tamadun ilmu dan iman.

Dalam konteks kini, bagaimana sikap dan interaksi umat Islam dengan al-Quran sedangkan kita mengetahui bahawa apabila kita berpegang dan memahami al-Quran, kita merupakan umat yang terbaik dan termaju. Sebenarnya, umat lain menyedari keadaan kaum Muslimin terhadap al-Quran. Oleh itu, kita dapati beberapa siaran radio antarabangsa memperuntukkan waktu untuk menyiarkan program harian untuk bacaan al-Quran. Mereka berbuat demikian kerana mereka yakin umat Islam hari ini hanya mampu mendengar tetapi tidak memahaminya. Mereka yakin umat Islam tidak akan berubah sikap walaupun mendengar ayat-ayat al-Quran pada setiap hari dan seribu kali sekalipun. Ini disebabkan umat Islam tidak menghiraukan lagi al-Quran yang telah memberi penghormatan yang tertinggi kepada manusia. Rasulullah pernah mengadu kepada Allah mengenai sikap umatnya yang menjadikan al-Quran suatu yang tidak diacuhkan.

Firman Allah, maksudnya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini suatu yang tidak diacuhkan."
(Al-Furqan: Ayat 30)

Buta terhadap al-Quran akan menyebabkan umat Islam menghadapi penyakit umat terdahulu iaitu mereka tidak membaca kitab-kitab Taurat dan Injil kecuali untuk angan-angan belaka.

Firman Allah, maksudnya: "Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab (taurat), kecuali angan-angan belaka."
(Al-Baqarah: Ayat 78)

Buta al-Quran bukan sekadar tidak tahu membaca sepertimana dalam pengertian umum tetapi maksud buta al-Quran yang kita alami kini ialah kehilangan ilmu pengetahuan yang berteraskan al-Quran dan al-Sunnah. Kita tidak memanfaatkan segala dimensi-dimensi ilmu yang ada pada al-Quran seperti ilmu kemasyarakatan, ilmu jiwa dan ilmu akhlak. Oleh itu, kaum Muslimin perlu menjadikan al-Quran sebagai sumber rujukan ilmu pengetahuan yang tepat tentang pandangannya terhadap insan, kehidupan dan kewujudan manusia serta pandangannya tentang fitrah kemanusiaan dan sosial.

Pengabaian perkara ini yang mengakibatkan gersangnya pemikiran dan perspektif al-Quran dalam realiti kehidupan kita. Lantas al-Quran yang menjadi sumber kekuatan umat bertukar menjadi beku dan diawet dalam lipatan sejarah. Hal ini disebabkan world view yang terbina dalam pemikiran kita semenjak kecil bahawa al-Quran tidak perlu ditampilkan kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu seperti menghadapi saat-saat kematian, menziarahi kubur atau dibaca untuk menghiburkan orang-orang yang sakit tenat, selaku bacaan yang menjadi permainan mulut. Akibatnya umat Islam tidak mampu lagi berurusan dengan al-Quran secara terbaik.

Sebenarnya objektif al-Quran adalah untuk membentuk manusia. Oleh yang demikian, tuntutan al-Quran ialah menyuruh manusia berfikir, memahami, membuat penelitian dan percubaan serta mengetahui motif-motif dan sebab musabab sesuatu. Skopnya perlu diperluaskan hingga untuk mengetahui masa hadapan.

Firman Allah, maksudnya: "Dan sesungguhnya kamu mengetahui kebenaran berita al-Quran setelah beberapa waktu."
(Sad: Ayat 38)

Tuntutan al-Quran yang paling penting kini ialah melihat 2kesyumulan dan kesepaduan perspektif al-Quran terhadap hubungan dengan Allah, sesama manusia dan alam. Sementara itu, tafsir bertema merupakan aliran tafsiran baru yang dapat menonjolkan matlamat Islam. Muhammad al-Ghazali berpendapat tafsir bertema ialah menggarap sesuatu surah dengan seutuhnya, melakar gambaran menyeluruh dan menghubungkaitkan kesepaduan serta kaitan bahawa awalnya ialah pengantar dan penghujungnya ialah kebenaran kepada pengantar. Ia mengumpul dan menyusun kesemua ayat-ayat yang berkaitan dengan sesuatu tema untuk melihat bagaimana al-Quran menangani konsep secara padu dan utuh. Tafsir bertema dapat mengemukakan alternatif dan menonjolkan matlamat dan 3maqasid al-Quran. Ia juga mampu mengemukakan 4manhaj dakwah dan 5islah menurut perspektif al-Quran yang sebenar. Di samping itu, metode tafsir yang paling ideal untuk membimbing manusia mengenal pelbagai petunjuk yang terkandung dalam al-Quran.

Sepatutnya umat Islam bukan sahaja mengelokkan bacaan semata-mata tetapi juga hendaklah 6tadabbur seperti yang dilakukan oleh para sahabat. Mereka membaca, meneliti, memahami dan melaksanakan suruhan al-Quran dan kemudian baru berpindah ke ayat lain. Apabila para sahabat mendengar al-Quran terkesan penghayatannya dalam jiwa mereka. Pernah Saidina Umar bin Abdul Aziz mengulangi ayat 22-24 surah al-Saffat sepanjang malam sehingga waktu subuh sambil menangis kerana terkenang jikalau dia termasuk antara orang yang dihumban ke dalam api neraka akibat melakukan kezaliman di atas dunia ini.

Syeikh Muhammad al-Ghazali mengulas mengenai sikap umat Islam terhadap al-Quran dengan katanya "Sikap dan pendirian kaum Muslimin terhadap al-Quran yang telah memberi penghormatan kepada mereka sungguh menyedihkan. Semenjak beberapa kurun, dakwah al-Quran telah dibekukan, risalah Islam laksana sungai yang telah kering airnya atau piala yang disumbat mulutnya." Oleh yang demikian, proses interaksi dengan al-Quran yang terbaik ialah memahami dan menyelami makna serta maksud. Perkara ini amat penting supaya menghasilkan 7izzah yang selama ini telah hilang di tangan umat Islam.

Rashid Rida pernah menyebutkan bahawa kebangkitan umat bertitik tolak daripada prinsip al-Quran yang akan mengerah dan mengarah seluruh kekuatan akal dan jasad untuk kesempurnaan jiwanya dan kesejahteraan bangsanya. Revolusi itu akan membebaskan akal insani dan kemanusiaan daripada perhambaan yang dicipta oleh orang-orang yang menganggap dirinya memiliki sifat 8rububiyyah. Revolusi kemanusiaan semacam itu hanya mungkin terjadi melalui prinsip al-Quran. Al-Quran merupakan lambang dan suntikan kepada revolusi dalaman untuk membina umat yang mulia.

Al-Quran diturunkan untuk diamalkan, bukan diturunkan untuk menghias dinding-dinding rumah, bukan diturunkan untuk dibaca kepada orang-orang mati tetapi diturunkan untuk menjadi panduan bagi orang yang hidup. Al-Quran diturunkan untuk mengeluarkan manusia daripada kegelapan kepada cahaya Ilahi. Manusia berkata, "Kami hendak mengambil berkat dari al-Quran." Apakah itu berkat? Sedangkan kita tidak pernah mengikuti perintah al-Quran. Berkat itu terletak pada orang-orang yang mengikuti kitab hidayah ini.

Firman Allah, maksudnya: "Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan barakah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran."
(Sad: Ayat 29)

Malangnya, kita tidak beramal dengan al-Quran sepenuhnya. Umat surah al-Syura tetapi tidak beramal dengannya, umat surah al-Hadid (besi) tetapi tidak menguasai teknologi bidang tersebut, umat surah al-Alaq yang dimulakan dengan Iqra' tetapi tidak membaca malahan masih ramai lagi yang jahil tentang agama Islam. Di manakah kedudukan umat Islam sekarang dengan al-Quran? Oleh itu, perlulah kita bermuhasabah interaksi kita dengan al-Quran dengan menghayati falsafah penurunannya, konsep dan metode penafsiran terkini sebagai panduan dalam kehidupan manusia.

Hasil tulisan: Mohd Rumaizuddin Ghazali (Timbalan Presiden ABIM)

________________________________________

Glosari
1Dastur: Layar kecil sbg tambahan kpd layar besar.
2Syumul: Bersifat menyeluruh dan sempurna.

3Maqasid: Kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat.
4Manhaj: Kaedah, cara.

5Islah: i) Usaha utk mengembalikan sesuatu keadaan kepada suatu keadaan yang betul, tepat dan sesuai; ii) Penyelesaian perbalahan dengan jalan baik atau dengan jalan damai.

6Tadabbur: Memerhati, memikir dan menghayati.
7Izzah: Kemuliaan atau kehormatan (diri).

8Rububiyyah: Pegangan yang pasti dan kukuh bahawa Allah sahaja pencipta, pemberi rezeki, menghidupkan, mematikan, mentadbir sekalian urusan makhluktanpa ada sekutu bagi Allah dalam urusan-urusan tersebut.

Dosa Tinggal Solat Lebih Besar Daripada Zina

Pada satu senja yang lengang, kelihatan seorang wanita berjalan dalam keadaan terhuyung-hayang. Pakaiannya yang serba hitam menunjukkan dia dicengkam kesedihan manakala kerudungnya menutup rapat hampir seluruh wajahnya.
Walaupun tidak bersolek atau memakai perhiasan lain di tubuhnya, kulitnya yang bersih, memiliki tubuh yang ramping dan rona wajah yang ayu, tetap tidak dapat menghapuskan kepedihan yang sedang membelenggu hidupnya.

Dia melangkah perlahan-lahan mendekati rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu perlahan-lahan sambil mengucapkan salam. Apabila terdengar ucapan ‘silakan masuk’ dari dalam, wanita cantik itu melangkah masuk sambil kepalanya terus tertunduk.
Air matanya berderai ketika dia berkata: “Wahai Nabi Allah, tolonglah saya, doakan saya supaya Tuhan berkenan mengampunkan dosa keji saya,” “Apakah dosamu wahai wanita ayu?” tanya Nabi Musa a.s. terkejut. “Saya takut mengatakannya,” jawab wanita cantik itu. “Katakanlah, jangan ragu-ragu,” desak Nabi Musa.

Lalu wanita itu memulakan cerita, “Saya….telah berzina.” Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, “Dari penzinaan itu, saya pun…. hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya…cekik lehernya sampai…mati,” cerita wanita itu sambil menangis sekuat-kuat hati.

Mata Nabi Musa berapi-api dan dengan muka yang berang, dia mengherdik, “Perempuan jahat, nyah kamu dari sini! Supaya seksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku kerana perbuatanmu. Pergi!” teriak Nabi Musa sambil memalingkan muka kerana jijik.
Mendengar herdikan itu, wanita itu pun segera bangun dan berlalu dengan hati yang hancur luluh. Ketika keluar dari rumah Nabi Musa, ratapannya amat memilukan. Dia terfikir ke mana lagi dia hendak mengadu kerana apabila seorang Nabi sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang betapa besar dosanya dan jahat perbuatannya.

Tetapi dia tidak tahu bahawa sepeninggalannya, Malaikat Jibril turun berjumpa Nabi Musa. Lalu Jibril bertanya: “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu ada dosa yang lebih besar daripadanya?”
Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita penzina dan pembunuh itu?” tanya Nabi Musa kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?” “Ada,” jawab Jibril dengan tegas. “Dosa apakah itu?” tanya Nabi Musa lagi. “Orang yang meninggalkan solat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina.”
Mendengar penjelasan itu, Nabi Musa kemudian memanggil wanita itu untuk menghadapnya semula. Dia mengangkat tangan dengan khusyuk untuk memohon ampunan kepada Allah S.W.T untuk wanita itu.

Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahawa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu ke atas dirinya. Bererti, dia seakan-akan menganggap remeh perintah Allah, bahkan seolah-olah menganggap Allah tiada hak untuk mengatur dan memerintah hambaNya.

Sedangkan orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan bersungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di dalam dada, yakin bahawa Allah S.W.T itu ada dan berada di jalan ketaatan kepadaNya. Itulah sebabnya Allah pasti mahu menerima taubatnya.


www.iluvislam.com

You Got Beauty, I Got Healthy

" Kamu tahu apa itu wanita? Jika kamu kaum lelaki, kamu pasti akan pelik dengan sikap wanita. "

Bumi pinjaman Allah ini dipenuhi dengan pelbagai jenis ciptaan. Kamu cantik, kamu bijak, kamu tinggi,kamu rendah, kamu sihat itu semua ciptaan yang menjadi sebahagian daripada hidup kita. Kadangkala kita tidak berpuas hati kerana kita kurang bijak daripada rakan sekelas. Kadangkala juga kita merasakan wajah kita tidak sesempurna insan lain.

" Mengapa mereka cantik, sihat, tinggi, rendah dan lain-lain lagi sedangkan kita tidak begitu? "

Jawapannya mudah iaitu ;
" You got beauty I got healthy! "

You got beauty I got healthy:
Jika kita toleh ke arah kanan dan kekiri pasti pelbagai bentuk dan jenis manusia yang akan kita dapati. Percayalah mereka dan bahkan diri kita mempunyai ciptaan yang teristimewa di dalam diri masing-masing. Kita mahu cantik seperti kawan kita. Dirinya sering mendapat perhatian sedangkan kita tidak ditoleh langsung. Mungkin dia ada kecantikan. Tapi sedarlah bahawa didalam diri kita juga pasti ada sesuatu yang mungkin masih belum kita temui. Satu anugerah yang masih belum kita terokai. Kadangkala anugerah itu sebenarnya lebih hebat daripada rakan kita yang cantik itu tadi.

Ini masalah besar. Bila kita menginginkan sesuatu yang bukan milik kita, maka kita harus berhati-hatilah dengan hati kita kerana percayalah, perasaan itulah nanti yang akan membawa diri kita kepada sifat benci dan dendam di atas kelebihan orang lain.

Sabda Rasulullah S.A.W ;

Ada 3 hal yang boleh merosakkan kehidupan, iaitu kikir yang ditaati, hawa nafsu yang dituruti dan seseorang yang membangga-banggakan diri sendiri
(Riwayat Tabrani)

ERTI SYUKUR?
Apabila kita sebut tentang syukur, pelbagai persepsi yang muncul dibenak fikiran. Kata kuncinya mudah. Mudah dihafal tetapi payah untuk dilaksanakan. Samada kita perasan bahawa kita sering menginginkan perkara yang insan lain miliki atau kita berusaha mensyukuri setiap perkara yang kita perolehi.

Kehidupan kita di dunia dibekalkan dengan dua perkara iaitu samada KEHENDAK ataupun KEPERLUAN. Jika dua perkara ini tidak difahami dengan baik maka hampir musnahlah kehidupan kita. Lebih-lebih lagi Allah memberikan sesuatu yang kita perlukan dan bukannya perkara yang kita inginkan.
Jika kamu menginginkan lelaki itu sebagai suami, tetapi apabila Allah merasakan kamu tidak memerlukannya, maka jodoh kamu pasti tidak akan ke mana.

Oleh itu, amat perlu bagi kita untuk memahami makna sifat syukur ini. Sedarlah bahawa jika kita punyai sifat syukur ini, segala masalah serta semua rasa tidak puas hathati kita akan terhapus dan berkubur dengan sendirinya.

فاحذو عدوك مرة # واحذر صديقك الف مرة
فلربما القب الصديق # فكان اعرف بالمضرة

Berhati-hatilah kamu terhadap musuhmu satu kali
Tetapi berhati-hatilah kamu kepada temanmu seribu kali
Suatu saat, sahabatmu akan berbalik
Kerana dialah yang lebih mengetahui


www.iluvislam.com

Mengapa Tidak Iktikaf?

Bahagian dari nilai yang terkandung dalam ibadah shaum adalah agar pencernaan tubuh manusia dapat berehat. Seperti dalam dunia pendidikan, di mana ada musim cuti tahunan dalam rangka memperbaharui semangat belajar.
I’tikaf hampir sama dengan musim cuti yang merehatkan jiwa dan fikiran, bahkan fizikal. I’tikaf merupakan pintu keluar seorang muslim dari rutin kehidupan dunia atas kesibukan dan kerumitannya. Seorang yang I’tikaf akan menghadap Penciptanya, Dzat Pencipta dunia seisinya ini. Seorang yang beri’tikaf sedang memutus dirinya dari kesibukan dunia dan memburu bekal perjalanan kehidupan yang ia perlukan sampai hari ajal menjelang. Bukankah ini bahagian yang kita fahami dari firman Allah swt. “Dan berbekallah, kerana sebaik-baik bekal adalah takwa.”

Dalam I’tikaf, jika dilakukan dengan memenuhi syarat dan keadaan yang mendukung, niat yang lurus, akan mengantarkan pelakunya menemukan dirinya yang sebenarnya di hadapan Allah swt. Tidak ada jarak antara dirinya dan Allah swt. Tidak ada makhluk yang merintanginya. Kerana ia diciptakan dalam keadaan seorang diri, bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dan akan datang pada hari kiamat seorang diri jua.
Dalam I’tikaf seseorang melakukan proses penguatan imannya kepada Allah swt. iman kepada Sang Pencipta, Dzat yang Mengendalikan segala sesuatu. Kerana itu, siapa sebenarnya yang berhak untuk ditakuti?? Atau siapa yang layak ditakuti perhitungannya, selain dari Allah swt.??

Hari-Hari Tertentu
Pelaksanaan I’tikaf hanya beberapa waktu saja, sejumlah hitungan jari, iaitu sepuluh hari terakhir Ramadhan saja, dari tiga ratus enam puluh lima hari yang Allah swt. sediakan. Semestinya perintah ini tidak memberatkan, jika dibanding jumlah hari yang begitu banyak dalam hitungan tahunnya. Sehingga, apakah jika beberapa hari atau beberapa jam seseorang tidak mencari duit dan kekayaan, waktunya digunakan untuk melaksanakan sunnah i’tikaf, ia akan mengalami kerugian atau mengalami bahaya?
Padahal jika ia beri’tikaf, ia telah melaksanakan perintah dari Tuhannya, perintah dari Zat Pemberi Rezeki dan Zat yang Maha Pemurah, Zat yang Menguasai dunia dan isinya…

Pemilik dunia ini juga yang menjadikan malam-malam tertentu di akhir Ramadhan sebagai malam-malam ibadah; untuk solat, menghidupkan malam –qiyamullail-, tilawah dan zikir, untuk selanjutnya ia keluar dari pelaksanaan i’tikaf dan bulan suci Ramadhan dengan hati yang bersih, iman yang kuat, ilmu dan pengetahuan yang melimpah, dengan itu ia mengetahui dirinya sendiri dan mengenal Tuhannya, yang boleh jadi ia tidak ketahui sebelum ia melakukan i’tikaf.
Jika kita mengetahui sebahagian dari nilai dan hikmah i’tikaf ini, kita pasti akan meletakkannya sesuai kepentingannya, sebelumnya juga kita tidak akan menzalimi diri sendiri dengan meremehkannya, juga setelah mengetahui nilainya tidak akan berdiam diri dan bermalas-malasan.

Beri’tikaf bererti meraih sumber mata air yang menguatkan iman laksana mukjizat. I’tikaf menumbuhkan sikap dermawan tak terhingga, mendorong seorang mukmin untuk terus beramal tanpa henti, menumbuhkan cita-cita tanpa putus asa. Beri’tikaf mengikatkan diri dengan Allah swt. yang dengannya tidak akan bererti setiap ikatan-ikatan emosional lainnya. Beri’tikaf sekaligus meringankan beragam rintangan di jalan dakwah dan medan amal.

Berbeza dengan sekelompok orang yang selalu dikungkung beragam pekerjaan yang tidak dapat ia tinggalkannya dengan berbagai alibi dan alasan, walau untuk beberapa hari atau beberapa jam saja untuk beri’tikaf. Orang seperti ini layaknya seseorang yang merawat orang yang sakit, yang selalu memerlukan rawatan, atau seperti orang gila yang selalu memerlukan pengawasan, tidak dapat ia tinggalkan. Kelompok orang yang demikian jauh lebih memerlukann uluran bantuan dan kebaikan doa, agar Allah swt. melipat gandakan pahala kepada mereka di dunia dan akhirat.

Tipu Daya
Orang yang tidak dapat beri’tikaf pada dasarnya hanya mencari-cari berbagai alasan. Padahal boleh jadi alasan-alasan itu merupakan propaganda dan alibi semata.
Sungguh, dunia terus akan membebani jiwa, bahkan semakin tenggelam dengan kehidupan dunia akan semakin membebani jiwa. Padahal ubat dari beban berat jiwa itu adalah i’tikaf.

Perangkap syaitan akan menyusup dan membisikkan bagi orang yang beri’tikaf bahawa apa yang ia lakukan –bekerja- juga dalam rangkaian beribadah kepada Allah swt, kerana itu tidak boleh diganggu dengan i’tikaf. Jika propaganda syaitan ini terus mendominasi dirinya, maka lama-kelamaan ia akan sukar menerima kebenaran, berat melakukan i’tikaf. Padahal i’tikaf menjadi ubat yang disediakan oleh Zat Yang Maha Penyembuh dari berbagai penyakit.

Ya, hendaknya di hari-hari penghujung Ramadhan ini kita memiliki kemampuan untuk melihat agama dan dunia kita secara seimbang dan proporsional sebagaimana yang dikehendaki Allah swt. dan agar kita merasakan –meskipun sekejap- manisnya memutuskan diri dari kesibukan dunia untuk berintim dengan Allah swt., beri’tikaf. Sehingga dengan upaya itu akan merubah jiwa dan hidup kita menjadi lebih baik, dan itu berlangsung selama Ramadhan satu ke Ramadhan yang berikutnya, biidznillah. Allahu a’lam.

Husnuzhon, and The Way Will be Shown

I want to share a story about one of my friend, she's been practicing Law Of Attraction for almost two month before this scenario took place. Recently, she had to fly to oversea for a few days for some reason. Her flight will be departure most probably at 8.00 pm and she have to be there at least one hour before departure. She have already make a preparation a day before, packing up everything, and on that day, her relative sent her to airport in the afternoon. I received her call when she was on her way to the airport.

My Friend : Everything turn upside down! Why this thing happen? even i have focus and give commitment to make everything smooth! What's wrong with my focus? Did i make something wrong?

Me: Why? What happen, be cool..

My friend : Firstly, Only after we past the toll, i realize that i am wearing my old garbage shoes! I have bought a new shoes for this event, but i forgot that I have left it home! I got into the car without changing my shoes!

Me: what? Hahaha...

My friend : Secondly, its my bag! i can't pull the zip! I got a lot of stuff to bring! and i don't wanna leave any single of it...i think now its more than my weight excess limit..may be i have to pay extra for the excess...

Me: (speechless).. Control your emotion..

My Friend : And for my bonus, why must this thing came to me at this moment? Its not the time yet, It should be another week! Do you understand what i mean?

Me: No..I don't

My Friend : I mean menstrual period lol!..its not the time yet!..

Me : owh..sorry...Ok..Ok..can you please calm down? and take a deep breath? And pray to Allah

My Friend : I'm trying..but I'm really frust..anyway thanks for your advice..the phone line is not so good, your voice is breaking up...

and the line cut....and what I can do is to pray for her, may Allah ease her on every situation.

And that night, just a few minute before her flight departure, I got a text message from her..

Hi there, everything is just fine...

1. About my shoes, my dad just bought for me an expensive branded shoes at the airport and Its one of my dream shoes.

2. He also bought me a bigger baggage, only after that we realize that my small bag is only for 3kg. So, after changing the baggage, all my stuff is still below the excess limit.

3. Because of the menstrual period, I don't have to worried about my solat, either to jama' or qasar, God ease me and helped me a lot! Syukur Alhamdulillah. Ok, see you then, and thanks.

So, there is always a good reason and explanation beyond everything that we assume as a bad luck. Be positive, Husnuzhon, and we will be shown..

In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful.

65:2 With that is admonished he who believes in Allah and the Latter Day. And whoever keeps his duty to Allah, He ordains a way out for him,

65:3 And gives him sustenance from whence he imagines not. And whoever trusts in Allah, He is sufficient for him. Surely Allah attains His purpose. Allah indeed has appointed a measure for everything.

(At-Talaq : 2,3)


www.iluvislam.com

Cinta Yang Pasti

Remaja selalunya dikaitkan dengan cinta. Agak pelik jika dilihat seseorang yang memegang gelaran remaja tidak mempunyai perasaan ingin bercinta dan dicintai juga tidak ada keinginan untuk berkenal-kenalan (kononnya) dan berhubungan sama ada secara SMS ataupun surat (baru romantik kononnya) dengan sahabat lain yang berlainan jantina.
Adakah Islam membunuh terus naluri cinta ?
Adakah Islam langsung tidak memberi peluang kepada seseorang
untuk merasakan perasaan cinta?
Adakah Islam ini terlalu kejam apabila mengekang seseorang itu
daripada terjebak dengan percintaan ?

Bukan begitu saudaraku...

Islam adalah agama yang syumul! Segalanya sudah ditetapkan oleh syari'at supaya manusia tidak terus tenggelam pada bisikan dunia. Cinta yang diimpikan semasa remaja cuma fatamorgana yang tidak kekal. Cuma mainan remaja yang dibisik oleh hawa nafsu dan syaitan yang cuba menarik setiap bani Adam untuk bersamanya di neraka.

Cinta remaja sering membuatkan kita menipu diri sendiri. Pada fikiran sebilangan remaja, 'cuma setakat menelefon dan menghantar mesej dan surat bukannya sampai berjumpa berdua-duaan di taman bunga'

Firman Allah S.W.T:
(٣١) وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓ‌ۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ فَـٰحِشَةً۬ وَسَآءَ سَبِيلاً۬

Maksud : Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat (yang membawa kerosakan).


Sedangkan mendekati zina pun sudah ditegah. Apatahkan lagi berzina!.
Mengapa Allah kata,
'JANGAN' kamu 'MENDEKATI ZINA'?

Mengapa tidak dikatakan,
'TIDAK PATUTLAH KAMU MENDEKATI ZINA'

atau
'TIDAK BAIK KAMU MENDEKATI ZINA'?

Ini kerana Islam telah menegaskan bahawa mendekati zina itu saja sudah haram hukumnya, apatah lagi jika berzina.

Asyik daripada menelefon kekasih pujaan itulah akan menaikkan keinginan nafsu untuk berjumpa dan kemudian ke arah kegiatan-kegiatan yang seterusnya.

Ketahuilah sahabat-sahabatku sekalian,

Sesungguhnya terdapat enam perkara yang mendekatkan diri kita kepada zina. Moga kita sama-sama dapat memelihara diri kita dari menghampiri dan kemudiannya melakukan perkara-perkara tersebut yang antaranya :

1. (Melihat) نظرة
-Zina itu bermula apabila seseorang itu tertarik kepada pasangan yang berlainan jantina dengannya

2. (Senyum)فسامهم
-Seterusnya senyuman diukir untukmenarik perhatian masing-masing

3.(Memberi Salam) فسلام

- Salam diberi sebagai tanda memulakan hubungan

4.(Bercakap Kosong) فكلام
-Setelah mengenal hati budi masing-masing, seringkali mnelefon dan menghantar mesej yang semuanya dipenuhi dengan cakap kosong dan angan-angan cinta

5. (Berjanji)فموعدون
- Mula mengikat janji untuk berjumpa untuk mengenali dengan lebih dekat dan melepaskan rindu di hati

6. (Berjumpa) فلقاءون
-Dan satu perjumpaan diadakan berdua-duaan (tiga sebenarnya - yang ketiga makhluk bernama syaitan) maka akan berlakulah zina di mana nafsu tidak mampu menahan amarah, disinilah permulaan zuriat dibuang di longkang-longkang, di celah-celah belukar serta semak samun, di tong-tong sampah, di jalanan dan juga di kaki lima. Di sinilah permulaan tergadai segala kehormatan diri. Disinilah permulaan untuk melepaskan nafsu yang tidak pernah kenal kepuasan dan maruah diri.


Zina bukan sahaja menggadai kehormatan diri malah kehormatan agama, masyarakat dan ibubapa malah merosakkan generasi ummah! Mahukah kamu untuk memalit najis yang hina di muka ibubapa setelah mereka membesarkan kamu ibarat menjaga sebutir permata yang berharga? Mereka juga yang telah bersusah payah melahirkan serta membesarkan kamu dengan menggunakan segala kudrat yang ada. Mereka yang telah banyak berjasa dalam kehidupanmu

Wahai rakan-rakanku sekalian,

Waktu ini bukanlah masanya lagi untuk kita bercinta. Perjuangan dan perjalanan masih jauh dan kita masih mentah untuk melalui alam percintaan. Percintaan yang sebenar bermula apabila kita mula mahu melangkah ke gerbang perkahwinan.

Carilah cinta yang disandarkan kepada-Nya yang menjanjikan kemanisan di dunia dan kelebihan di akhirat. Sesungguhnya cinta kepada makhluk ciptaan-Nya merupakan satu fitrah yang tidak boleh dielak oleh seseorang yang bergelar manusia. Sedangkan Adam pun berasa sunyi tanpa kehadiran Hawa, bukan? Apakah yang tidak ada di syurga?

Fikirkanlah tentang ganjaran serta nikmat-nikmat yang bakal menanti kita di syurga yang tiada di dunia sementara kita melawan dari menuruti hawa nafsu kita yang sentiasa mahukan keseronokan yang tidak kekal juga kenikmatan yang tidak berpanjangan.

Marilah sama-sama kita menyeru diri kita serta kawan-kawan kita sekalian untuk kembali kepada ajaran agama kita sebagai pedoman mereka dalam kehidupan agar negara kita sentiasa dalam perlindungan dan rahmat Tuhan.

Wallahumusta'an.

Belajar Hikmah Dari Ulama'

Dewasa ini banyak peselisihan pendapat berlaku antara saudara islam. Mana perginya perpaduan yang islam ajarkan kepada semua penganutnya? Sudah lupakah kita akan perintah Allah dan ajaran para nabi? Islam tidak akan tertegak tanpa kerjasama dan perpaduan semua umat Islam untuk memelihara agama ini.

Firman Allah dalam surah Al- Hujurat ayat 10 dan 11 yang bermaksud: Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.
(surah Al Hujurat:10)

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diperolokkan) lebih baik daripada mereka(yang mengolok-olokkan), dan jangan pula perempuan-perempuan(memperolok-olokkan) perempuan lain, boleh jadi perempuan yang (diperolokkan) itu lebih baik daripada perempuan (yang mengolokkan), janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
(surah Al-Hujurat:11)

Dekatilah Al-Quran, pasti kita dapat lihat banyak firman Allah yang mengingatkan kita tentang betapa pentingnya kita memelihara hubungan sesama mu’min. Nabi junjungan kita, Rasulullah SAW juga menyuruh kita memelihara ukhuwah sebagaimana sabda baginda : Kasihilah saudara kamu seperti mana kamu mengasihi diri sendiri. Subhanallah. Maha Suci Allah. Indahnya tarbiah islam.

Imam Hasan Al-Banna pernah menyelesaikan pertelingkahan pendapat umat Islam suatu ketika dahulu hingga mereka tidak lagi besekutu, bahkan bersatu demi kasih dan cinta pada Allah yang Satu. Lihatlah kebijaksanaan Imam Hasan Al- Banna dalam menyedarkan kesilapan mereka. Hikmah inilah yang perlu kita cari bagi menyebarkan dan memperkuatkan Islam di mata dunia.

Ketika beliau memberi pengajian ilmu, seorang lelaki telah bertanya kepada Imam Hasan Al-Banna tentang tawasul, tentang adakah pahala membaca Al-Quran bagi arwah akan sampai kepadanya, tentang mengucapkan gelaran ‘saiyidina’ kepada Rasulullah SAW sewaktu membaca tahiyyat (dalam solat) dan pelbagai soalan seperti ini. Lalu Imam Hasan Al-Banna menjawab: “Sesungguhnya Allah tidak membebankan seseorang itu melainkan mengikut kemampuannya,” potongan ayat surah Al-Baqarah ayat 284.
Imam Hasan Al-Banna juga menjawab perselisihan mereka secara amali dengan menyoal dua orang pemuda. Seorang bermazhab Hanafi dan seorang lagi bermazhab Syafi’ie. Beliau bertanya “Bagaimana anda membaca Surah Al-Fatihah ketika menjadi makmum dalam solat berjemaah?.” Soalan ini dijawab berbeza antara mereka mengikut mazhab masing-masing.

Lelaki bermazhab Hanafi: saya mendiamkan diri dan tidak membacanya. Lelaki bermazhab Syafi’ie: tentulah saya membacanya. Selepas itu beliau bertanya lagi kepada dua pemuda itu: "Apabila kalian berdua selesai solat, apakah pendapat kalian mengenai solat sahabat kalian?"

Lelaki bermazhab Syafi’ie menjawab: “Mengikut mazhab saya, sudah pastilah batal solatnya kerana dia tidak membaca Al-Fatihah sedangkan bacaan itu adalah salah satu rukun-rukun solat.” Lelaki bermazhab Hanafi: “Mengikut mazhab saya, sesungguhnya dia telah melakukan sesuatu yang hukumnya makruh tahriman.”

Lantas Imam Hasan Al-Banna bertanya kepada mereka berdua : “Adakah kalian menyalahkan antara satu sama lain?” Mereka menjawab : “TIDAK”. Imam Hasan Al-Banna bertanya kepada para hadirin : “Adakah kalian menuduh kedua pemuda ini salah?” Dan jawapannya juga TIDAK.

“Maha suci Allah! Kamu mendiamkan diri kamu dalam hal ini sedangkan perkara ini berkaitan dengan sah atau batal solat. Jadi mengapa kamu tidak dapat bertolak ansur kepada orang yang membaca tahiyyat disertakan selawat Allahumma solli ‘ala Muhammad ataupun yang membaca Allahumma solli ‘ala saiyidina Muhammad dan mengapa kamu anggap khilaf hukum bacaan tersebut bagaikan suatu masalah yang paling besar di dunia?”

Pendekatan yang dilakukan secara amali ini sangat berkesan kerana mereka semua telah berpegang teguh kepada mazhab ikutan masing-masing. Lihatlah bagaimana ulama’ Islam zaman dahulu mendekati jiwa-jiwa umat Islam. Jangan sesekali memperlekeh mazhab anutan saudara islam kita yang lain. Biarpun berbeza mazhab tapi matlamat hidup kita adalah sama, iaitu untuk mengabdikan diri hanya kepada Allah semata-mata.

Wujudnya 4 mazhab adalah kerana sayangnya Allah kepada kita. Allah memberikan kita keringanan (rukhsoh) dalam beribadat jadi bersyukurlah atas kurniaan Allah.

Belajar Dari Luqman Al-Hakim

Bismillah...

Segala puji buat Maha Suci Allah, tuhan sekalian alam, pencipta dan pentadbir semesta. Tiada sesuatu berlaku tanpa izinnya, segala sesuatu berlaku dengan izinnya jua, Dia tuhan Maha Kuasa, kita hamba maha hina!. Selawat dan salam buat baginda, insan agung pekerti mulia, Muhammad Rasulullah SAW.

Saya menjadi senang menulis apabila termotivasi dengan sesuatu, dan kali ini begitu juga, semoga menjadi teguran dan ingatan buat diri sendiri, jua buat sahabat Qurra' diluar sana. Luqman al Hakim banyak nasihatnya, sampaikan namanya menjadi salah satu nama surah dalam kitab suci al Furqan. Namun seringkali nasihat2 dari kalamullah itu dipandang sepi, hanya menjadi bicara, kuliah dan tulisan semata, praktikalnya ramai yang gagal mengikuti, setuju?

Saya berharap, tulisan ini tidak menjadi begitu, jadi saya amanahkan kepada Qurra' sekaliannya untuk mengamalkan sesudah dibaca nanti, saya bukan memaksa, tetapi Allah yang menuntut segala yang benar itu untuk diamalkan, setuju?, atau kalian tidak setuju yang kita wajib mengikuti yang haq?, jika begitu sila muhasabah diri kembali. Kisah yang saya suka untuk berkongsi kali ini adalah kisah Luqman al Hakim, anaknya dan keldai. Ia adalah kisah yang sangat mengesankan saya dalam bertindak dan menghadapi pandangan manusia

Dalam mendidik anaknya untuk berhadapan dengan pandangan manusia, Luqman al Hakim telah membawa anaknya dan keldai ke pasar tempat orang ramai. Mulanya, Luqman al Hakim telah menaiki keldai itu, anaknya pula yang mengendalikan keldai itu sambil berjalan kaki, maka orang ramai berkata :

" Inilah orang tua yang tidak mengasihani anaknya, dia bersenang lenang di atas keldai, anaknya pula berjalan kaki! "

Berikutnya, Luqman al Hakim menaikkan anaknya ke atas keldai dan beliau sendiri pula yang mengendalikan Keldai dengan berjalan kaki, maka orang ramai berkata :

" Sungguh biadap anak itu, orang tua dibiarkan berjalan kaki, dia pula bersenang lenang di atas keldai! "

Seterusnya, Luqman al Hakim bersama anaknya menaiki keldai itu bersama sama, maka berkata pula orang ramai :

" Lihat!, seekor keldai membawa dua orang!, alangkah siksanya keldai itu membawa beban berganda! "

Akhirnya, Luqman al Hakim dan anaknya tidak menaiki keldai itu dan membiarkan ia kosong saja, orang ramai berkata lagi :

" Alangkah anehnya, keldai dibiarkan kosong tidak ditunggangi, tuannya pula berjalan kaki saja!"

Apa kalian dapat dari kisah ini?, saya dapat sangat banyak, dan saya mohon berkongsi sendikit. " Ridhannas ghoyatun la tudrak! ", itu kata pepatah arab yang mampu menerangkan kisah ini, maksudnya " Kepuasan atau persetujuan dari SEMUA pihak yaitu manusia adalah sesuatu yang tidak mungkin dicapai ". Inilah yang kita katakan pandangan manusia, pandangan yang selalunya silap, jika dibandingkan dengan pandangan Allah. Sangat benar, pandangan manusia itu sering berbeza beza, setiap apa yg dilakukan pasti ada saja yang kurang bersetuju, mungkin majoriti, mungkin juga minoriti, tapi hakikatnya pasti ada perbezaan.

Melihatkan kisah ini, saya tidak mengatakan yang orang ramai yang memberi komen2 itu jahil atau silap, ada benarnya setiap komen itu bukan?, ya, memang ada benarnya, saya akui itu, tetapi setiap komen itu datangnya dari pandangan manusia yang pastinya banyak kekurangan, saya mahu tanya, jika orang ramai itu tahu kenapa Luqman al Hakim berbuat demikian, yaitu utk mendidik anaknya, adakah komen yang sebegitu akan diberikan?, pasti tidak bukan?...begitulah manusia, ia tidak mengetahui apa yang terselindung, apa yang tersembunyi.

Apabila berhadapan dengan pandangan manusia dalam menilai sesuatu, apa yang dikatakan mungkin sangat jujur, namun hakikatnya, manusia akan berkata dengan apa yg dia tahu dan lihat sahaja, sedangkan mungkin masih banyak perkara yang tersembunyi yang tidak ia ketahui dan fahami, ia mungkin satu bentuk kejujuran, namun jujurnya pendapat itu bukanlah boleh menafikan pandangan Allah. Kerna inilah kita perlu sentiasa memohon untuk melihat dengan pandangan Allah yang sentiasa benar, namun seringkali pandangan Allah itu akan diganggu gugat syaitan laknatullah, kerna itu sumpah setia syaitan, memalingkan manusia dari kebenaran, ia bukan silap manusia lain, bukan silap siapa2, tetapi silap kita sendiri jika masih mahu melihat dengan pandangan manusia yg serba kurang. Kitalah yg lebih tahu situasi yang sebenar, dan Allah lah yang lebih2 lagi Maha Mengetahui.

Kejujuran perlu datang dengan pakej hikmah, ikhlas, dan benar. Tidak bijak jika jujur datang tanpa tiga perkara itu. Malah kejujuran yang sebenar adalah kejujuran yang membuat diri lebih dekat dengan pencipta, apakah boleh dikatakan kejujuran itu membawa manfaat kirannya seorang Kristian datang berdakwah kepada kita, seterusnya dengan jujur mengatakan bahawa agamanya lah yang benar, kerna itu yang dia 'iktiqadkan, adakah itu bentuk kejujuran yang kita mahu mempercayainya dan terus memeluk agama kristian?, itu contohnya, namun pokoknya, pandangan manusia seringkali tersilap, pandangan Allah adalah yang haq, jadi pandangan mana kita mahu ikuti?. Lihatlah dengan hati yang dipandu Allah.

Berkata Luqman al Hakim kepada anakandanya selepas kisah keldai di atas :

" Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah S.W.T sahaja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu "

Maksud sabda Rasulullah SAW :

Dari Ibnu Abbas radhiAllahu `anhu, katanya: Pada suatu hari aku berada dibelakang Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam (boncengan), lalu baginda bersabda: "Wahai anak, peliharalah Allah nescaya (Dia) akan memelihara kamu, peliharalah Allah nescaya (Dia) akan berada dihadapan kamu, dan jika engkau memohon maka memohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah, dan ketahuilah bahawa sekiranya umat berkumpul (bersepakat) untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, nescaya mereka tidak akan mampu berbuat demikian melainkan dengan sesuatu yang telah ditetapkan (ditakdirkan) oleh Allah, dan sekiranya umat berkumpul (bersepakat) untuk mendatangkan bencana keatas kamu, nescaya mereka tidak akan mampu berbuat demikian melainkan dengan sesuatu yang telah ditetapkan (ditakdirkan) oleh Allah. Dan telah diangkat segala pena dan telah kering segala buku."
HR : Imam Tirmidzi

Berhadapan dengan kehidupan, kita sememangnya dituntut untuk saling mengingati antara satu sama lain. Inilah fitrah kejadian manusia yang jika kita lari daripadanya, maka ia akan merosakkan kehidupan. Lengkap melengkapi antara satu sama lain, menampungi kelemahan yang lain dengan kelebihan kita, dan mengizinkan untuk kelemahan kita ditampungi oleh kelebihan insan yang lain. Manusia tidak dijadikan Allah berbilion bilion ramainya untuk hidup sendiri tanpa mengendahkan yang lain. Namun, dalam berkata dan menzahirkan pendapat, ia perlu datang dengan pengetahuan yang benar, barulah ia bakal membantu, jika bicara tanpa ilmu yang cukup, tidak memahami situasi dengan sebenar benarnya, maka apa yg diperkatakan mungkin tidak membantu bahkan merosakkan.

Maksud sabda Rasulullah SAW:

" Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, berkatalah perkara yang baik, atau lebih baik ia diam sahaja "
HR : Bukhari & Muslim

Saya memohon untuk sentiasa dibimbing Allah, dan bimbingan itu disekalikan dengan kemudahan untuk melaksanakannya, saya berusaha untuk itu. Saya juga pohonkan agar bimbingan, panduan, dan kemudahan dari Allah untuk sahabat sekalian, doakan saya juga. Semoga kita sentiasa melihat dengan pandangan Allah, dan semoga syaitan tidak mampu mengganggu gugat apa yang datang dariNya. Sesungguhnnya yakin itu dari Tuhan, keraguan itu dari syaitan, maka pilihlah apa yang datang dari Tuhan. Tetapkan hati saya, tetapkan hati kami, dan tetapkan sahabat seluruhnya dengan keyakinan dariMu, Allahumma ameen! :)

Maksud firman Allah SWT :
" Dan jika Allah kenakan bahaya kepada engkau maka tidak ada yang dapat melepaskannya melainkan Dia. Dan jika dia mahukan kebaikan kepada engkau maka tidak ada yang dapat menolak kurnianya itu "
Yunus : 107

www.iluvislam.com

Rahsia Nikmatnya Hidup

Bila hidup ini tidak halangan, tentu tidak menarik. Terlebih dahulu di-cast dengan ilmu, lalu kita amalkan dalam kehidupan, seperti bertarung dalam kehidupan nyata ini. Tapi kita harus benar-benar dapat mengukur diri kita. Misalnya, ketika terjadi pertemuan dengan kalangan tertentu, yang membuat keimanan kita turun, bererti pertemuan itu tidak bagus untuk kita. Bererti iman kita belum cukup untuk dapat menangkis pengaruh negatif dari kelompok itu. Maka untuk sementara waktu kita perlu berhijrah dari lingkungan tersebut, dalam rangka menguatkan diri. Sehingga pada waktunya, kita sudah sedia untuk terjun ke dalam kehidupan sebenar, namun kita sudah berbekal dengan kemampuan yang lebih baik. Kita harus mendakwahi mereka, ketika kita sudah yakin dengan kekuatan diri kita. Di-cast dapat juga dengan cara berkumpul dengan orang-orang soleh. Diamnya saja akan berpengaruh terhadap keyakinan kita.
Yang paling membuat hidup kita tidak selesa adalah kebingungan, ragu-ragu, dan keraguan, kerana setiap yang meragukan membuat hidup kita tidak jelas. Dalam menjalani hidup ini, apabila belum mengenal peta hidup dengan jelas, maka menyebabkan hidup menjadi gamang, ragu, dan sangat meletihkan.

Dalam menjalani hiduup ini, harus jelas hala tujunya dan bagaimana dalam melangkahnya, siapa Tuhan kita, siapa kita, apa yang bahaya, dan apa yang menyelamatkan, akan ke mana kita, dan sebagainya. Kalau sudah semuanya jelas, maka akan mantap dan tidak akan bingung dalam menjalani hidup.

Manusia diciptakan dan diurus oleh Allah SWT. Tugas kita di dunia ini adalah menjadi hamba Allah. Mematuhi apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Perkara rezeki adalah mutlak dalam genggaman Allah. Kalau kita patuh kepada Allah dan yakin dengan kekuasaan Allah, Sang Pemberi rejeki pasti akan menjamin segala keperluan rezekinya.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QS At-Thalaq : 2-3
Kita bekerja bukan hanya untuk mencari wang, tapi merupakan amal soleh dalam menjemput rezeki atau nafkah kita. Yang dicari keberkahan dan redha Allah SWT. Orang yang mencari redha Allah tidak akan ragu kepada Allah SWT sebagai pemberi rezeki, pasti kita akan bertemu dengan rezeki kita, sehingga tidak akan mahu berbuat haram. Kalau seseorang tidak mencari redha Allah, maka ia akan menghalalkan berbagai cara.
Dengan demikian, berbeza antara orang yang bekerja hanya untuk mencari wang, dengan orang yang bekerja untuk mencari redha-Nya. Orang yang mencari redha Allah, sama sekali tiada keraguan, yakin pasti bertemu dengan rezekinya. Selama sesuai dengan perintah Allah, tidak perlu menghiba-hiba kepada manusia, kerana manusia tidak dapat memberikan apa pun, tanpa izin Pemilik Semesta Alam.

Kita bergaul dengan manusia, bukan untuk menuhankan, dan memelas kepada manusia. Kita bergaul dengan manusia kerana Allah menyuruh kita bergaul dengan manusia dengan baik. Kita berbuat baik bukan untuk dihargai. Orang menghargai, dan mengakui kebaikan kita atau tidak, bukan urusan kita. Urusan kita adalah bergaul dengan manusia dengan baik sesuai perintah-Nya. Tidak boeh takut kepada manusia. Diri kita milik Allah, tak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa izin pemilik-Nya. Tidak akan pernah mati, kecuali Allah yang mematikan.

Manusia bukan pemberi rezeki, manusia hanya makhluk sebagai jalan dari ketentuan Allah. Tugas kita jelas, menjemput rezeki kita dengan cara yang halal. Semua anak-anak kita ada rezekinya. Tugas orang tua membawa anaknya mengenal siapa penciptanya, Lukmanul Hakim menjadi contoh bagaimana seorang hamba Allah, yang tidak bertuhankan selain Allah. Beliau mendidik anak untuk mengenal-Nya, dengan itu akan berjumpa dengan rezekinya yang berkah. Dan akan berjumpa dengan rezeki dan takdir terbaik dalam kehidupannya. Setelah kita mati, warisan terbesar kita kepada anak-anak kita adalah keyakinan dan istiqamah taat kepada Allah.

Dunia ini hanya tempat persinggahan. Semua kita akan tinggalkan. Dunia tidak ada apa-apa. Dunia bukan untuk memperbudak kita, tapi dunia diciptakan untuk menjadi pelayan kita. Harta, pangkat, gelaran, tidak ada apa-apa erti. Orang-orang zalim dan ingkar diberi oleh Allah dunia ini. Kemuliaan bukan dengan pencapaian duniawi, tanda kemuliaan bukan dengan berharta atau berpangkat, melainkan dengan takwa.

Takwa itu tandanya hatinya yakin, patuh kepada Allah, lahir batin. Redha dengan semua takdir yang telah ditetapkan Allah. Allah tidak pernah zalim dalam menentukan takdir kita. Jelas hidup ini hanya singgah sebentar di dunia dan dunia tidak dibawa ke alam kubur.

Siti hajar ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim yang merupakan perintah Allah, ia lantas mengikutinya. Lalu tatkala memerlukan air untuk diri dan anaknya, beliau pun berlari-lari mencari air ke bukit shafa dan marwah. Namun air tidak muncul di bukit tersebut melainkan di sekitar ka’bah yang berjarak seratus meteran dari sana.
Maka tugas kita dalam hal ini adalah untuk menyempurnakan ikhtiar, bukan menentukan hasil. Jangan pernah risau dengan janji Allah. Sesungguhnya yang berbahaya bagi diri kita adalah keburukan dari diri kita sendiri. Orang lain hanya menjadi jalan.

Sekarang masalah apa pun yang menimpa, jangan sibuk dengan orang yang menjadi jalan, melainkan sibuk dengan diri kita yang menjadi penyebabnya. Kebaikan kembali pada pembuatnya, begitu pula keburukan. Tidak ada yang merosak diri kita selain dari keburukan diri kita.

Ketika kita menghadapi kesusahan, kita tidak dapat menyelesaikan dengan kemampuan kita, melainkan dengan pertolongan Allah. Bagaimana jalan keluarnya? Adalah dengan bertaubat.

Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan menenangkan hatinya, Allah akan memberi jalan keluar, dan rezeki pertolongan dari yang tidak terduga.
‘maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh : 10-12)
Rezeki termahal dalam hidup ini adalah hati yang yakin, dan lahiriahnya patuh kepada Allah dengan istiqamah. Kejayaan orang adalah yakin kepada Allah, tidak ada keraguan dalam hatinya. Tidak bersedih hati. Kunci yakin adalah hati yang bersih. Makin bersih dari kemusyrikan, kemunafikan, dan cinta duniawi, hati akan langsung merasakan keyakinan, hati peka, doa mustajab, akhlak mulia, dan auranya tenang. Maka jangan ukur kejayaan seseorang dengan duniawinya, melainkan lihatlah sejauh mana keyakinannya yang merupakan kurnia Allah tidak ada tolok bandingannya.

Sekuat tenaga mengarungi hidup, disusuli dengan semangat kebersihan hati. Cari sahabat yang dapat membantu membersihkan hati. Seperti kereta yang tidak berfungsi whipernya/ pembersih kaca ketika hujan lebat, maka dia akan risau. Bukan tiada jalan, melainkan tidak dapat melihat jalan. Seperti itu pula ketika kita melihat dengan mata hati yang tertutup dosa. Oleh kerana itu, kembalilah kepada Allah, seperti kaca yang bersih, maka akan tampak semua yang ada, kerana tidak tertutup, seperti udara bagi paru-paru ini, penyelesaian sesungguhnya terhampar dekat kita.
Oleh Aa Gym
Terjemahan (BM): antamuSlim

Put Yourself In Other's Shoes

Bismillah...

Maksud firman Allah SWT :
" Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak tergelincir ke dalam sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa..."
(al-Hujurat : 12)

Imam Fakhruddin ar-Razi menghuraikan pula dalam Tafsir ar-Razi apa yang disebut dengan sangkaan berdasarkan ayat di atas dengan berkata :

" Sangkaan ini mestilah disokong oleh ijtihad ( usaha bersungguh-sungguh memastikan kebenarannya) dan penyelidikan yang dalam "

Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam, dengan limpah dan rahmat serta izinNya bumi beredar, mentari bersinar, bintang begermelapan, bulan bercahaya, dan manusia meneruskan kehidupan. Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, dengan nurnya alam diterangi, manusia disuluh kebenaran.

Seorang lelaki dari New York diajak untuk menghadiri satu majlis makan-makan oleh rakan Koreanya sempena satu majlis. Pabila dihidangkan dengan makanan yang pelbagai, bermangkuk-mangkuk dan berpinggan-pinggan, sehingga dia tidak tahu apa yang perlu dimakan dahulu, bahkan tanpa mengetahui apakah jenis makanan itu, ia hanya meminum air dan meminta diri untuk pulang. Setelah pulang, ia mengkhabarkan dan merungut kepada rakan-rakan yang lain bahawa makanan Korea langsung tidak sedap, tidak berkhasiat dan sangat celaru serta menyusahkan!
Jika diperhatikan, apakah kesilapan terbesar lelaki New York tersebut?...

Ya, ia tidak mahu menjadi dan meletakkan dirinya dalam masyarakat Korea itu, tanpa menyiasat dan bertanya, ia terus menghukum, sedangkan ia langsung tidak mengetahui bagaimana dan apakah keadaan yang sebenarnya.

Jika ia sudi meletakkan dan menyesuaikan dirinya dengan masyarakat Korea, maka ia akan mengetahui bahawa makanan-makanan itu tidaklah secelaru sebagaimana ia fikirkan, ia mempunyai peraturan dan cara makan yang tersendiri. Bahkan makanan Korea telah diakui secara saintifiknya ia adalah antara makanan kesihatan yang terbaik di dunia. Selain bahan bahannya, ia menitik beratkan seni penyediaan, prinsip asas iaitu lima warna, merah, hijau, kuning, putih dan hitam menjadi perkara yang perlu ada bagi setiap hidangan. Jika ia mengkaji lagi, makanan Korea menjadi berjenis-jenis itu adalah kerana sejarah seorang maharajanya yang terlalu teliti dalam soal makanan, maka tukang masak istana menyediakan makanan sedemikian rupa.

Sekarang, jika ia mengetahui betapa istimewanya makanan tersebut, adakah ia akan melepaskan peluang untuk mencuba? Adakah ia akan merungut? Atau adakah ia akan terus berasa jengkel?...

Qurra' yang dikasihi,

Hidup kita di dunia bukan seorang diri, bahkan dijadikan Allah berbilang bangsa untuk saling mengenali. Hakikat kehidupan, setiap hari kita akan berhadapan dengan pelbagai keadaan dan ragam manusia. Jika kita mengamalkan sikap untuk menghukum tanpa mengetahui apa yang sebenar, layaklah gelaran kera sumbang untuk diberikan. Kita tidak akan dapat menilai dan mengetahui apa yang sebenarnya jika kita hanya melihat kepada diri sendiri, setiap yang kita suka tidak semestinya disukai oleh yang lain. Inilah yang memerlukan kita untuk berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan dan sikap pihak yang lain, menyelami permasalahan dan situasi sebenar, barulah kita akan mengetahui punca sesuatu terjadi.

Maksud firman Allah SWT :
" Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal "
(al-Hujurat : 13)

Bukan sekadar dapat mengetahui lapisan atas permasalahan atau keadaan yang berlaku sahaja, bahkan bersikap meletakkan diri dalam situasi pihak lain juga membekalkan kita dengan pelbagai maklumat tambahan sebagai bonus, lihat saja contoh si lelaki New York tersebut, ia malah bakal memperoleh maklumat tentang sejarah makanan Korea jika di selidiki. Maklumat tambahan sedimikian akan menjadi nilai tambah untuk kita dalam mengenal dan membaca situasi, menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya tersimpul, mengelakkan konflik dan sebagainya.

Dalam bersahabat, berjamaah, berorganisasi, tidak dapat tidak untuk kita berusaha meningkatkan kebolehupayaan dalam mengenal dan memahami situasi pihak lain. Jika ini tidak berlaku, pastinya konflik bakal timbul dan akan lahirlah sikap nafsi-nafsi. Melihat hanya diri sendiri yang betul dan hebat, memandang rendah pendapat yang lain, seolah-olah hanya kita yang diberi akal oleh tuhan. Sikap cepat menghukum, seolah-olah kita tahu segalanya tidak lain hanya akan membawa kepada kemudharatan, maka elakkanlah, yang demikian, usahakan apa yang dikatakan " Put Yourself in Other's Shoes "

Satu kisah Rasulullah SAW juga pernah disangka buruk sepertimana yang direkodkan dalam satu hadith sohih, maksudnya :

Berdiri seorang lelaki yang matanya ke dalam, lebat janggutnya, kepalanya tercukur lalu berkata : " Wahai Rasulullah bersikap takutlah kepada Allah " ( Sebagai tanda tidak puas hati terhadap pembahagian yang dilakukan oleh Nabi).

Baginda menjawab : " Bukankah aku sepatutnya ( sebagai Rasulullah ) orang yang paling takut kepada Allah."

Lelaki itu terus beredar dan Khalid al-Walid berkata : " Adakah perlu aku memenggal kepalanya " (kerana tidak taat kepada pembahagian yang dilakukan oleh Nabi dan seolah-olah telah murtad)

Baginda menjawab : " Tidak, mungkin ia orang yang masih menunaikan solat ".

Khalid berkata : " Berapa ramaikah yang menunaikan solat dan lidahnya berkata sesuatu yang tidak sama dengan apa yang di dalam hatinya (merujuk kepada orang munafiq)"

Baginda membalas : " Aku tidak diperintahkan untuk meninjau hati manusia (menjangkakan niat manusia lain) dan mengorek perut mereka "

( HR : Bukhari & Muslim )

Lihat, bagaimana cara Rasulullah SAW, baginda sendiri tidak terus menghukum lelaki itu oleh kerana sifat manusia yang tidak mengetahui apa yang tersembunyi melainkan dengan izin Allah, apatah lagi kita yang biasa-biasa ini. Wallahu'alam...saya undur dulu.

Perniagaan : Aqidah, Terdesak & Sogokan

Soalan
Dalam menjalankan perniagaan, kedengaran keluhan terpaksa bagi under table baru dapat projek atau tender. Adakah perbuatan begini dilihat menjejaskan akidah kepada Allah sebagai Yang Maha Berkuasa dan Pemberi Rezeki kepada makhluknya?

Jawapan

Gejala rasuah atau yang disebut ‘undertable' sememangnya menjauhkan mereka yang terlibat dari Allah. Setiap kali dilakukannya, semakin jauh mereka dengan rahmat dan berkat dari Allah, kesannya harta dan wang yang mereka perolehi kering dari keberkatan yang seterusnya akan mempengaruhi hati dan jiwa semua yang menikmati harta haram terbabit. Hari demi hari mereka akan semakin berat dalam pelaksanaan ibadah, dan semakin mencintai dunia dan gemarkan maksiat. Itulah akibat dari harta yang tiada keberkatan.

Dari keadaan buruk itu, sememangnya tidak dinafikan dosa yang mengeras di hati dan jiwa akan mula mengikis pegangan akidah sesoerang, keyakinannya kepada Allah pemberi rezeki akan mula terhakis sedikit demi sedikit. Itulah yang disebutkan oleh Allah sebagai orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. Kerana itu Nabi mengajar kita untuk membaca setiap kali selepas solat :-

اللهم لا مانع لما أعطيت، ولا معطي لما منعت، ولا ينفع ذا الجد منك الجد
Ertinya : Wahai Allah, tiada sesiapa boleh menahan apa yang ingin engkau berikan, dan tiada siapa boleh memberi apa yang engkau tahaninya, tiada daya dan guna lagi ketika itu pemilikan orang yang kaya (untuk pengaruhi penahan dan kebenaran Allah). (Riwayat al-Bukhari & Muslim)

Juga penegasan nabi :-
أن الأمـة لـو اجـتمـعـت عـلى أن يـنـفـعـوك بشيء لم يـنـفـعـوك إلا بشيء قـد كـتـبـه الله لك، وإن اجتمعـوا عـلى أن يـضـروك بشيء لـم يـضـروك إلا بشيء قـد كـتـبـه الله عـلـيـك
Ertinya : seluruh umat jikalau mereka berpadu untuk member manfaat kepadamu, tidak akan mendapatimu kecuali apa yang telah ditaqdirkan oleh Allah untukmu, dan sekiranya mereka berpadu untuk memudaratkanmu, tiada keburukan menganiamu kecuali apa yang telah ditaqdirkan ke atasmu. ( Riwayat At-Tirmidzi, Hadis Hasan Sohih)
Demikianlah, pentingnya menyedari dan menginsafi bahawa pendapatan dan rezeki kita TIDAK AKAN LARI dan TIDAK AKAN BOLEH DIRAMPAS oleh orang lain. Juga amat penting sentiasa menyakini kekuasan Allah dalam seluruh pendapatan dan rezeki. Jangan sesekali, terpesong aqidah kerana ujian dunia dan manusia.

Adapun berkenaan, ungkapan "tiada business yang boleh didapati tanpa rasuah" yang sering digunakan oleh usahawan zaman ini, saya nasihatkan agar membaca erti firman Allah ini:-
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang musyrik itu najis (kerana mempersekutukan Allah), maka janganlah benarkan mereka memasuki masjid al-aharam sesudah tahun ini (iaitu tahun 9 hijrah). Dan jika kamu khuwatir menjadi miskin (kerana larangan ini akan menyebabkan hilangnya punca perniagaan bagi orang Islam di Mekah), maka Allah akan memberikan kekayaan kepadamu dari KurniaNya, jika dia mengkehendaki. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi bijaksana" (At-Tawbah : 28)
Lihatlah, bagaimana Allah menginginkan umat Islam berpegang dengan arahan dan prinsip walaupun dari sudut zahirnya kelihatan akan membawa kerugian (atau tidak mendapat kontrak), Allah menguji keimanan umat Islam terhadap keyakinan mereka bahawa pemberi rezeki adalah Allah selagi kamu bertaqwa.
SITUASI SEKARANG

Sememang kita faham bahawa terdapat kontraktor dan peniaga yang baik-baik namun dizalimi kerana tidak bersetuju untuk menyogok pegawai tertentu. Akibatnya berterusan syarikatnya gersang dari tender dan kontrak, sedang syarikat mempunyai pekerja yang perlu dibayar gaji dan asset yang perlu diurus tadbir. Semuanya memerlukan kos. Jika keadaan seperti itu berterusan untuk jangka masa tertentu yang lama, tentunya syarikat akan tutup dan pekerja terpaksa dibuang. Pastinya ahli keluarga perkara juga akan turut merana tanpa kerana putus pendapatan bulanan. Itulah yang kerap terbayang, namun tanpa disedari, bayangan negatif cepat sekali datang, adakalanya ia sering dikawal oleh nafsu dan mainan syaitan yang mengajak kepada cara pendapatan haram.

Sepatutnya pihak syarikat lebih kreatif dan berusaha untuk mempelbagaikan cara kempen dan jualan agar ia tetap mampu terus berada di atas landasan bisnes halal walaupun sedikit, kerana kelak, keberkatan dari yang sedikit itu pasti membuahkan pulangan yang lumayan dalam bentuk yang pelbagai. Datangkan perasaan positif di ketika menghadapi sesuatu yang negatif, agar keykainan yang masih berbaki dapat dijana sebaiknya untuk bergerak ke hadapan.

Baiklah, andaikan situasi benar-benar dalam keadaan hampir ‘bangkrap', tiada jalan lain yang terdekat untuk memasarkan produk dan hasil khidmat syarikat kecuali dengan peroelhi kontrak melalui jalan ‘sogok' atau ‘duit kopi'. Hanya ketika ia benar-benar dengan yakin bahawa keburukan sebegitu akan berlaku, barulah menurut para ulama Islam berdasarkan dalil-dalil pelbagai, sogokan dikira suatu ‘hajiat' yang terpaksa dilakukan bagi mengelakkan kezaliman. Seperti contohnya seorang rakyat Malaysia dipenjara secara zalim di sebuah negara luar dengan tuduhuan palsu, kemudian polis mereka meminta sogokan jika ingin bebas. Tatkala itu dari sudut hukum, dibolehkan untuk memberi dan tiada dosa ke atas pemberi, namun dosa akan ditanggung sepepunuhnya oleh penerima dan peminta. Hal ini disebutkan oleh Imam Al-Syawkani.

Syeikh Dr Yusuf al-Qaradawi menjelaskan: "Barangsiapa yang kehilangan haknya, namun tidak mungkin mendapatkannya kembali kecuali dengan jalan menyogok, atau akan berlaku kezaliman ke atasnya kecuali terpaksa memberi suapan wang, walaupun demikian, adalah lebih utama untuknya bersabar, jika tiada pilihan kecuali dengan menyogok wang, ketika itu yang berdosa adalah penerima sogokkan sahaja" (Naylul Awtar, 8/622 ; Al-Halal Wal Haram Fil Islam, hlm 301) Keadaan di atas berdasarkan hadith Riwayat Abu Ya'la dan Ahmad.

Jika dilihat di atas kertas, sudah tentunya pihak SPRM boleh mengambil tindakan, namun masalah yang wujud hari ini, pihak yang meminta rasuah amat bijak dan licik dalam permintaan mereka sehingga amat sukar untuk mereka yang dizalimi tadi memperolehi sebarang bukti bertulis atau rakaman jelas untuk disabitkan kesalahan rasuah.

JANGAN BERMUDAH-MUDAHAN

Pun begitu, jangan ada sesiapa yang bermain-main dari sudut hukum dan undang-undang untuk sewenang-wenangnya menghalalkan yang haram tanpa justifikasi sebenar. Ingatlah hari ini, mungkin merkea boleh menjustifkasikan kononnya mereka tgerdesak, hajiat atau dizalimi, namun di alam barzakh kelak, kebenaran akan terlihat jelas. Jika mereka sengaja menjadikannya sebagai alasan untuk terus meraih kontrak dan tender dan meraih keuntungan projek berlipat kali ganda, mereka tidak sama sekali tergolong dalam kumpulan yang diberi keringanan untuk menyogok. Malah di ketika itu mereka adalah manusia yang terus menerus menyokong sistem rasuah dan memakmurkannya. Bergandalah dosa si pemberi rasuah terbabit kerana kesudian mereka memberi rasuah, berterusan membuatkan peminta rasuah merasa berani dan seronok dengan amalan dosa mereka. Nabi meningatkan dalam hadis yang sohih:-

فاتقوا الله وأجملوا في الطلب ولا يحملنكم استبطاء الرزق على أن تطلبوه بمعصية الله فإن ما عند الله لا ينال إلا بطاعته
Ertinya : Takutlah kamu kepada Allah dan perindahkan pencarian rezekimu (cara halal). Jangan disebabkan kelewatan kamu mendapat rezeki sehingga kamu mencarinya dengan melakukan maksiat kepada Allah sesungguhnya ia (rezeki) itu di sisi Allah, dan tidak kamu akan dapatinya (rezeki berkat) kecuali melalui ketaatan kepadanya. (Riwayat An-Nasaie; hadis sohih)

Sekian

Zaharuddin Abd Rahman
www.zaharuddin.net
24 September 2010
15 Syawal 1431

Sunday 20 February 2011

Ya Rasulullah

Sambutan memperingati Maulid (kelahiran) Rasulullah SAW bukanlah suatu perkara yang asing di dalam masyarakat kita. Tanggal 12 Rabiulawal setiap tahun inilah umat Islam akan memenuhi ruang masjid ataupun kawasan-kawasan terpilih untuk menyambut Maulidul Rasul dengan diadakan pelbagai acara seperti: Membaca al-Quran al-Karim dan berceramah mengenai sirah baginda SAW ataupun beselawat serta berzanji dan pelbagai acara lagi dan pada akhirnya kadang-kala diadakan sedikit jamuan. Mimbar-mimbar Jumaat juga tidak terlepas dari berkhutbah dengan penuh bersemangat untuk menyatakan cintanya umat ini terhadap baginda SAW.

Semperna perayaan Sambutan Maulidur Rasul S.A.W. pada tahun 1432 H / 2011 M ini, saya ingin mengajak semua umat Islam untuk mengingati dan menghayati sirah baginda SAW dan seterusnya mengikuti serta mentaati segala ajaran yang telah dibawakan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Tulisan ini sama sekali tidak akan membahaskan hukum menyambut Sambutan Maulidur Rasul SAW kerana persoalan ini terlalu kerap dibahaskan pelbagai pihak saban tahun dan ia adalah masalah khilafiyyah yang tidak akan selesai hingga Kiamat.

Oleh itu, di kesempatan ini, saya ingin mengambil sedikit ruang untuk menceritakan dan ingin mengingatkan beberapa perkara yang mungkin ada di kalangan kita yang terlupa tentang Rasulullah SAW. Semoga tulisan ringkas ini mendapat manfaatnya. InsyaAllah.

KEPUTERAAN RASULULLAH SAW
Adapun nasab keturunan baginda SAW adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutalib bin Hashim bin Abdul Manaf. Dikatakan bahawa nasib baginda SAW ini sampai kepada Nabi Ismail AS.

Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun Gajah iaitu tahun tentera Abrahah melanggar masuk untuk menyerang dan menawan kota Makkah. Namun percubaan untuk menawan Kaabah ini menemuni jalan kegagalan apabila Allah Taala menghantar sekumpulan burung Ababil untuk memusnahkan angkatan tentera Abrahah itu dalam sekelip mata sahaja. Mengikut pendapat yang paling hampir bahawa baginda SAW telah dilahirkan pada 12 Rabiulawal tahun itu (terdapat juga beberapa pendapat lain lagi).

Baginda SAW adalah seorang yatim ketika dilahirkan. Bapanya wafat ketika usia baginda SAW dua bulan dalam kandungan ibunya. Setelah dilahirkan baginda SAW dipelihara oleh datuknya Abdul Mutalib kemudian disusukan oleh Halimah binti Abi Zuwaib dari puak Bani Saad Bakri.

Kampung Bani Saad pada ketika itu mengalami kemarau yang teruk. Setelah sampai Nabi Muhammad SAW untuk menyusu maka kampung tersebut berubah dari sebuah kampung yang tandus kepada sebuah kampung yang subur lagi menghijau. Di kampung ini jugalah baginda SAW telah dibedah perut oleh malaikat ketika usia baginda lima tahun. Ini adalah di antara keberkatan dan mukjizat baginda SAW yang telah dikurniakan oleh Allah Taala.

Ibu baginda SAW telah wafat ketika usia baginda enam tahun. Ini menyebabkan baginda SAW menjadi yatim piatu. Kemudian baginda dipelihara dan dididik pula oleh datuknya Abdul Mutalib sehingga usia baginda lapan tahun. Setelah datuknya meninggal dunia baginda dipelihara oleh bapa saudaranya Abu Talib.

RASULULLAH SAW UTUSAN ALLAH TAALA
Rasulullah SAW merupakan pesuruh Allah Taala yang diutuskan kepada umat Islam dan seluruhnya. Sebagai umat Islam yang beriman maka wajiblah kita mentaati segala perintah dan suruhan yang datangnya dari junjungan besar Rasulullah SAW tanpa membantahnya walaupun sedikit. Perintah mentaati rasul-Nya amat jelas dinyatakan di dalam nas-nas dari al-Quran al-Karim ataupun al-Hadis antaranya:

Firman Allah Taala bermaksud: Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul (Rasulullah S.A.W) dan kepada orang-orang yang berkuasa dari kalangan kamu. Jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (kitab) Allah (al-Quran) dan sunnah rasul-Nya jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu) dan lebih elok pula kesudahannya. (Surah an-Nisa: ayat 59).

Oleh itu, sebagai tanda kita mengimani dan mencintai Rasulullah SAW, beberapa perkara yang akan saya nyatakan di bawah ini boleh dijadikan pegangan kita:

BERADAB DENGAN RASULULLAH SAW
Firman Allah Taala bermaksud: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memandai-mandai (melakukan sesuatu perkara) sebelum (mendapat hukum atau kebenaran) Allah dan rasul-Nya dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Surah a-Hujuraat: ayat 1).

Firman Allah Taala bermaksud: Janganlah kamu jadikan seruan atau panggilan rasul (Rasulullah SAW) di antara kamu seperti seruan atau panggilan sesama kamu. (Surah an-Nur: ayat 63).

MENTAATI RASULULLAH SAW
Firman Allah Taala bermaksud: Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul (Rasulullah SAW) dan jaganlah kamu batalkan amal-amal kamu. (Surah Muhammad: Ayat 33).

Firman Allah Taala bermaksud: Dan apa jua perintah yang dibawa oleh rasul (Rasulullah SAW) kepada kamu maka terimalah serta amalkan dan apa jua yang dilarang-Nya kamu melakukannya maka patuhilah larangan-Nya. (Surah al-Hasyr: ayat 7).
Firman Allah Taala bermaksud: Katakanlah (Wahai Muhammad): Taatilah kamu kepada Allah dan rasul-Nya. Oleh itu, jika kamu berpaling (menderhaka) maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir. (Surah ali-Imran: ayat 32).

BERSELAWAT KE ATAS RASULULLAH SAW
Firman Allah Taala bermaksud: Sesungguhnya Allah dan malaikatNya berselawat (memberi segala penghormatan dan kebaikkan) kepada Nabi (Muhammad S.A.W), wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam sejahtera dengan penghormatan yang sepenuhnya. (Surah al-Ahzab: ayat 56).

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud: Orang yang bakhil ialah mereka yang disebut namaku akan tetapi ia tidak berselawat kepadaku. (Riwayat al-Baihaqi).
Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud: Sesiapa yang berselawat kepadaku sekali maka Allah akan selawat kepadanya sepuluh kali. (Riwayat Muslim).

MENGASIHI RASULULLAH SAW
Firman Allah Taala bermaksud: Katakanlah (wahai Muhammad): Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutlah daku nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihi. (Surah ali-Imran: ayat 31).

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud: Demi jiwaku berada di bawah kekuasaan Allah, seseorang kamu tidak beriman sehinggalah dia mencintaiku (Rasulullah S.A.W) lebih daripada kecintaannya kepada anaknya, ayahnya dan manusia keseluruhannya. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud: Tiga perkara sesiapa yang memiliki tiga perkara tersebut maka ia memiliki kemanisan iman: Mencintai Allah dan rasul-Nya lebih daripada cinta kepada perkara lain... (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH SAW
Firman Allah Taala bermaksud: Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredhaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat serta ia pula menyebut dan mengingat Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang). (Surah al-Ahzab: ayat 21).

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud: Sesiapa yang menghidupkan sunnah daripada sunnahku yang telah ditinggalkan selepas aku maka sesungguhnya baginya pahala seumpama pahala orang yang melakukannya tanpa sedikitpun berkurangan sementara sesiapa yang mengadakan bidaah yang sesat yang tidak diredhai Allah dan rasul-Nya baginya dosa seumpama dosa-dosa yang dilakukan mereka di mana tidak sedikitpun berkurangan. (Riwayat al-Tarmizi dan Ibnu Majah).

PENUTUP
Sebagai umut Islam yang sayangkan baginda SAW hendaklah kita mengikuti segala suruhannya dan meninggalkan segala larangannya. Ini sahajalah bukti yang paling kukuh bahawa kita menyayangi dan mencintai Rasulullah SAW sepenuh jiwa. Akhir sekali, di kesempatan ini saya ingin mengucapkan selamat menyambut Sambutan Maulidur Rasul SAW 1432 H / 2011 M kepada seluruh umat Islam. Jadikanlah amalan mengikuti ajaran baginda SAW pada setiap ketika dan bukan sekali dalam setahun.
Wallahualam.

KEBENARAN SABDA RASULULLAH

Ya Rasulullah, sungguh mulia engkau. Kemuliaanmu Allah dan malaikat menselawatkanmu. Wahai orang mukmin selawatkanlah ke atasnya. Engkau akan mendapat syafaat di Akhirat nanti. Wahai Nabi engkau adalah cahaya daripada segala cahaya. Engkau adalah rahsia daripada segala rahsia. Engkau adalah penawar segala penyakit lahir dan batin. Engkau juga anak kunci segala kemudahan. Engkau adalah Rasul pilihan. Pilihan Rasul yang awal dan akhir. Engkau adalah penyelamat umat. Engkau membawa rahmat dan berkat. Ibadahmu membayangkan kehambaanmu. Akhlakmu membayangkan kebersihan hatimu. Pemurahmu membayangkan dunia tidak ada di dalam hatimu. Sabarmu membayangkan ketahanan jiwamu. Keberanianmu membayangkan tawakalmu dengan Allah. Orang yang menentangmu engkau doakan hidayah. Engkau adalah manusia luar biasa ikutan semua. Pemimpin yang dikehendaki adalah bayangan peribadimu.

Sempena bulan kelahiran Rasulullah SAW iaitu bulan Rabiul Awal, marilah kita mendengar kisah Rasulullah agar menambah kecintaan dan kerinduan pada Rasulullah yang selama ini musuh Islam terutama Yahudi memisahkan hubungan kita dengan Rasulullah di mana akibat hubungan yang longgar ini menyebabkan kita jauh dari Allah.
Pancaran nur kenabian baginda Rasulullah SAW terang nyata selama 300 tahun iaitu tiga kurun. Hal ini tidak berlaku kepada rasul-rasul lain, dan sesuai dengan maksud zahir hadis yang menyebutkan sebaik-baik kurun itu adalah kurun Nabi SAW, kurun berikutnya dan seterusnya.

Selain itu, generasi umat pilihan yang menerima didikan terus daripada Nabi SAW, yang disebut sebagai para sahabat RA, adalah contoh kejayaan baginda SAW mendidik mereka dalam masa yang amat singkat, menjadi orang-orang yang sangat bertakwa, sama fikirannya, sama amalannya, sama hatinya, sama kaya jiwa mereka, sama perjuangan mereka, sama usaha dan niat mereka dan sama pula matlamat yang ingin mereka capai. Ingatlah bahawa mereka sebelum itu hidup dalam persengketaan, permusuhan, pecah-belah, nafsi-nafsi, suka membunuh, tidak kenal erti kemajuan, tidak kenal erti halal dan haram, tidak tahu apa itu hidayah, yang kayanya kaya sangat, yang miskinnya miskin sangat, tindas-menindas dan tidak ada tujuan hidup.

Tiba-tiba setelah mendapat hidayah Allah melalui rasul-Nya SAW, mereka terus berputar seratus peratus menjadi sebaliknya. Tidakkah itu semua menunjukkan betapa hebatnya keperibadian baginda SAW kepada seluruh umat manusia?
Antara mukjizat yang pernah berlaku kepada baginda SAW ialah al-Quran, dan itulah yang terbesar. Terjadi dua kali dadanya dibedah, sekali semasa kecil dan sekali semasa sudah menjadi rasul. Dapat memberitahukan keadaan Baitulmaqdis sedangkan Baitulmaqdis itu dikecilkan di hadapan baginda SAW.

Kemudian bulan terbelah dua dan turun ke Makkah, kemudian naik semula ke tempat asalnya. Pernah sekelompok pemuda Quraisy berkomplot membunuhnya kemudian tertidur semasa Nabi SAW keluar. Nabi SAW menghampiri mereka, mengambil segenggam tanah lalu ditaburkan di atas kepala mereka sambil bersabda, “Semoga wajah-wajah mereka menjadi buruk.” Setiap pemuda yang terkena tanah itu terbunuh di medan Badar. Dalam perang Hunain, kaum Quraisy dilempari segenggam pasir oleh baginda SAW, menjadikan penglihatan mereka gelap dan mereka pun dikalahkan oleh Allah.

Begitu pula peristiwa yang menimpa Suraqah bin Malik ketika mengejar Nabi SAW yang sedang hijrah, kaki kudanya terbenam tiga kali dalam tanah yang keras. Rasulullah SAW pernah mengusap belakang unta betina yang belum digauli oleh unta jantan, lalu susunya menjadi penuh dan keluar dengan banyak. Juga kisah kambing Ummu Maabad yang mengeluarkan susu semula setelah kering beberapa lama. Juga doa Nabi SAW untuk Umar al-Khattab agar Allah memenangkan Islam dengannya.

Juga doa Nabi SAW supaya Allah menghilangkan panas dan dingin dari badan Sayidina Ali RA, selain pernah meludahi kedua-dua mata Sayidina Ali RA yang sedang sakit sehingga sembuh pada ketika itu juga dan tidak pernah sakit mata lagi selepas itu.Nabi SAW juga pernah memasukkan semula biji mata Qatadah bin Nukman yang telah terkeluar dan tergantung di pipinya sehingga pulih ketika itu juga, malah lebih cerah lagi penglihatannya daripada sebelumnya.

Nabi juga pernah mendoakan Abdullah bin Abbas RA yang baru lahir agar menjadi seorang yang amat faham dalam ilmu tafsir. Nabi SAW juga mendapat Israk dan Mikraj, suatu mukjizat yang paling agung pernah diterima oleh mana-mana nabi dan rasul, menghadap terus kepada Tuhannya untuk menerima perintah menunaikan sembahyang.
Dalam peristiwa Israk dan Mikraj ini juga, baginda SAW menjadi imam bagi sekalian rasul dan malaikat, berjumpa dengan roh-roh para rasul AS, melepasi had yang tidak dapat dilepasi oleh mana- mana malaikat pun, dan dapat berbicara dengan Tuhan secara langsung tanpa sebarang perantara, di tempat yang suci dan dalam keadaan suci.
Nabi SAW juga pernah mendoakan unta Jabir RA yang selalu kalah dalam perlumbaan, sehingga dapat mengalahkan unta-unta yang lain. Begitu juga doa Nabi SAW untuk Anas bin Malik RA agar panjang umur, mempunyai banyak harta dan banyak anak. Nabi SAW juga pernah mendoakan kurma Jabir RA sehingga dia mampu melangsaikan seluruh hutangnya, sedangkan kurmanya itu masih bersisa 13 Wasaq lagi. Nabi SAW juga pernah mendoakan kebinasaan bagi Utaibah bin Abi Lahab, sehingga dia mati dimakan singa di Az-Zarqak, dekat Syam.

Rasulullah SAW juga pernah memohon diturunkan hujan sehingga turun hujan selama seminggu, kemudian memohon agar hujan berhenti dan berhentilah hujan itu. Batu dan pepohon memberi salam kepada baginda SAW pada malam-malam menjelang turunnya wahyu pertama dengan lafaz yang terang,

“Assalamu alaika ya Rasulullah.”
Baginda bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui batu-batu di Makkah yang memberi salam kepadaku sebelum aku diangkat menjadi nabi.”
Baginda SAW juga mampu atau dapat mengalahkan tokoh penggusti yang hebat, semasa sebelum Hijrah, dalam usaha dakwahnya. Pernah ada pohon kurma yang menyatakan kerinduannya kepada Nabi SAW, dan batu yang bertasbih di atas tapak tangan baginda SAW, begitu juga makanan.

Daging kambing yang telah dimasak pernah bercakap memberitahu Nabi SAW bahawa padanya ada racun, dan unta tua yang mengeluh di hadapan Nabi SAW bahawa dirinya banyak kerja-kerja berat yang dibebankan sedangkan rumput yang diberikan kepadanya tidak mencukupi. Nabi SAW pernah memberitahu tentang tempat-tempat matinya kaum Musyrikin pada Perang Badar, padahal perang belum lagi berlaku, dan nyata selepas itu bahawa semuanya benar dan tepat.

Nabi SAW juga pernah memberitahu bahawa ada sekumpulan umatnya akan berperang menyeberangi laut dan Ummi Haram binti Milhan termasuk salah seorang daripada mereka. Nabi SAW pernah menyatakan kepada Sayidina Usman RA bahawa dia akan ditimpa bencana besar, dan terjadilah bencana itu sehingga menewaskannya.
Nabi SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya cucuku ini (Sayidina Hasan bin Ali RA) adalah pemimpin dan Allah akan mendamaikan dengannya dua golongan yang besar dari kaum Muslimin.”

Nabi SAW juga pernah memberitahu tentang tewasnya Al-Ansi si pendusta yang berada di San’a pada malam dia dibunuh dan disebutkan siapa pembunuhnya.
Nabi SAW pernah bersabda kepada Sabit bin Qais RA,” Engkau hidup terpuji dan mati sebagai syahid.” Maka dia terbunuh sebagai syuhadak dalam Perang Yamamah.
Seorang lelaki yang murtad mengikuti kaum musyrikin berperang. Apabila Nabi SAW mendengar berita bahawa orang itu mati, Nabi SAW pun bersabda,” Bumi tidak menerimanya.”

Benar apa yang disabdakan oleh baginda itu, seperti yang disaksikan oleh orang ramai. Nabi SAW pernah menegur seorang lelaki yang makan dengan tangan kirinya,”Makanlah dengan tangan kananmu.” Orang itu menjawab,”Aku tidak mampu.” Maka Nabi SAW pun bersabda, “Engkau tidak akan mampu.” Sesudah itu, orang itu tidak mampu lagi mengangkat tangan kanan ke mulutnya.

Rasulullah SAW memasuki Kota Makkah pada Futuh Makkiah, berhala-berhala 360 buah berkeliling di Kaabah. Nabi SAW menunjuk ke arah berhala-berhala itu dengan tongkatnya dan bersabda, “Telah datang kebenaran, kebatilan pasti lenyap!”
Pada ketika itu juga berhala-berhala itu jatuh berguguran dan hancur.

Dalam Perang Khandaq, baginda SAW memberi tenteranya makan dari satu sya’ (kira-kira secupak) gandum dan mengenyangkan mereka semuanya. Nabi SAW juga memberi makan kaum muslimin dari lebihan kurma mereka yang dikumpulkan di atas tikar, lalu didoakan agar berkat oleh Allah, kemudian dibahagi-bahagikan kepada semua anggota pasukan, dan itu mampu mencukupkan untuk mereka semua.
Abu Hurairah RA datang kepada Nabi SAW membawa beberapa biji kurma dan berkata,”Doakan ini agar diberi berkat.”

Sesudah didoakan oleh Nabi SAW, Abu Hurairah RA menyedekahkan sebahagian kurma itu pada jalan Allah dan selebihnya dimakannya. Kurma itu dimakannya setiap hari dan baru habis semua sekali setelah meninggalnya Khalifah Ketiga, Sayidina Usman RA.
Nabi SAW semua penghuni Suffah untuk diberi makan, kemudian Abu Hurairah berkata,”Aku amat berharap sebagai orang yang akan dipanggil dahulu, kerana makanan pada piring itu hanya sedikit sedangkan penghuni Suffah cukup banyak. Maka Rasulullah SAW mengumpulkan makanan itu sehingga menjadi sesuap lalu ditekupnya dengan tangannya, sambil bersabda,”Makanlah, dengan nama Allah. ” Demi Tuhan yang jiwaku yang berada di Tangan-Nya, aku terus makan di situ sehingga aku merasa kenyang.”