BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Tuesday 29 September 2009

Bertasbih Bersama Bintang

“Dan sungguh Kami telah menciptakan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandangnya” (al-Hijr[15]:16)
Mari melihat bintang yang berada di langit malam, Yang kelihatan indah pada pandangan mata. Tuhan sendiri mengatakannya ia sengaja menciptakan bintang itu sebegitu indah, supaya orang yang memandang akan merasa takjub melihat keindahannya..
Agaknya agar manusia mencari tahu siapa yang menciptakan bintang yang sebegitu indah
Kenapa bintang diciptakan?
Tidak ada sesuatu pun yang Allah ciptakan melainkan dengan tujuan yang tersendiri
“ Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan”(An-Nahl[16]:3)
“ Dan menciptakan tanda-tanda petunjuk jalan. Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk” (An-Nahl[16]:)

“Yang menciptakan tujuh langit berlapis lapis. Tidak kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? Kamu ulangi pandangan kamu sekali lagi dan sekali lagi, niscaya padanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan padanganmu dalam keadaan letih. Dan sungguh kami telah hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang. Kami jadikan itu sebagai alat pelempar syaitan dan kami sediakan bagi mereka azab yang menyala-nyala.” (Al-Mulk[67]:3-5)
Itulah kehebatan disebalik ciptaan bintang… Allah telah bersumpah dengan langit yang mempunyai gugusan bintang dalam surah khas iaitu al-Burujj (gugusan-gugusan bintang).
Surah ini dimulakan dengan sumpah Allah
“Demi langit yang mempunyai gugusan-gugusan bintang”.
Kebanyakan surah ini menceritakan tentang kecaman Allah terhadap orang-orang yang menentang Muhammad SAW. Akan mengalami kehancuran sebagaimana umat-umat terdahulu yang menentang Rasul-Rasul mereka.

‘”sungguh, orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh dan menyiksa) orang-orang mukmin lelaki dan perempuan lalu mereka tidak bertaubat, maka mereka akan mendapat azab jahannam dan mereka akan kekal mendapat azab (neraka) yang membakar” (al-Buruj[]:10)
Dan bagi orang yang beriman akan mendapat balasan yang mulia iaitu syurga.
“sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, mereka akan mendapat syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, itulah kemenangan yang agung.” (Al-Buruj[85]:11)
Begitu hebat bintang sehingga Allah bersumpah dengan bintang…. Kerana Allah ingin menjelaskan kepada kita tentang tanda-tanda kebesarannya..Dia ingin kita sentiasa mengingat-Nya…

“Dan dia menundukkan malam, siang, matahari, bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintahn-Nya. Sungguh yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mengerti” (An-Nahl[16]:12)
Tidakkah kita terharu, sebegitu hebat ciptaan bintang hingga ramai yang sebegitu takjub dengannya, manusia juga sanggup membina peralatan-peralatan yang mahal dan canggih semata-mata untuk mendalami ilmu tentang bintang, tetapi disebalik itu Allah mengatakan bahwasanya Dia ciptakan bintang itu untuk kita, sebagai tanda kepada kita supaya kita ingat akan-Nya.
Maka tidakkah kita mahu ingat???
Marilah insan yang mempunyai akal fikiran, marilah memuji Allah Tuhanmu dengan sebesar-besar pujian, subhanallah Ya Tuhanku tidaklah Kau ciptakan ini semua dengan sia-sia…ampunkanlah kami hamba-Mu yang lalai dalam mengingat-Mu..
Marilah bertasbih seperti bintang yang tanpa henti-hentinya bersinar patuh dengan perintah Tuhan….marilah bersujud seperti bintang dengan mengetahui hakikat dirinya adalah hamba yang perlu patuh pada peraturan Tuhan Yang Maha Pengasih
“Segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semua bersujud kepada Allah” (An-Nahl[16]:49)

"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebahagian besar daripada manusia? Dan berapa banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab keatasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memulaikannya. Sesunguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki." (Al-Anbiya[21]:81)
Marilah wahai insan marilah kembali kepada Tuhanmu yang Maha pengasih, Dia sentiasa menunggumu untuk memanggil nama-Nya..
Dia sentiasa bersama kita, jika kita mengingat-Nya secara berseorangan, Dia akan mengingat kita secara sendiri juga

Pujuk lah hatimu untuk menunjukkan ketaatan dengan amal soleh, dengan bersujud di tengah malam.. pujuklah hatimu untuk taat seperti bintang… Allah sedang menunggumu.. Dia sentiasa rindu untuk mendengar kau berdoa dengan rasa rendah diri kepada-Nya
Mintalah… Tuhamu akan kabulkan permintaanmu.. mintalah Cinta-Nya.. jika kau ketahui bahwa tidak ada harta yang lebih bahagia, tidak ada rasa yang lebih indah daripada Cinta Allah.. dan cinta itu tak pernah pudar walau diberi kepada seluruh umat dari yang pertama higga akhir zaman..
Ayah dan ibu yang kau cinta akan berpisah denganmu bila maut menjemput..
Harta jua begitu…
Maka harta apa lagi yang tinggal denganmu wahai insan…
Ketahuilah dengan Cinta Tuhanmu sajalah yang akan sentiasa kekal bersamamu hingga akhirnya… dunia dan akhirat.

Bagaimana Seorang Muslim Berfikir

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS. Ali 'Imran, 3:191)

Pernahkah anda memikirkan bahwa anda tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini; dan anda telah diciptakan dari sebuah ketiadaan?

Pernahkan anda berpikir bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni?

Pernahkan anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitari anda, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?

Pernahkan anda berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, tembikai, timun dan limau berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualiti, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?

Pernahkan anda berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah, kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah sehingga dalam tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu yang anda miliki di dunia ini?

Pernahkan anda berpikir bahwa kehidupan anda berlalu dengan sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan anda?

Pernahkan anda memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa anda meninggalkan dunia ini?

Jika demikian, pernahkan anda berpikir mengapa manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.

Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Buku ini ditulis dengan tujuan mengajak manusia "berpikir sebagaimana mestinya" dan mengarahkan mereka untuk "berpikir sebagaimana mestinya". Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mu'minuun, 23:115)

Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat. Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)

Padahal Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)

Derhaka Kepada Ibu bapa Menempah Kemurkaan Allah

Dalam jalur hubungan secara mendatar di antara sesama manusia, dari segi tertib dan prioriti, hubungan dengan ibu bapa mempunyai martabat yang khusus dan tinggi. Bagi anak, dia hendaklah meletakkan pada kedudukan yang tinggi dan istimewa martabat kemuliaan ibu bapa dan wajib mendahulukan mereka sebelum orang lain dalam berbuat bakti selepas Allah Ta‘ala dan RasulNya. Kemuliaan dan ketinggian martabat ibu bapa itu bukan diangkat oleh siapa-siapa tetapi diangkat dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sehinggakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :
“Keredhaan Allah terletak pada keredhaan bapa dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan bapa.”
(Hadits riwayat At-Tirmidzi)

Sebab apa Allah mengangkat martabat ibu bapa? Kerana ibu dan bapa sangat besar jasanya kepada kita. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang lebih besar jasanya kepada kita selain ibu dan bapa. Dengan susah payah ibu kita mengandungkan dan melahirkan. Kemudian ibu bapa kita mengasuh, membesarkan, mendidik dan mencukupkan segala keperluan. Semua itu dilakukan dengan tulus ikhlas dan dengan rasa penuh kasih sayang. Oleh itu, dalam membina hubungan sesama manusia, ibu bapa mestilah mendapat keutamaan lebih daripada orang lain. Sangat ganjil rasanya jika seseorang mempunyai hubungan yang baik dengan orang lain seperti kawan-kawan di pejabat, di sekolah dan sebagainya, akan tetapi hubungan dengan ibu bapa sendiri diabaikan, apatah lagi jika diderhakai.

Tuntutan berbuat baik kepada ibu bapa bukanlah berdasarkan adat atau kebiasaan yang diwarisi turun-temurun, akan tetapi ianya merupakan tuntutan syara‘. Islam menuntut supaya setiap orang berbuat baik kepada ibu bapa, dan hukumnya adalah fardhu ‘ain. Maknanya, apabila dihukumkan fardhu ‘ain maka setiap orang wajib berbuat baik kepada ibu bapanya sendiri, dan perkara berbuat baik kepada keduanya itu bukanlah suatu yang boleh diwakil-wakilkan kepada orang lain untuk melakukannya.

Tuntutan ini banyak dijelaskan melalui dalil-dalil syara‘, di antaranya sebagaimana terkandung di dalam firman Allah Ta‘ala yang tafsirnya :
“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata, dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang daripada keduanya, atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan ‘ah!’, dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun). Dan hendaklah engkau merendah menghinakan diri kepada keduanya kerana belas kasihan dan kasih sayangmu, dan doakanlah (untuk mereka, dengan berkata): “Wahai Tuhanku! Cucurkanlah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil.”
(Surah Al-Israa’, ayat 23-24)

Di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang tafsirnya :
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat kebaikan kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah.” (Surah Al-Ahqaf, ayat 15)

Sementara dalil-dalil yang terdiri daripada hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang menegaskan tentang perkara ini, di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr bin ‘Al-‘Ash, beliau berkata yang maksudnya :
“Seorang lelaki datang berjumpa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau meminta izin untuk berjihad, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya:
“Adakah kedua ibu bapamu masih hidup?”
Beliau menjawab: “Ya”,
Baginda Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka kepada keduanyalah engkau berjihad (berbuat baik kepada keduanya dengan jiwa dan harta).”
(Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas memberi petunjuk hukum bahawa berbuat baik kepada kedua ibu bapa itu adalah lebih diutamakan berbanding tuntutan berjihad pada jalan Allah, kerana berjihad pada jalan Allah itu merupakan tuntutan fardhu kifayah (apabila sebahagian orang melakukannya maka gugurlah tuntutan kepada sebahagian yang lain), sedangkan berbuat baik dengan kedua ibu bapa itu merupakan tuntutan fardhu ‘ain, di mana setiap orang mesti melakukannya. Fardhu ‘ain lebih kuat atau lebih tegas tuntutannya berbanding fardhu kifayah. Oleh itu wajib bagi setiap orang berbuat ihsan kepada kedua ibu bapanya.

Keluhan Seorang Pendakwah

Letih. Letih memikirkan segala masalah di depan mata.
Namun, adakah wajar untuk aku letih?
Sebanyak mana usaha aku andai dibandingkan usaha Nabi dan para sahabat. Berapa banyak usahaku ini berbanding usaha Hassan al-Banna. Layakkah aku untuk berasa letih?

Kecewa.
Hampir setiap jalan yang cuba aku redah menemui jalan buntu.
Namun, adakah layak untuk aku kecewa? Sedangkan Rasulullah S.A.W. yang ditolak oleh kaum sendiri pun tidak berputus asa dalam perjuangan, siapalah aku untuk kecewa?

Sibuk.
Sibuk menjalankan amanah-amanah yang diberi.
Namun, layakkah aku untuk mengaku diri ini sibuk?
Jika aku sibuk, bagaimana dengan Imam Syafie', Imam Ghazali dan Imam Nawawi? Apalah aku dibanding dgn mereka yang jauh lebih sibuk dan jauh lebih hebat dari diriku.



Pedih.
Pedih hati dan fizikal ini apabila menghadapai ujian dalam perjuangan ini.
Namun, apalah erti kepedihan ini dibandingkan dengan Bilal bin Rabah yang dihimpit dengan batu kerana menegakkan kalimah Ahad?

Hampa.
Hampa apabila amar makruf nahi mungkar yang dijalankan tidak diendahkan.
Adakah ini alasan untuk berhenti berjuang?

Sedangkan Nabi Nuh yang beratus tahun berdakwah, hanya sebilangan kecil kaumnya mengikutinya, namun, adakah baginda berputus asa?

Adakah kita selaku pendakwah ini selalu mengeluh? Mengapa perlu kita mengeluh?
Sedangkan sewaktu kita mengaku keIslaman diri, kita sudah menandatangani kontrak dengan Allah. Kontrak seumur hidup. Kontrak untuk bekerja untuk agamaNya.

Jadi, mengapakah kita mengeluh? Tiada alasan untukku berputus asa. Hanya ada satu jalan untukku. Gigih berusaha!
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga, (disebabkan) mereka berjuang pada jalan Allah maka (di antara) mereka ada yang membunuh dan terbunuh. (Balasan Syurga yang demikian ialah) sebagai janji yang benar yang ditetapkan oleh Allah di dalam (Kitab-kitab) Taurat dan Injil serta Al-Quran; dan siapakah lagi yang lebih menyempurnakan janjinya daripada Allah? Oleh itu, bergembiralah dengan jualan yang kamu jalankan jual-belinya itu, dan (ketahuilah bahawa) jual-beli (yang seperti itu) ialah kemenangan yang besar.
(At-Taubah:111)

How To Keep On Doing Good Deeds After Ramadhan?

The well known Saudi scholar Sheikh `Abdullah Ibn Jibreen states:

Dear brother, here are ten means of keeping on doing good deeds after Ramadan:

1. Seek Allah's support, beseeching Him Almighty to guide you to the right path and help you remain steadfast in faith. Allah Almighty has praised the supplication of those who are of sound instruction when they (have ) said: [Our Lord! Cause not our hearts to stray after Thou hast guided us, and bestow upon us mercy from Thy Presence. Lo! Thou, only Thou art the Bestower.] (Al `Imran 3: 8)

2. Be keen on being in the company of the righteous and attending dhikr meetings such as religious lectures or visiting a righteous friend to make dhikr (remembrance of Allah) together.

3. Acquire knowledge about the biographies of the Prophet's Companions (may Allah be pleased with them all) and the righteous believers by reading books and listening to tapes. This will stimulate you to keep firm in faith and follow in their footsteps.

4. Listen to tapes that deal with religious admonitions and righteous speeches.

5. Be keen on observing the obligatory acts of worship.

6. Keep on offering supererogatory acts of worship; do what you are most inclined to and can do regularly, even if it is little. The Prophet (peace and blessings be upon him) said, "O people! Do only those good deeds which you can do, for Allah does not get tired (of giving reward) till you get tired, and the best deeds to Allah are the incessant ones, even though they may be few."

7. Start learning Allah's Book by heart. Recite what you have learned during Prayer and keep reciting the Qur'an as much as you can.

8. Perform dhikr a lot and ask Almighty Allah for forgiveness. This may seem a tiny good act, yet observing it regularly increases faith and strengthens the heart.

9. Keep away from every thing that may cause your heart to divert from the right path such as bad people, indecent television programs, pornographic pictures, and love songs.

10. Last, but not least in importance, truly repent to Almighty Allah and be keen on not deviating from the right path again. Allah Almighty rejoices when His bondman returns to Him Most High in true repentance.

Dear brother, do not be one of those who do not pay heed to Allah Most High except in Ramadan. The righteous predecessors said about them, “Woe to those people who do not become mindful of Almighty Allah but in Ramadan!”

May Allah help you be steadfast in the right path until you reach the following Ramadan in best health and condition.

Excerpted, with slight modifications, from: www.islamtoday.com

Apa Mungkin Allah Terima Taubat Kita?

“Nak mintak pandangan akak boleh?”, soalnya membuka bicara.

“Silakan, akak cuba”, jawabku.

“Apa mungkin Allah terima taubat kita kalau kita selalu mengulangi dosa yang sama?”, begini bunyi soalannya.

Jujurnya aku sedikit terkejut orang seperti dia bertanya soalan sebegitu kepadaku. Walhal dia yang lebih layak untuk menjawabnya lantaran memang bidang pengajiannya khusus tentang agama. Tentu saja dia lebih tahu tapi…

“Tu ke yang nak tanya pendapat akak?”, soalku ragu.

“Lepas buat dosa kita bertaubat, kemudian di kala iman lemah dan tergoda kita kalah dan mengulangi lagi dosa tersebut. Apabila sedar kita bertaubat dan benar bertaubat, tapi kita tetap kalah untuk hari yang datang. Kemudian kita tetap memohon taubat”, jelasnya lagi.

“Yup, apa pendapat akak, adakah Allah akan terima taubat kita tu?”, sambungnya sembari menjawab soalanku.

Dan aku tersenyum kemudian menjawab.“Enta sendiri tau jawapannya”

“Ana tak pasti”, katanya pula.

“Apa pendapat akak?”, dia mengulangi soalan yang sama. Kepelikan masih membusung di hati tapi aku cuba memikirkan ayat yang sesuai untuk menjawab soalannya. Sebenarnya jawapan itu lebih kepada mengingatkannya kerana soal-soal sebegini bukanlah asing baginya (begini yang terbersit di hati saat itu).

“Apa yang mampu akak katakan cuma mengingatkan enta bahawa Allah membuka pintu rahmat dan ampunanNya pada waktu malam buat hambaNya yang melakukan maksiat padaNya di waktu siang. Dan Allah buka kembali pintu rahmat serta ampunanNya di waktu siang buat hambaNya yang membuat maksiat padaNya pada waktu malam sehinggalah nyawa kita berada di kerongkongan. Tapi siapa yang tahu saat kematiannya? Tiada satu pun makhkuk yang tahu. Selagi kita mengakui tiada Tuhan selain Dia, maka pintu ampunan itu sentiasa terbuka luas, dik”, jawabku cuba menyusun bahasa sebaik mungkin.

“Katakanlah (wahai Muhammad): Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa. Sesungguhnya Dialah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani” (Al-Zumar: 53).

Taubat itu adalah salah satu rahmat dari sekian banyaknya rahmat Allah buat hamba-hambaNya. Dan Allah menjanjikan keampunanNya bagi sesiapa saja yang mahu bertaubat malah menggantikan keburukan hambaNya dengan kebaikan serta pula menghapuskan dosa-dosa hambaNya yang bertaubat kepadaNya.

“Subhanallah, betapa sayangnya Allah pada hambaNya, tapi kenapa hambaNya tak terfikir dan lupa akan cinta Allah tu?”, soalan itu menuntutku berfikir sama.

“Insan… yang sering bolak balik hatinya. Sebab tu kita dituntut untuk berdoa moga Allah bolak balikkan hati kita pada keimanan hanya padaNya, taat hanya padaNya”.

“Betul kak. Kami yang belajar agama pun kadang-kadang leka. Tak tau la, hati ni kadang-kadamg sedih bila fikirkan dosa yang banyak sebelum ni”, luahnya.

Dan seperti biasa, aku dahului responku dengan senyuman.

Apabila dosa tersebut diikuti dengan lapan perkara maka mudah-mudahan ia dekat dengan kemaafan, keampunanNya.

Empat perkara tersebut berlaku di hati iaitu pertama adalah taubat (di mana ia diertikan sebagai penyesalan atas apa yang telah berlaku pada masa lalu dan takut kepada Allah akan apa yang akan datang pada masa hadapan.

Dan diertikan juga taubat itu sebagai melepaskan pakaian keburukan dan membentangkan janji kebaikan).

Kedua adalah bertekad untuk tidak mengulanginya, sementara ketiga adalah menyesal dan takut pada hukuman Allah.

Dan keempat adalah mengharap ampunan daripada Allah swt.

Sementara empat perkara lagi adalah pada anggota tubuh iaitu yang pertama solat sunat taubat dan kedua adalah memohon ampunan kepada Allah sebanyak 70 kali dan mengucapkan ‘subhaana robbiyal ‘azimi wabihamdih’ sebanyak 100 kali. Perkara ketiga adalah bersedekah dan berpuasa (Muhammad Al Sayim, 2008. ’40 Ayat Penghapus Dosa-dosa’ – dengan sedikit olahan ayat).

“Bersyukurlah dalam istighfar padaNya. Paling tidak, hati masih lembut, masih celik tiapkali teringat khilaf yang lalu”, balasku.


“Kadang-kadang hati ni kuat dan kadang-kadang lemah dan kalah dengan godaan”, katanya lagi menambah.

“Semakin kuat iman kita, semakin sering pula iman itu diuji”, ye, aku cukup yakin dengan kalimat ini.

Sungguh, Allah tidak pernah membebani hambaNya melampaui kemampuannya. Allah Maha Mengetahui kelemahan dan kemampuan hambaNya lantaran Dialah yang telah menciptakan.

Allah berfirman kepada malaikatNya ketika manusia banyak melakukan dosa, dalam hadis Qudsi disebutkan:
“Berdoalah kepadaKu dan untuk hambaKu kerana jikalau Aku telah menjadikan mereka maka sesungguhnya Aku telah menguasai mereka” (Muhammad Al Sayim, 2008. ’40 Ayat Penghapus Dosa-dosa’).

Allah berfirman dalam satu hadis Qudsi yang maksudnya:

“Aku tidak akan menghimpunkan dua ketakutan pada hambaKU dan tidak pula akan mengumpulkan dua keamanan baginya. Jika ia merasa aman daripadaKU di dalam dunia, Aku akan berikan rasa takut kepadanya pada Hari Kiamat. Dan jika ia merasa takut kepadaKU di dunia, Aku akan berikan kepadanya rasa aman pada Hari Kiamat”


(Hadis Qudsi riwayat Ibnu Mubarak dan Al-Hasan).


“Ya Allah yang menenggelamkan bintang-bintang dan menutup mata manusia, Engkau tidak tidur wahai Yang Maha Hidup lagi Maha Perkasa. Ya Allah, kasihanilah kelemahan kami dan sembuhkanlah saudara-saudara kami yang sakit dan terimalah taubat kami, Engkau mengetahui keadaan kami dan tidak memerlukan permintaan kami. Maka ya Allah, cukupkanlah kami daripada kemiskinan kami dan ampunilah kesalahan kami dan bantulah kami melawan musuh-musuh kami, dan tolaklah tipu daya mereka menjadi kekalahan bagi mereka dan jauhkanlah kami daripada kejahatan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Dekat dan Maha Menjawab doa-doa kami wahai Tuhan Pemilik langit dan bumi. Selawat dan salam buat Junjungan kami Nabi Muhammad saw serta keluarga juga sahabat baginda sekalian”


Amin… Amin… Allah humma amin…

Teruskan Kesungguhan Ibadah Ramadan Di Bulan Syawal

Bulan Ramadan yang menjanjikan seribu macam pahala, sering menjadi rebutan setiap insan muslim. Masing-masing mengharapkan ganjaran pahala yang banyak bagi menampung dosa-dosa yang tidak dapat dihitung dengan sepuluh jari.

Memenuhi tuntutan serta susulan tazkirah sebulan di bulan Ramadan Fenomena yang sering berlaku di kalangan masyarakat dalam negara ini adalah ketidaksungguhan mereka meneruskan agenda dan aktiviti keagamaan, ia terhenti dengan berakhirnya Ramadan, seolah-olah Ramadan sahaja bulan untuk beribadat sedangkan bulan-bulan lain tidak perlu berbuat demikian.

Inilah kesilapan yang perlu diperbetulkan dari semasa ke semasa. Allah bagi pandangan mereka hanya wujud pada bulan Ramadan, sedangkan bulan lain bagi tanggapan mereka tidak perlu pengisian rohani. Apabila persepsi ini tidak diubah dari sekarang, mungkin ia akan dianggap betul oleh sesetengah anggota masyarakat. Akhirnya ia menjadi semacam budaya yang merugikan Islam dan umat Islam itu sendiri.

Syawal jadi bulan koreksi diri.

Masjid-masjid dan surau-surau kosong dengan pengunjungnya selepas bulan Ramadan, kerana Syawal bagi pandangan sesetengah umat Islam adalah bulan 'rumah terbuka'. Oleh kerana puasa Ramadan juga sebulan, maka berbaloilah apa yang mereka lakukan bagi memenuhi tuntutan nafsu.

Kelas-kelas pengajian seperti ilmu fiqh, akidah tauhid, tafsir, hadis, sirah, tasawwur dan lain-lain hanya dihadiri oleh mereka yang sama juga, itupun tidak berkitab, hanya mendengar. Setiap kali masalah timbul, para penceramah menjadi sasaran untuk diajukan soalan yang sering berulang, sedangkan sepatutnya setiap apa yang didengar perlu dicatat atau berkitab supaya ilmu yang didengar itu bukan hanya ada dalam kitab, malah ia perlu difahami dengan betul sama seperti anak-anak kita belajar di sekolah masing-masing.

Kalau budaya ini berterusan seperti tahun-tahun sudah, maka ia akan melahirkan insan-insan yang tetap sama fahamannya, malah ia tidak meningkat ke satu tahap yang boleh dibanggakan. Menurut satu riwayat, kalau amalan hari ini tetap sama dengan semalam, atau amalan esok tetap sama dengan hari ini, maka ia menunjukkan tiada satu pencapaian terbaik digarap oleh umat Islam sebulan dalam tazkirah Ramadan.

Alangkah ruginya masa berlalu, tetapi ia tidak dimanfaatkan sepenuhnya oleh insan-insan yang kurang prihatin atau peka kepada isu-isu agama mereka, sedangkan banyak persoalan dikemukan oleh para alim ulama’ dalam forum-forum mereka khususnya yang disiarkan menerusi laman-laman web Islam, antara tajuk-tajuk forum yang patut dihadiri oleh umat Islam di bulan Syawal bagi menggilap kemampuan daya berfikir mereka adalah:
1) Mengapa umat Islam berani menentang Allah secara terbuka?

2) Benarkah kita umat yang komited dengan Islam?

3) Benarkah amalan kita diterima Allah sedangkan kita tidak menyumbang kepada Islam?

4) Adakah kita sebaik-baik umat yang dikeluarkan Allah buat umat manusia sejagat?

5) Mengapa masih terdapat ramai umat Islam tidak menutup aurat?

6) Mengapa Allah bukan matlamat sebenar dalam segenap agenda hidup kita?

7) Mampukah umat Islam mengekang kemaraan musuh-musuh Islam dalam segenap aspek hidup mereka?

8) Dimanakah kita dengan Rasulullah s.a.w.?

9) Mengapa para isteri baginda Rasulullah s.a.w. tidak dijadikan role model kepada muslimah hari ini?

10) Bolehkah kita mati dalam agama Islam?

Dan banyak lagi, yang kiranya apabila umat Islam tidak bersungguh untuk memahami salah satu tajuk di atas sebagai jalan untuk memperkasa diri dengan elemen agama, sudah pasti mereka tidak akan menjadi umat yang berjaya dalam hidup.

Tindakan yang perlu kita buat selepas Ramadan.

Justeru, bagi mengekalkan kelangsungan amal ibadat serta hubungan intim dengan Maha Pencipta, adalah disarankan agar saudara/saudari memastikan beberapa panduan di bawah ini:

1) Paling penting yang perlu anda lakukan sebelum yang lain, memohon pertolongan Allah SWT agar terus memberikan hidayat-Nya, menetapkan iman pada jalan agama-Nya serta memperkasa diri dengan ilmu pengetahuan agama.

2) Kekalkan amalan takwa yang digarap ketika melaksanakan ibadat puasa di bulan Ramadan walaupun menjangkau bulan Syawal sebagai bekalan setahun untuk Ramadan akan datang.

3) Perbanyakkan beramal dengan amalan-amalan sunat yang dilakukan pada bulan Ramadan untuk kelangsungan di bulan Syawal dan seterusnya seperti solat-solat sunat, puasa-puasa sunat, banyak berdoa.

4) Banyak bergaul dengan golongan para Solihin seperti majlis zikir, nasihat, kaunseling dan tazkirah.

5) Memperdalami maklumat dan ilmu pengetahuan mengenai sejarah kehidupan para Anbiya’, Nabi Muhammad s.a.w., para sahabat, tokoh-tokoh sarjana Islam terkemuka dalam pelbagai bidang ilmu pengetahuan yang pernah melonjakkan Islam, sama ada melalui pembacaan, mendengar kuliah atau cakera padat, kaset agama dan sebagainya.

6) Memperbanyakkan mendengar kuliah-kuliah fardu ‘Ain di masjid atau surau secara langsung ataupun kaset dan cakera padat (sebagai bahan rujukan tambahan).

7) Memelihara tuntutan ibadat khusus seperti solat lima waktu, mengqada’ puasa yang tertinggal kerana sakit, musafir atau uzur syari’e, kerana ia amat dituntut untuk dilakukan segera.

8) Memelihara amalan-amalan sunat seperti puasa enam hari di bulan syawal, bersedekah, menziarahi sanak-saudara, jiran tetangga, sahabat-handai dan lain-lain.

9) Membaca al-Quran, bermula dengan menghafaz surah-surah pendek dan menghafaz ayat-ayat penting sebagai pendiding diri seperti ayat kursi, surah al-Mulk, Yasin dan lain-lain.

10) Memperbanyak zikir dan wirid, terutamanya zikir Ma’thurat susunan Imam Syahid Hasan al-Banna.

11) Menjauhkan diri dari perkara-perkara yang boleh merosakkan hati, sama ada bergaul dengan golongan maksiat, menonton filem lucah, membaca majalah-majalah yang boleh melalaikan seperti hiburan dan lain-lain, mendengar muzik yang melalaikan dan banyak lagi.

12) Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan kadar segera dengan menyesali apa yang telah dilakukan yang menyalahi hukum syarak dan berazam tidak akan mengulanginya pada masa-masa akan datang.

13) Berhenti dari merokok terutamanya jenama rokok milik Zionis Israel, Amerika dan Britain yang menghimpun dana bagi membeli senjata untuk membunuh saudara-saudara Islam di Palestin, Lubnan dan lain-lain.

14) Menyesali atas perbuatan menghadiri program-program maksiat seperti hiburan yang melalaikan atau sukan yang menghalang diri dari menunaikan solat lima waktu.

15) Gigih untuk meninggalkan segala tegahan dan larangan Allah serta Rasulullah s.a.w dan bersedia melakukan segala perintah dengan penuh rasa tanggungjawab dan pasrah kepada arahan kedua-duanya.

Janganlah jadi golongan yang hanya mengenali Allah SWT di bulan Ramadan semata-mata dengan amalan yang banyak, malah jadikanlah diri anda sekalian sebagai hamba-hamba Allah yang bertakwa sepanjang masa.

IMAN ITU INDAH

Aku wanita punya hati
yang seringkali merasa,
punya akal yang seringkali berfikir
tentang kekuasaan ALLAH,
tentang kewujudan malam dan siang
juga tentang kehidupan dan kematian
yang akan bertandang buat setiap insan.

Selepas menunaikan solat asar
aku membasahkan bibir
dengan kalimah-kalimah yang indah
datangnya dari ALLAH.
Aku alunkan dengan penuh syahdu…
“subhanallah walhamdulillah walailahaillallah allahuakbar”

Tiba-tiba air jernih menitis laju
tanpa aku sedari,
buat kali pertama aku merasakan
hatiku sungguh pilu dan sebak.

Tiada tempat hendak meminta,
merayu melainkan kepadanya
lantas seperti adanya belaian lembut
yang menenangkan diriku,
kewujudannya amat terasa,
ya ALLAH nur mu aku dambakan
agar terus mekar di hati ini.

Hebatnya kuasa ALLAH
mengalahkan kehebatan cinta manusia,
dulu aku sering leka dengan mainan duniawi,
sekarang dengan adanya engkau disisi,
aku menjadi semakin berhati-hati.

Dulu aku berteman dengan manusia
dan melupakanmu seketika,
namun apa yang aku dapat
dengan berbuat begitu?
Hanya dosa.. dosa mencariku,
aku merelakannya datang.

Dulu gossip hangat menjadi bualan,
kekurangan manusia menjadi bahan permainan,
kesilapan manusia menjadi ukuran.

Kini semua itu akan berlalu,
tinggalkan lah aku jauh wahai dosa,
datang lah menjemputku wahai pahala.
Aku menanti dengan hati yang suci dan terbuka.

Semakin aku mengerti akan kehidupan ini,
semakin banyak rintangan yang datang silih berganti.
Andai aku turuti kata hati
sudah lama aku hanyut dalam arus hidup ini.

Denganmu aku semakin kuat mengharunginya,
dengan mu aku semakin tabah
dan redha menerima segalanya,
dengan mu juga aku semakin matang
dalam menilai kamus hidup manusia.

Ya ALLAH hambamu ini memerlukanmu
sentiasalah mendampingiku
agar aku tidak lalai
dan taksub dengan mainan duniawi.

DIDIKLAH ISTERIMU WAHAI SUAMI

Suami yang bijak dan peka adalah pemimpin rumah tangga yang seharusnya sentiasa berusaha sekreatif yang mungkin untuk mencorak rumahtangga yang harmoni dalam mendidik seorang insan yang bergelar isteri. Kejadian Allah yang amat unik dan terperinci membekalkan sesuatu yang amat istimewa kepada kaum lelaki dimana dianugerahkan kekuatan akal yang rasional, tidak terlalu mudah untuk beremosi atau tidak mudah didorong oleh perasaan.

Oleh sebab itulah kenapa Allah menciptakan lelaki dgn sembilan akal dan satu nafsu. Jika kekuatan akal yang dikurniakan ini dapat digunakan sebaik-baiknya, ditambah dengan kekuatan ilmu dan kesabaran yang disertai dengan kekuatan jasmani dalam mencari nafkah keluarga, maka suami akan menjadi tunjang kepada lahirnya sebuah keluarga yang harmoni seterusnya menjadi pelindung dan pendidik yang berwibawa kepada keluarga yang bahagia.

Keteguhan iman dan ketakwaan kepada Allah disertakan dengan usaha dan doa yang tidak putus- putus kepada illahi memberikan suami semangat untuk melayani karenah dan ragam isteri saban hari. Sepertimana yang difirmankan oleh Allah SWT yang bermaksud: "Lelaki adalah pemimpin(pembela dan pelindung) bagi wanita, kerana Tuhan telah melebihkan yang satu dari yang lainnya, dan kerana suami telah menafkahkan sebahagian daripada hartanya."

Dalam mewujudkan suasana yang tenteram dan aman damai diantara suami dan isteri, perlunya wujud suatu pro dan kontra antara suami isteri ini. Sekiranya si isteri sedang berduka, suami perlulah bijak dalam bertindak selaku pengemudi kepada sang isteri untuk mewujudkan perasaan gembira di dada isteri yang sedang berduka. Dengarlah segala rintihan hati isteri dengan penuh rasa bertanggungjawab dan minat dalam mendengar perasaan hatinya. Disinilah lelaki hendaklah menggunakan daya fikir yang dikurniakan oleh Allah dalam mengahadapi wanita.

Jika dibandingkan dengan kaum lelaki, memang benar wanita dikurniakan dengan sembilan nafsu dan satu akal. Apa yang dimaksud bukanlah nafsu seks semata-mata, tetapi nafsu yang mendorong seseorang itu mudah berprasangak buruk,pemarah,pemboros dalam berbelanja dan sebagainya. Hasil dorongan nafsu itulah yang melahirkan pelbagai sifat dan perasaan di dalam dada para wanita. Disebabkan wujudnya benda-benda seperti itu,maka atas dasar inilah wanita harus diberi bimbingan dan panduan untuk mengawal segala tingkah lakunya supaya tidak melepasi sempadan sebagai seorang wanita.

Dalam mendidik isteri, kaum lelaki haruslah sentiasa bersiap sedia dalam menghadapi pelbagai dugaan yang ditimbulkan oleh isteri ini. Didiklah dengan penuh rasa tanggungjawab dan kasih sayang yang tidak putus-putus walaupun kadangkala didikan yang harus diberi itu memakan masa yang cukup panjang. Janganlah jemu dalam memberi sifat tanggungjawab ini kerana tugas dalam melaksanakan segala perihal ini memang menjadi tanggungjawab suami.

Kadangkala,kita sering terlupa akan hal ini, dimana Allah menjadikan lelaki@suami untuk mendidik isteri dan keluarganya tetapi apabila berhadapan dengan kaum perempaun yang pendek akal fikirannya, kaum lelaki lebih mudah naik angin. Tanpa kita semua sedari, memang tidak dapat dinafikan ada masa dan waktunya, kaum perempuan memerlukan masa yang lebih untuk memahami sesuatu perkara itu dan oleh sebab itulah lelaki mestilah memahami bahawa kaum perempuan ini sediakala lemah pemikirannya.

Ingatlah kita wahai kaum lelaki, Rasulullah SAW juga pernah berhadapan dengan pelbagai karenah daripada perempuan yang suka berleter. Taktala mendengar leteran daripada kaum perempuan ini, Rasullulah SAW tidak menjawab satu patah pun sehinggalah leteran oleh perempuan itu berakhir. Rasullulah memberi peluang kepada perempuan itu untuk meluahkan segala rasa ketidakpuasan hati yang melanda diri perempuan itu. Apabila segala yang diluahkan itu berakhir, barulah Rasulullah memberi penjelasan atau pun memaafkan saja dan melupakan perkara tersebut.

Rasullullah SAW juga bersabda yang bermaksud: "Dunia adalah hiasan dan hiasan yang terbaik ialah memiliki isteri yang solehah." Apabila didikan yang sempurna diberikan kepada wanita ini, maka disinilah segalanya bermula. Kebaikan daripada seorang wanita yang menerima didikan yang betul mampu melahirkan kebaikan kepada seluruh umat yang dicorakkan oleh tangan wanita ini.

Seluruh alam dan isinya akan berbahagia andainya tangan yang lembut dan kehalusan belaian tangan ini datangnya daripada seorang yang bergelar wanita yang solehah. Sepertimana yang dapat disenaraikan disini beberapa sifat-sifat isteri yang solehah dan andaikata apa yang disenaraikan tidak ada pada seorang wanita itu, maka tidaklah boleh dijadikan alasan untuk tidak berkahwin, salah satu sifat lelaki yang sejati dan bertimbang rasa ialah bersabar dan menerima kelemahan isteri dengan hati yang terbuka.

Sifat-sifat isteri solehah:

1.Mentatai perintah Allah SWT dengan mengerjakan segala perintah suami selagi tidak melanggar hukum Allah SWT.
2. Sentiasa menjaga hati suami dengan bercakap dengan perkataan yang lembut-lembut.
3. Hendaklah mendiamkan diri ketika suami berkata- kata.
4. Hendaklah sentiasa menyerahkan diri kepada suami apabila diperlukan
5. Menghiasi diri dengan wangi-wangian dan (bersolek)
6.Tidak berhias dan memakai wangi-wangian apabila semasa ketiadaan suami.
7. Memelihara mulut daripada bau-bauan yang tidak menyenangkan suami.
8. Tidak curang dan mengkhianati suami apabila ketiadaanya dirumah.
9. Hendaklah sentiasa menghormati keluarga suami.
10. Mensyukuri apa yang disediakan oleh suami.
11. Sentiasa rela dan bersedia apabila disentuh suami bila sahaja dikehendakinya.
12. Tidak melakukan puasa sunat tanpa keizinan suami.
13. Tidak keluar rumah tanpa keizinan suami.

ADAB BERHIBUR

Antara matlamat utama manusia ini dicipta oleh Allah SWT adalah untuk mengabdikan diri kepadaNya seperti yang firmankan oleh Allah: “Dan (ingatlah) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepadaKu.”
(surah Az Zariyyat :56)

Maka menjadi tanggungjawab kita untuk menjadikan setiap aktiviti kita termasuk berhibur sentiasa berada di dalam ruang lingkup beribadah kepada Allah SWT. Tujuan garis panduan ini disediakan adalah untuk memberi panduan kepada para penganjur hiburan agar program hiburan yang dijalankan tidak menyalahi syara’ dan tersasar dari tujuan beribadah kepada Allah SWT.

ISLAM DAN HIBURAN Islam adalah satu cara hidup yang sangat meraikan dan tidak pernah sekali-kali menyekat naluri fitrah manusia termasuklah berhibur seperti mendengar muzik, bunyi-bunyian dan nyanyian asalkan sahaja hiburan itu tidak menyalahi hukum-hukum syara’.

GARIS PANDUAN MENGADAKAN ACARA KONSERT / PERSEMBAHAN DAN HIBURAN DALAM ISLAM

1- Hendaklah dipastikan muzik / lagu / skrip yang tidak mempunyai perkataan yang boleh membawa ke arah bertentangan dengan aqidah seperti menyalahi syariat Allah SWT, memburuk-burukkan Rasulullah SAW, melekehkan para sahabat, meragui hari kiamat dan pembalasan dosa pahala juga tiada unsur memuja atau taksub kepada wanita.

Allah SWT memberi peringatan kepada sesiapa yang meragui kebenaran hari kiamat dengan firmannya: “Sesungguhnya hari kiamat itu tetap akan datang - yang Aku sengaja sembunyikan masa datangnya - supaya tiap-tiap diri dibalas akan apa yang ia usahakan. Maka janganlah engkau dihalangi daripada mempercayainya oleh orang yang tidak beriman kepadanya serta ia menurut hawa nafsunya; kerana dengan itu engkau akan binasa”. (surah Taaha : 15-16)

2- Suatu persembahan / konsert yang dijalankan hendaklah tidak berlebih-lebihan sehingga hak-hak Allah dan kewajipan yang lain terabai seperti menunaikan ibadah, hak mencari dan memberi nafkah, menuntut ilmu dan sebagainya.

“Tidaklah ada diantara orang Muslim jika tiba waktu solat wajib, lalu dia membaguskan wudhuknya, kekhusyukannya, dan ruku'nya melainkan solat itu menjadi penebus dosa-dosa sebelumnya, selagi dia tidak mengerjakan dosa besar, dan itu berlaku selamanya”. (Hadis Riwayat Muslim)

3- Muzik atau nyanyian yang disampaikan tidak mempunyai senikata lagu berunsur maksiat dan lagho seperti membawa kepada rangsangan ghairah nafsu melalui tema-tema cinta yang melampau, luahan perasaan dan kerinduan yang berlebihan kepada manusia sehingga mendorong pendengar dan remaja kepada melakukan maksiat dan dosa.

Oleh itu nyanyian sebegini hendaklah dijauhi berdasarkan firman Allah seperti berikut:
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang sia-sia (lagha), mereka berpaling daripadanya.” (surah Al Qasas : 55)

“Sesungguhnya Allah telah menentukan bahagian seseorang tentang zina yang tidak mustahil didapatinya. Maka zina mata adalah memandang, zina lidah adalah mengucapkan, zina hati adalah mengingini dan faraj (kemaluan) membenarkan atau mendustakannya.”
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

4- Hendaklah hiburan tidak diiringi atau dialunkan dengan instrument bunyian terlampau seperti budaya rock sehingga penonton / pendengar mengikut rentak (melompat-lompat, menjerit dan bersorak) menjatuhkan akhlak mereka dan mendatangkan fitnah kepada diri mereka.

5- Penyanyi, pembuat persembahan dan penonton yang hadir hendaklah menjaga auratnya, tidak melakukan gerak badan yang memberahikan ataupun mempersembahkan nyanyian dengan suara lucah yang menyebabkan fitnah dan rangsangan nafsu kotor dikalangan pendengar / penonton. Sekalipun lagu dan senikata yang disampaikan adalah baik, dalam keadaan ini ianya tetap menjadi haram.

Allah swt berfirman berkenaan tuntutan menutup aurat: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.” (surah Al A'raf : 26)

Rasulullah saw juga memberi amaran kepada wanita yang tidak menutup aurat mereka: “Sebahagian dari penghuni neraka ialah perempuan yang memakai pakaian yang menyerupai telanjang, pakaian yang sesat dan menyesatkan. Mereka tidak masuk ke syurga dan tidak mencium baunya.” (Hadis Riwayat Muslim)

“Apabila umatku melakukan 15 perkara maka mereka layak untuk menerima bala Allah. Antara 15 perkara itu ialah…. orang ramai menjadikan wanita sebagai penyanyi (penari-penari), alat-alat yang melalaikan (muzik).” (Hadis Riwayat Tarmidzi)

6- Hendaklah dipastikan tiada percampuran di antara lelaki dan wanita yang bukan mahram tanpa sekatan dan had hingga membawa kepada bersentuhan antara lelaki wanita ajnabi, tiada majlis tari-menari, tidak berlakunya acara minum arak, pertaruhan judi, tiada drama /lakonan-lakonan liar dan seumpamanya.

Rasulullah saw bersabda dalam hal pergaulan lelaki wanita ajnabi ini: “Sekiranya ditikam di kepala seseorang kamu dengan sebatang besi adalah lebih baik baginya dari menyentuh kulit wanita yang tidak halal untuk disentuh.” (Hadis Riwayat Baihaqi)

7- Penyanyi tersebut hendaklah dari kalangan lelaki jika penontonnya adalah lelaki dan wanita manakala jika persembahan itu tertutup dan semua yang berkait dengannya adalah wanita maka dibolehkan penyanyi itu dari kalangan wanita. Ini adalah bagi mengelak segala fitnah dan punca kerosakan dari suara wanita dan pergerakan manja wanita yang menggoda.

Firman Allah SWT: “Maka janganlah kamu wahai wanita berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu), dan sebaliknya berkatalah dengan kata-kata yang baik (sesuai dan sopan).” (surah Al Ahzab : 32)

Dan Rasulullah SAW juga bersabda: “Daripada Abu Malik al-Asy’ari daripada Nabi saw bersabda; Beberapa orang daripada umatku akan meminum arak dan menamakannya dengan bukan nama asalnya dan dialunkan muzik kepada mereka dan dihiburkan oleh penyanyi-penyanyi perempuan. Allah akan membenamkan mereka ke dalam perut bumi dan Allah akan menjadikan mereka kera dan babi.” (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

PERINGATAN Syaitan selalunya mengambil peluang dari hiburan yang melalaikan untuk menyesatkan dan melaghakan manusia. Allah SWT berfirman: “Dan ada di antara manusia: orang yang memilih serta membelanjakan hartanya kepada cerita-cerita dan perkara-perkara hiburan yang melalaikan; yang berakibat menyesatkan (dirinya dan orang ramai) dari agama Allah dengan tidak berdasarkan sebarang pengetahuan; dan ada pula orang yang menjadikan agama Allah itu sebagai ejek-ejekan; merekalah orang-orang yang akan beroleh azab yang menghinakan.” (surah Al Lukman :6)

Bertitik-tolak dari itulah, satu garis panduan berkenaan hiburan disusun supaya kehalusan seni hiburan yang digariskan Islam itu dapat direalitikan. KESIMPULAN Industri hiburan dan nyanyian yang harus dalam Islam adalah sesuatu yang sesuai dengan fitrah kejadian manusia, menghibur dan memberikan ketenangan kepada jiwa disamping mematuhi adab-adab Islam.

Ini menuntut kesedaran yang tinggi dari pemuzik dan penggiat seni Muslim supaya membentuk industri hiburan tersendiri dan terpisah daripada pengaruh jahat Kuffar. Sebarang percubaan Kuffar untuk menghanyutkan umat Islam ke arah kemaksiatan, kemudharatan dan kefasikan mestilah dihalang beracukan penetapan dan susur galur Al Quran dan Sunnah Rasul SAW.

sumber dari: Dato' Seri Harussani b. Zakaria

Rasulullah saw Model Lelaki Sejati

Pernah seorang sahabat bertanyakan kepada saya; “Bagaimanalah kita hendak mengikut Rasulullah saw sedangkan dengan hanya satu isteri pun sudah tidak mampu berlaku adil dan anak seorang pun dibiarkan terbiar.”

Wahai lelaki keturunan Adam, muhasabahkanlah dirimu, kenalilah peribadimu dan hiasilah amalanmu seperti amalan Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah contoh terbaik yang boleh dijadikan sebagai model lelaki sejati. Sebagai suami, ayah dan datuk yang cemerlang, sikap terpuji Baginda dapat diketahui menerusi beberapa riwayat yang memaparkan kehidupan Baginda yang bersikap adil dan saling menghormati, malah seorang yang pemaaf dan belas kasihan.

Sebagai seorang suami, Baginda tidak keberatan membantu melakukan kerja-kerja rumah seperti menjahit pakaian, memerah susu kambing dan apabila Baginda mahu makan, Baginda makan apa sahaja yang tersedia. Al-Hafizh Ibnu Hajar pernah berkata bahawa Saiditina Aisyah r.a meriwayatkan dari Ahmad dan Ibnu Hibban, katanya: “Baginda yang menjahit pakaiannya, menjahit sepatunya dan mengerjakan apa yang biasa dikerjakan oleh lelaki di rumah mereka.”

Rasulullah juga melayan kehendak isterinya tanpa menjatuhkan martabatnya sebagai seorang suami yang wajib dihormati oleh isteri. Ini menunjukkan bahawa pada masa-masa tertentu, suami mesti pandai mengambil hati isteri, jangan bersikap kasar atau garang sehingga sanggup mencederakan isteri. Dalam kehidupan berpoligami, Baginda adalah contoh terbaik yang melaksanakan prinsip keadilan. Baginda pandai memainkan peranannya sehingga tidak ada di kalangan isteri yang tersinggung perasaannya. Pernah berlaku dalam rumah tangga Rasulullah saw, suatu hari isteri-isteri Baginda datang menemui Baginda, Aishah yang mewakili mereka terus bertanya: “Wahai Rasulullah, di antara isteri-isteri Rasulullah, yang manakah yang paling Rasulullah sayang?”.

Rasulullah saw tersenyum mendengar pertanyaan itu. Baginda tidak terus menjawab, sebaliknya Baginda menyuruh kesemua isterinya pulang dahulu dan berjanji akan memberikan jawapannya satu ketika nanti. Selepas itu seperti biasa Rasulullah saw bermalam di rumah isteri-isteri Baginda mengikut giliran masing-masing. Sedikit pun Baginda tidak menyebut mengenai persoalan yang dikemukakan itu. Sebaliknya sebelum Baginda meninggalkan rumah isterinya, setiap seorang dihadiahkan sebentuk cincin dan Baginda berpesan agar tidak memberitahu hal itu pada isteri-isteri yang lain.

Pada hari yang ditetapkan, Rasulullah saw menyuruh isteri-isteri Baginda berkumpul kerana Baginda hendak memberi jawapan kepada persoalan yang dikemukakan. Maka berdebar-debarlah hati masing-masing untuk mengetahui siapa di antara mereka yang paling disayangi oleh Rasulullah saw. Ada yang cuba meneka jawapannya pasti adalah Aisyah kerana beliau merupakan isteri termuda di antara mereka tetapi dengan kebijaksanaan Rasulullah, Baginda pun berkata; “Isteri yang paling disayangi ialah mereka yang diberi cincin kepadanya”.

Maka tersenyumlah isteri-isteri Rasulullah saw kerana setiap seorang menyangka bahawa dia sahaja yang menerima cincin tersebut. Begitulah betapa adil dan bijaksananya Rasulullah saw bertindak sebagai suami yang pandai menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan baik tanpa timbul sebarang perselisihan faham atau pergaduhan di kalangan isteri. Malah, jika direnung kembali wasiat Baginda yang terakhir, salah satu daripadanya menekankan tentang betapa pentingnya lelaki berhati-hati dalam perlakuan mereka kepada wanita (isteri). Baginda bersabda yang bermaksud: “Takutlah kamu pada Allah dalam hal wanita. Mereka berada di dalam peliharaanmu. Kamu telah mengambilnya sebagai amanah daripada Allah swt dan mereka itu dihalalkan untuk kamu dengan nama Allah S.W.T.” Wasiat terakhir ini menunjukkan betapa Rasulullah saw menekankan kepada peranan suami yang perlu bersabar ketika berhadapan dengan kerenah isteri demi kesejahteraan keluarga.

Kecemerlangan Rasulullah saw sebagai bapa dapat dilihat apabila Baginda amat menyayangi anak-anaknya dengan menunjukkan kasih sayang, kemesraan dan tanggungjawab sebagai seorang bapa. Dalam hal ini, Saiditina Aisyah r.a pula menceritakan tentang bagaimana kasih sayang Baginda terhadap anaknya Fatimah seperti mana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim bahawa: “Fatimah datang berjalan kaki. Jalannya seperti Rasulullah saw berjalan. Lalu Rasulullah saw berkata kepadanya; "Selamat datang puteriku.” Kemudian Baginda mendudukkannya di sebelah kanan atau sebelah kiri Baginda.” Cara layanan terhadap anak juga menunjukkan Baginda bersikap dengan penuh kasih sayang sebagai mana yang dijelaskan di dalam hadis Baginda yang diriwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmizi dan an-Nasai yang bermaksud: “Setiap kali Fatimah datang menemui Rasulullah, Baginda biasanya berdiri menyambut kedatangannya, menciumnya dan menyuruhnya duduk di tempat Baginda.”

Kecemerlangan Rasulullah saw sebagai seorang datuk dapat dilihat menerusi kasih sayang nabi terhadap anak kecil (cucu baginda) melalui cara Baginda melayani kedua-dua cucu kesayangan baginda, Hassan dan Hussin iaitu anak Siti Fatimah ra dan Ali kwj. Rasulullah bukan sahaja sentiasa membelai dan mencium kedua-dua cucunya ini malah apabila cucu-cucu Baginda menghampiri Baginda, Baginda terus mendukungnya. Perbuatan Baginda ini pernah dilihat oleh seorang lelaki iaitu al-Aqra’ bin Habis al-Tamimi. Al-Aqra’ berkata; “Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh orang anak tetapi tidak pernah saya mengucup walau seorang pun daripada mereka”. Melihat keadaan ini, Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh al-Bukhari bermaksud: “Sesiapa yang tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi”.

Kisah hidup Rasulullah ini sedikit sebanyak memberikan kita satu panduan atau model ikutan yang wajar dijadikan amalan. Amat sukar untuk kita menemui seorang lelaki muslim yang sempurna peribadinya seperti Rasullulah. Jadikanlah Baginda Qudwah Hasanah hidupmu wahai Muslim!

Bilal memeluk Islam

BILAL bin Rabah seperti yang diceritakan oleh Abdul Latip Talib dalam bukunya; Bilal bin Rabah, Pengumandang Seruan Langit, begitu mengharungi pahit getir sebagai hamba.
Ditambah dengan warna kulitnya yang hitam itu, Bilal menjadi mangsa masyarakat Arab yang mengamalkan dasar diskriminasi warna, iaitu aparteid.
Bilal dipandang hina oleh kebanyakan penduduk Arab dan boleh diperlakukan apa sahaja dan tidak layak dilayan seperti manusia.
Telah diberi makan, minum dan tempat tinggal sudah cukup baik. Jangan bertanyakan soal upah kerja mahupun hendak memiliki harta, hak-hak itu dinafikan bagi mereka yang bergelar hamba!
Jadi, apabila Bilal digula-gulakan dengan tawaran merdeka jika berjaya membunuh Nabi SAW, peluang seperti ini terlalu sukar dilepaskan.
Lalu bersama sebilah pisau tajam yang dilumur racun tersembunyi di sebalik jubah, Bilal melangkahkan kaki menuju ke rumah Abu Bakar As Siddiq. Ini kerana hanya melalui Abu Bakar sahaja, Bilal akan dibawa menemui Nabi SAW.
Sebelum itu sebenarnya, Bilal pernah menemui Abu Bakar ketika sahabat baik Nabi itu datang menemui tuannya, Umaiyyah bin Khalaf atas urusan perniagaan.
Bilal mendapati sahabat tuannya itu mempunyai watak yang sangat berbeza. Tidak seperti Umaiyyah yang bengis, kejam dan tidak berperi kemanusiaan .
Abu Bakar ialah seorang yang mempunyai hemah yang tinggi, berbudi bahasa, menghormati kawan dan lawan dan tidak pernah memandang hina kepada sesiapa pun.
Dalam pertemuan itu Bilal bertanya bagaimana Abu Bakar boleh memeluk Islam dan apakah kelebihan-kelebihan yang ada pada agama itu sehingga semakin ramai meninggalkan penyembahan berhala yang selama ini begitu dipertahankan.
Lalu Abu Bakar pun dengan senang hati menjawab segala pertanyaan Bilal sehingga hamba itu sendiri begitu tertarik mendengarkannya.
Ini apabila Abu Bakar memberitahu bahawa Islam adalah satu-satunya agama yang memberi keadilan dan kedudukan sama rata kepada semua penganutnya tanpa mengira warna kulit, bangsa dan rupa.
Tidak ada golongan hamba kecuali mereka yang bertakwa, orang itulah yang akan mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah!
"Jika seorang hamba sekalipun, andai dia mempunyai iman yang teguh terhadap Allah, maka dialah yang mendapat tempat dan dipandang mulia oleh agama.
"Bukan seperti yang berlaku sekarang, manusia dipandang mulia kerana warna kulit. Sedangkan semua itu tidak sepatutnya membeza-bezakan kita semua," kata Abu Bakar.
Kata-kata Abu Bakar menyebabkan Bilal semakin teruja dan tidak sabar-sabar meminta supaya diislamkan dengan segera.
Beliau yakin hanya dengan Islam sahaja, kebebasan hidup sebagai manusia dapat beliau rasai.
Namun Abu Bakar menasihatkan Bilal supaya menunggu masa yang sesuai dan lebih selamat untuknya memeluk Islam. Ini kerana Abu Bakar lebih bimbangkan keselamatan Bilal, takut akan diseksa oleh tuannya, Umaiyyah yang terkenal dengan sifat kejam dan bengisnya itu.
Bilal akur dengan nasihat Abu Bakar namun di hatinya tidak mampu menahan untuk menemui Nabi SAW.

Kali ini beliau sebenarnya berjaya mengelabui tuannya, beliau sama sekali tidak memperalatkan Abu Bakar dalam usaha untuk menemui dan membunuh Rasulullah SAW.
Rahsia
Ini kerana pada mulanya Umaiyyah tidak setuju Bilal hendak menemui Abu Bakar kerana dikhuatiri rahsia rancangan mereka akan bocor dan gagal membunuh Nabi yang kini menjadi musuh ketat golongan kafir Quraisy.
Namun Bilal memberi jaminan, Abu Bakar digunakan semata-mata untuk membawanya menemui Nabi Muhammad. Ini kerana baginda sering berada di tempat-tempat yang dirahsiakan dan tidak diketahui oleh orang ramai bagi menyampaikan ajaran Islam secara lebih mendalam.
Umaiyyah sebenarnya tidak mengetahui bahawa Abu Bakar telah mengetahui segala rahsia rancangan jahat itu sebagaimana yang diberitahu sendiri oleh Bilal.
Lalu kedua-dua mereka berpura-pura saling tidak mengetahui niat masing-masing dan memberi jaminan bahawa Bilal pasti dapat menemui baginda kerana Abu Bakar sahaja yang mengetahui di mana Nabi SAW berada.

Bilal akhirnya berjaya menemui satu-satunya manusia yang ingin beliau temui dan berharap menjadi 'hamba' kepada Nabi Muhammad setelah melalui hidup yang amat membosankan sebagai hamba kepada Umaiyyah.
Dalam pertemuan beliau dan baginda di rumah Arqam bin Abi Al Arqam di kaki bukit Safa, Bilal langsung tidak mengeluarkan pisau tajam lagi beracun yang tersisip di pinggang tersembunyi di sebalik jubah.
Beliau sama sekali tidak mengkhianati Abu Bakar malah yang beliau keluarkan hanyalah tangannya yang bersih berjabat dengan Nabi Muhammad untuk mengakui "bahawa tiada yang wajib disembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah pesuruh Allah".
Tanpa sebarang keraguan lagi. Maka rasmilah kini, Bilal memeluk Islam sebagaimana beberapa golongan hamba lain yang turut memeluk Islam kerana tidak tahan lagi hidup di bawah rejim kafir Quraisy.
Malah sejurus melafazkan syahadah itu, Bilal mula merasai nikmat keislaman mengalir ke segenap darah dan tubuhnya. Terasa nyaman lagi menyejukkan. Ditambah senyuman dan layanan baik Rasulullah sudah cukup menjadi pemangkin untuk beliau keluar dari naluri penghambaan.

Beliau sama sekali tidak menyangka golongan hamba sepertinya, yang sering dipandang hina, sudi diterima oleh baginda sebagai pengikutnya.
Ini menjadikan beliau, Bilal yang baru. Bukan lagi hamba tetapi menjadi lebih berani dan tidak lagi menghiraukan ancaman dan ugutan dari Umaiyyah atau sesiapa sahaja.
Bilal kemudian menghabiskan masa hampir sehari dengan Nabi Muhammad untuk mengenali dan mempelajari Islam secara lebih dekat.
Apabila tiba masanya untuk pulang, Bilal benar-benar berat hati untuk meninggalkan Nabi dan para sahabat yang lain di rumah Al Arqam itu.
Namun berbekal semangat yang baru, Bilal dikatakan terus menuju ke kaabah dan menghampiri patung-patung berhala yang ada di situ.
Beliau benar-benar memandang jijik terhadap patung-patung itu dan mahu sahaja tangannya memusnahkan kesemua patung itu supaya tidak mencemari kaabah yang mulia.
Saat itu juga beliau ternampak seorang lelaki yang sedang menyembah salah satu berhala kerana meminta perniagaannya dapat diselamatkan dan keluarganya tidak ditimpa musibah akibat kerugian yang beliau alami.
"Adakah patung itu boleh memakbulkan doa kamu?," Pertanyaan Bilal yang mengundang renungan tajam lelaki itu.

"Wahai Bilal, apakah kamu sudah tidak percaya kepada tuhan-tuhan kita? Kamu tidak takut dilaknat oleh al Latta dan al Uzza?," kata lelaki itu dengan nada suara yang terkejut.
"Saya tidak pernah menyembah patung-patung itu dan tidak pernah berdoa kepadanya. Berhala itu tidak boleh berkata-kata, tidak boleh mendengar dan melihat. Bagaimana pula dia boleh mendengar permintaan kamu?," kata Bilal.
"Wahai Bilal, adakah kamu sudah menjadi pengikut Muhammad?," tanya lelaki itu dengan rasa marah yang meluap-luap.
"Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad itu memang pesuruh Allah," jawab Bilal.
Lelaki itu begitu marah dan mengancam untuk mengadukan mengenai Bilal yang telah berpaling tadah kepada Islam itu kepada tuannya, Umaiyyah bin Al Khalaf.
Ancaman
Bilal sama sekali tidak takut dengan ancaman itu malah mengejek lelaki itu dengan terus meludah ke arah patung berhala itu. Malangnya perbuatannya itu turut dilihat oleh Abu Lahab

Abu Lahab begitu marah dengan sikap Bilal dan mengugut untuk memberitahu kepada Umaiyyah.
Bilal sudah tidak menghiraukan lagi dengan ugutan seperti itu dan terus pulang untuk menemui tuannya.
Di rumah, Umaiyyah begitu tertunggu-tunggu kepulangan Bilal dan tidak sabar-sabar menantikan berita yang bakal dibawa oleh hambanya itu.
Sebaik sahaja Bilal menjejakkan kaki ke rumahnya, Umaiyyah terus menerpa Bilal dan bertanyakan mengenai rancangan membunuh itu.
Alangkah terkejut Umaiyyah apabila Bilal dengan tenang memberitahu bahawa beliau belum lagi membunuh Nabi Muhammad.
"Kenapa belum? ataupun kamu sengaja mengingkari perintah aku?" tanya Umaiyyah kepada Bilal dengan nada yang keras.

"Saya belum dapat bertemu Muhammad kerana nabi itu berada di tempat rahsia. Hanya pengikut-pengikut yang setia sahaja dapat menemui Nabi.
"Jadi, benarkanlah saya menjadi 'pengikut' Muhammad mungkin hanya dengan cara itu sahaja kita tahu di mana beliau berada dan mudah untuk kita membunuhnya" jawab Bilal.
Umaiyyah cukup marah dengan jawapan Bilal namun tanpa banyak pilihan beliau terpaksa setuju dengan cadangan Bilal itu. Asalkan sahaja Bilal dapat membunuh Nabi Mohammad itu.
Ikuti keluaran datang, akibat Bilal meludah patung-patung berhala, apakah yang terjadi pada hamba kulit hitam itu?

Berakhirnya Ramadhan, Suka atau Duka?

Disaat entri ini ditulis, ramadhan akan meninggalkan kita dalam masa satu/dua hari sahaja lagi. Bulan keberkatan, rahmat, keampunan sudah hampir menutup tirainya. Syaitan-syaitan hampir dilepaskan belenggunya, pintu neraka hampir dibuka. Namun kita sebagai manusia (termasuk diri ini), masih terleka dengan kegembiraan syawal lebih dari kelebihan ramadhan yang disebut.

Firman Allah dalam surah Al-Baqarah : 183
183. Wahai orang-orang Yang beriman! kamu Diwajibkan berpuasa sebagaimana Diwajibkan atas orang-orang Yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa.
Dalam ayat diatas jelas menunjukkan outcome terhadap orang-orang yang berpuasa adalah sejauh mana taqwanya meningkat. Kita? Adakah taqwa kita meningkat? Sesungguhnya untunglah orang-orang yang berjaya mendapat outcome yang dijamin oleh ALLAH ayat diatas. Siapakah orang-orang tersebut?

Mereka ialah orang orang merasai terkesannya diri untuk menjadi lebih baik, gembira sewaktu kedatangan ramadhan dan sedih sewaktu pemergiannya. Mengapa mereka merasai begitu? Sudah tentulah kerana ganjaran dan kebaikannya tidak ada di dalam bulan-bulan lain.

Antara kelebihan ramadhan ialah :
Pahala kebaikan digandakan. MasyaALLAH. Bayangkan kalau diluar ramadhan setiap satu kebaikan akan diberi sepuluh ganjaran, apatah lagi ramadhan? Sebagai contoh, dengan membaca al-Quran, ganjarannya mengikut berapa huruf yang dibaca. Jika satu surah al-Fatihah di baca pada luar bulan ramadhan, setiap huruf di beri ganjaran sepuluh kebaikan. Jika dibulan ramadhan, hanya dengan surah al-fatihah berganda-ganda ganjarannya. Apatah lagi yang menghabiskan satu Al-Quran. Begitu juga sedeqah dan sebagainya.

Allah membuka pintu keampunan seluas-luasnya. Sedangkan Rasulullah yang ma’sum pon setiap hari bertaubat kepada ALLAH, inikan lagi kita, manusia biasa, yang tidak diberi apa-apa jaminan syurga. Hanya orang-orang bijak sahaja yang mengambil peluang sehabis baik meminta keampunan di bulan ini. Setiap tangisan airmata yang keluar ikhlas kerana ALLAH itulah yang akan membantu menyelamatkan kita dari seksaan azab api neraka.
Malam lailatulqadar. Ganjaran yang ada pada malam ini sama seperti beribadat selama 1000 bulan atau bersamaan dengan 83 tahun. Mengikut salah satu pendapat ulama’ berdasarkan nas-nas, ia berlaku pada sepuluh malam ganjil sepuluh terakhir bulan ramadhan. Semua ciptaan ALLAH tunduk sujud dengan cara tersendiri pada malam itu, Inikan lagi manusia, yang diberi aqal, mereka perlulah lebih berusaha mencari malam ini.

Seperti firman Allah dalam (surah Al-Qadr : 1-5)
Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada malam Lailatul-Qadar, dan apa jalannya Engkau dapat mengetahui apa Dia kebesaran malam Lailatul-Qadar itu? malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. pada malam itu, turun malaikat dan Jibril Dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa Segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun Yang berikut); sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!

Doa dimakbulkan. Antara doa-doa akan ALLAH akan makbulkan dengan hebat ialah doa orang-orang yang berpuasa. Itupun jika puasa dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Berusaha untuk mencapainya, bukan setakat berdoa sahaja.
Dengan pemergian Ramadhan pada kali ini diharapkan memberi satu kekuatan dan latihan untuk terus istiqamah dalam melakukan amalan-amalan. Oleh itu wahai rakan sekalian, sambutlah aidilfitri dengan kegembiraan yang berpada-pada, janganlah sampai menjadikan syawal sebagai hari balas dendam atas segala apa yang kita tahan selama bulan ramadhan.
Kepada yang berusaha pergi bertarawikh di surau pada bulan ramadhan, teruskan usahamu untuk berjamaah fardhu di luar bulan ramadhan.
Kepada mereka yang berusaha berhenti merokok pada bulan ramadhan, teruskan usaha anda untuk berhenti merokok.

Kepada yang selalu menahan diri untuk mencarut pada bulan ramadhan, jaga mulutmu dari perkataan-perkataan yang tidak berguna itu selepas ramadhan.
Kepada mereka yang letih sujud berqiamullail pada bulan ramadhan, teruskan dengan bangun malam itu sepertimana kau mencari LailatulQadr di bulan ramadhan.
Kepada mereka yang menahan diri dari berdating dengan temanmu di bulan ramadhan teruskan usahamu membina pertalian suci diantara dua hati yang bukan muhrim.
Kepada mereka yang menahan nafsu daripada melakukan perkara-perkara yang terjurus kepada kelucahan semasa bulan ramadhan, jadikan syawal dan bulan-bulan seterusnya sebagai permulaan kepada pengakhiran.

Kepada mereka yang berusaha menutup aurat untuk bertarawikh di surau pada bulan ramadhan, teruskan usaha sucimu itu dibulan-ulan seterusnya. Agar ia menjadi kebiasaanmu kelak.
Dan begitulah selanjutnya, jadikanlah ramadhan sebagai latihan untuk kamu menjadi insan yang lebih berguna.
Terima kasih ALLAH kerana memberikan aku kesempatan untuk menghabiskan ramadhan pada tahun ini, dan sampaikanlah aku ke ramadhan seterusnya. Amin, Ya Rabbal- Alamin
Hadith Rasulullah SAW:
Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rejab dan Syaaban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”. -Riwayat Ahmad dan At Tabrani daripada Anas-

Jazakumullah
Ibnulatef
18 Sept 2009
Sumber : thahalatef.wordpress.com

Allah Selamatkan Saya Ketika Derita

Duit RM1.00 di telapak tangan, saya genggam kemas. Untuk membeli minuman pun belum tentu lepas. Kebetulan malam itu saya sangat-sangat lapar. Lalu tanpa hala tuju yang jelas, saya singgah sebentar di sebuah surau berdekatan rumah sewa untuk menunaikan solat isyak.

Tahun itu 1998, ketika saya masih bujang. "Apalah yang boleh dibuat dengan duit ini...?" kata hati, sambil tangan terus memasukkan wang itu tadi ke tabung surau. Ya, lebih baik bersedekah dan belajarlah bersabar menahan sengsara.

Cuba-cubalah selami, orang yang tak punya harta, kata naluri kecil. Bayangkanlah perasaan bila menatap wajah si kecil yang sentiasa menanti kepulangan ayah bonda dengan buah tangan, aneka kuih, lauk pauk atau alas perut yang sebenarnya tidak pernah kunjung tiba dan hanya mimpi semata-mata.

Teringat sebuah rancangan televisyen, ketika wartawan menemubual seorang kanak-kanak lelaki berusia 10 tahun, daripada keluarga susah dan daif. "Jika ada duit, adik nak makan apa?" tanya wartawan wanita itu tentang hasrat dan cita-cita sikecil itu jika punya cukup belanja. "Roti canai..." jawab kanak-kanak ini tersekat-sekat dengan wajah yang menunduk malu.

Pilu rasanya, bayangkan makanan bernilai 70 sen ketika itu pun tidak mampu dibeli. Biarlah malam ini saya merasa pula.


Selesai solat, saya kembali ke rumah sewa, tempat tinggal bersama tujuh rakan yang lain, yang masing-masingnya tidak ada di rumah. Tidur untuk menahan lapar, saya pun melabuhkan tubuh di atas lantai ruang tamu, sambil cuba memejamkan mata. Tidur, jalan terbaik menahan lapar kata hati lagi.

Hati memujuk diri sambil sesekali berdoa, agar hari esok akan lebih baik daripada hari ini. Moga ujian ini tidak berpanjangan dan penghapusan dosa dan kesalahan saya selama ini.

Tiba-tiba selang beberapa minit, pintu rumah diketuk bertubi-tubi. "Nah, kami teringat kat Azamin, saja beli nasi goreng lebih," kata jiran, sepasang suami isteri beranak dua kepada saya sambil menghulurkan bungkusan makanan itu.

Setelah rapat menutup pintu, air mata saya tumpah. Terharu yang amat. Rasa kerdilnya diri. Bagaimana Allah telah menyelamatkan saya malam itu...hanya kerana secebis doa dan sedekah yang secubit cuma. Benarlah kata orang dan ahli agama, bersedekahlah, nescaya dirimu diganjar Allah. Jika tidak di dunia, akhirat kelak, saham kita akan bercambah-cambah.

Itu kejadian pertama, lalu muncul pula kisah kedua, antara peristiwa aneh daripada pengalaman hidup saya yang cukup sulit, perit dan sakit. Keperitan dilalui sehingga pernah saya bekerja mencuci kereta, menjadi pelayan di kedai makan, mencuci kasut orang, mengutip hutang seperti 'Ah Long', menjadi pengawal keselamatan dan 'house-keeping' di resort dan aneka kerja untuk meneruskan kehidupan di ibukota.

Pernah dua hari, saya sekadar meneguk air sejuk semata-mata lantaran tiada wang untuk menjamu selera. Ada juga kalangan kawan-kawan yang menawarkan 'kerja', namun saya tolak kerana menjadi 'pusher' dan jual paket-paket ganja, jadi 'bouncer' di kelab malam dan upah 'menarik' kereta mewah adalah kerja-kerja yang mengundang padah.

Saya rela berlapar daripada menempah bahaya dan memalukan ayah bonda. Saya yakin, jika kita mengelak, Allah akan pasti membantu kita.

Seperti kisah, ketika saya bekerja di sebuah syarikat saham di Jalan Raja Chulan, Kuala Lumpur. Pendapatan saya dikira agak boleh tahan jika dicampur dengan kerja lebih masa sehingga subuh hari.

'Tak boleh sembahyang Jumaat!'

Saya bekerja di bahagian 'script processing' dan 'data entry'. Masa itu, masih wujud sijil-sijil saham jenis kepingan kertas yang perlu dikira satu persatu sehingga mencecah ribuan setiap hari.

Suatu hari, ketika saya pulang ke pejabat selepas mengerjakan solat Jumaat kira-kira jam 2.45 petang, seorang pegawai muda menengking saya dengan tidak semena-mena. "Kenapa baru balik? Pergi mana?" jerkahnya. "Sembahyang. Hari inikan Jumaat," saya jelaskan dengan santun.

"Sembahyang banyak lama ka? Kawan-kawan awak pun tak sembahyang, lain kali tak payah pergi sembahyang!" katanya tidak puas hati.

Ya, salah kawan-kawan saya juga yang sebilangannya jika hari Jumaat akan 'solat' di Pertama Kompleks, Bukit Bintang dan mana-mana tempat mereka lazim 'bersidai'.

"Apa?!! Tak payah sembahyang? Tak pa, sekarang juga saya berhenti!!!" kata saya melawan sambil meninggalkan pegawai itu terkebil-kebil sendiri. Kejadian itu disaksikan oleh ramai rakan-rakan saya, yang juga tidak sembahayang.

Pada saya, rezeki milik Allah, dan bekerja mestilah diredhai oleh-Nya. Alhamdullilah, saya menganggur hanya seminggu sahaja, apabila seorang "Remiser" mengambil saya berkerja sebagai "Asistant" di syarikat yang sama, dan saya berurusan dengan mamat pegawai ini dalam suasana yang berbeza - bukan di bawah telunjukknya lagi.

Kembali kepada kisah ajaib yang berlaku kepada saya. Tetapi, bagi Tuhan yang Maha Kuasa ianya, tidak mustahil boleh berlaku kepada sesiapa yang Dia mahu. Yang pasti, pintalah.

Suatu malam, saya sudah tenggelam punca. Maklumlah wang saya sudah habis. Bukan sebab berfoya-foya, membeli itu ini sesuka rasa tetapi gaji yang diterima cukup-cukup makan saja. Lebih parah, esok untuk ke tempat kerja, tambang bas pun tidak ada.

Untuk meminjam, saya sudah tidak sanggup menebalkan muka. Saya hamparkan sejadah, solat sunat dua rakaat. Inilah antara pesan yang ditinggalkan oleh ibu yang tercinta dan arwah guru saya. "Jika kau susah sangat, solatlah dua rakaat dan pintalah pada Allah apa yang dihajat," ingat mereka kepada saya.

Teresak-esak saya menangis. Tak tahu nak dikatakan apa lagi. Malu pada Tuhan yang amat. Ada kala saya tidak mensyukuri nikmat. Saya tidak tahu kemana lagi hendak dituju. Untuk bergantung kepada manusia, saya sudah tidak mampu. Aib dan cukup-cukup malu!

Bak kata seorang sahabat Nabi tentang kemiskinan yang dilaluinya... "Jikalau aku diam, aku akan lapar, jika aku bersuara untuk berhutang, aku menambahkan malu di muka." Ya, begitulah juga dengan saya.. hanya pada Allah saya berharap.

Seusai bermunajat, ambil sebuah Quran kecil milik saya untuk membasahkan lidah dengan surah-surah kalimah Allah buat menenang jiwa yang resah. Tatkala membuka helaian demi helaian Quran itu, tiba-tiba terselit sekeping wang RM50.00 di situ.

Berjurai air mata saya, lantaran kesyukuran kerana Allah membantu saya dengan cara yang tidak disangka-sangka...

Ini bukan kisah rekaan, malah saya percaya Allah juga pernah dan telah membantu manusia-manusia di luar sana hatta pembaca dengan jalan penyelesaian yang tidak diduga. Ada dengan cara fitrah manusia, ada dengan cara logik akal, ada yang lambat, ada yang cepat dan ada yang tidak dijangka-dijangka dan mustahil diterima waras manusia.. itulah Allah, yang amat menyayangi hamba-Nya.

Yakinilah bantuan Allah SWT, sangka baiklah dengan Allah SWT, nescaya Allah SWT bersama hamba-Nya yang bersangka baik dan taat pada-Nya.

Seperti sebuah hadis Qudsi ertinya: Allah menyebut: "Aku berada di atas sangkaan hamba-hambaKu."

Isteri menangis, anak tersenyum sehingga lena

Sekitar tahun 2002, Allah juga pernah 'menyelamatkan' saya pada suatu malam ketika benar-benar kesempitan wang. Malam itu, susu anak sulung saya habis. Berdebar jantung lantaran, hanya kepingan-kepingan syiling saja yang tinggal. Saya dan isteri juga, tidak menjamah walau secebis makanan.

Tiba saat yang cukup perit dan payah untuk dihadapi tatkala, si comel saya merapati ibunya, minta dibuatkan susu. Ketika itu isteri saya sudah tidak sanggup melihat keadaan itu. Saya dengan hati yang luluh, lantas mencapai botol susu lalu menuangkan air suam ke dalamnya.

Anak sulung saya, berkerut kehairanan kerana botol susu itu tidak berwarna, tetapi berkaca sama seperti air mata ayah dan ibunya. Namun tanpa banyak rengekkan, dia capai lalu menghisap botol tersebut.

Beberapa saat kemudian, dia berhenti lantas memandang saya... Bimbang benar jika dia menjerit dan menangis malam itu kerana tidak dapat meminum susu. Alangkah aibnya saya, jika jiran semua tahu letak duduknya keadaan saya, sehingga anak menjerit kelaparan.

Isteri saya juga panik, dan pucat kesi wajahnya menantikan reaksi si sulung seterusnya. Saya bersabar menunggu detik itu... Sambil memegang botol susu, anak sulung saya merenung wajah kami berdua seraya berkata : "Mmm...sedap.." Dan dia mengukirkan senyuman paling manis di wajahnya dan sudah cukup untuk 'mencarik-carikkan' nurani saya.

Aduhai, sebak terasa di dada. Isteri saya sudah tidak dapat menahan sedih, menangis semahu-mahunya. Si sulung kembali menyusu air suam sehinggalah terlena..

Sebenarnya, ujian-ujian yang Allah berikan ini sama ada kepada saya atau yang lain, adalah untuk menguatkan jiwa, iman dan keteguhan manusia menghadapi cabaran getir dan mengukuhkan lagi kebergantungan kepada-Nya.

Ketika menghadapinya terasa cukup sakit namun setelah berjaya melintasinya, ianya cukup nikmat. Pengalaman pahit umpama 'universiti terbaik' hidup kita selama ini. Dan setiap ujian yang diberikan, adalah sesuai dengan kemampuan seseorang.

Masalah-masalah saya, tidak diberikan dan berbeza kepada orang lain kerana khuatir mereka tidak dapat menanggungnya. Begitu juga masalah mereka, tidak diberikan kepada saya, khuatir saya hilang punca dan tidak upaya menahan bebannya.

Dan ujian Allah adalah berdasarkan kemampuan manusia seperti firmannya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannyaa33;" (Al-Baqarah: 286)

Begitulah Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasihani. Adakala hidup ini dilalui dengan pelbagai himpitan, masalah, ujian namun kita tidak keseorangan dalam menghadapinya. Allah itu kan ada, mendengar rintihan kita.

Jika anda rasa, anda susah betapa ramai lagi yang tak pernah kenal erti apa itu lampu, pendingin hawa atau makanan enak menjilat rasa. Atau sekadar menjamah pucuk-pucuk paku di belakang rumah atau sayur ulaman di kaki longkang.

Baju lusuh bertukar warna, menjadi teman di Hari Raya. Mereka lebih derita dan lara.

Jikalau anda rasa hebat, sebenarnya ramailah lagi, jauh lebih hebat daripada anda. Esok anda hebat, lusa mungkin anda merempat. Belum tahu, justeru pintalah pada yang Esa agar perjalanan hidup anda sentiasa direstu dan dilindungi selalu.

Terus- terang saya katakan, di sebalik cabaran, dugaan dan asakan yang mendatang, adakalanya saya juga 'frust' dan tewas. Kecewa umpama 'mati' sebelum mati. Api juang adakala naik menjulang namun lazimnya padam dan kecundang.

Di sebalik tulis-tulisan saya dan rintangan yang dihadapi, mahu sahaja saya berhenti daripada mencebis kata-kata namun surat-surat pembaca dan puluhan email yang saya terima, 'menghidupkan' saya semula.

Semua ini dengan hidayah dan kekuatan yang tuhan berikan. Kata seorang tua kepada saya, sebanyak mana orang menyukai kita, mungkin sebanyak itulah orang membenci kita. Justeru janganlah kita mendabik dada, kerana dunia ini pinjaman semata-mata.


Ada pembaca yang menceriakan saya, ada yang lebih susah hidupnya dan lebih hebat pengorbanannya malah tidak kurang juga yang menegur dan mengkritik saya. Sesungguhnya, pandangan, dan teguran pembaca dan cerita-cerita mereka, menyuntik semangat di dada yang adakalanya kecundang secara tiba-tiba.

Syukur kepada Allah, memberi kekuatan kepada saya dan terima kasih kepada pembaca, peminat dan pengkritik yang telah menyedarkan lena dan duka saya yang panjang...
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah khabar gembira kepada orang yang sabar. (iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "innalillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (Al-Baqarah: 155-156).

Thursday 24 September 2009

BERSAMA ORANG SOLEH DI DALAM BULAN RAMADHAN

Para sahabat, tabiin dan orang-orang soleh lainnya benar-benar mengetahui hikmah dari disyariatkannya puasa Ramadhan. Mereka meyakini, Allah tidaklah mensyariatkan puasa Ramadhan dengan sia-sia. Puasa Ramadhan tidak hanya sekadar meninggalkan kebiasaan makan dan minum saja. Tapi lebih dari itu, puasa disyariatkan guna mengingatkan manusia bahawa mereka memiliki Ilah yang harus diibadahi.

Segala praktik yang dilakukan para salafus soleh adalah praktik ibadah demi menggapai redha Allah SWT. Rasulullah saw bersabda, "Seandainya umatku mengetahui apa yang terdapat pada Ramadhan, mereka berharap Ramadhan sepanjang tahun."

Pada bulan ini, Allah SWT memberikan berbagai keistimewaan yang tidak diberikan di bulan - bulan lain. Bayangkan, betapa Allah memuji bau mulut orang yang sedang shaum dengan menyatakannya lebih harum dari wewngian kasturi. Itu baru bau mulut saja, belum lagi praktik - praktik ibadah lainnya semisal membaca Al-Qur'an dan qiyaamullail.

Para sahabat menjadikan Ramadhan sebagai salah satu representasi kenikmatan terbesar yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam. Sungguh menarik apa yang dilakukan para sahabat dalam menata kehidupannya setiap tahun.

Setiap puasa Ramadhan, Abu Hurairah ra dan para sahabat lainnya lebih banyak berdiam diri di masjid. "Kami menjaga puasa kami," begitu kata mereka. Selain itu, para salafush shalih senantiasa berhati-hati dalam berbicara. Di luar Ramadhan saja, mereka selalu berkata dengan perkataan baik, apalagi ketika Ramadhan. Pasalnya, rasulullah saw mewanti-wanti agar menjaga ucapan.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Semua amalan anak-anak Adam untuknya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, 'Aku sedang berpuasa'. Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kasturi, orang yang puasa mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka mereka gembira, jika bertemu Rabbnya mereka gembira karena puasa yang dilakukannya." (Bukhari 4/88, Muslim no. 1151, Lafadz ini milik Bukhari).

Dan di antara amalan-amalan ibadah yang utama dan dilakukan salafush shalih adalah qiyaamullail. Diriwayatkan, Abu Bakar ash-Shiddiq senantiasa melaksanakan shalat di malam hari dengan khusyuk dan sampai meneteskan air mata. Sementara Umar bin Khattab, setelah melakukan shalat malam, beliau membangunkan keluarganya untuk shalat malam sembari menyitir ayat al-Qur'an di surat Thaha ayat 132 yang berbunyi, "Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberikan rizki kepadamu.Dan akibat itu adalah bagi orang yang bertakwa."

Begitu pula halnya dengan Manshur bin al-Mu'tamir. Jika malam yang semakin larut menjelang, dia langsung mengenakan pakaian terbaiknya lalu naik ke atap rumahnya, dan shalat. Tak ketinggalan juga Sufyan ats-Tsauri. Abdul Razaq, salah seorang muridnya, menceritakan, "Suatu saat, Sufyan ats-Tsauri mendatangiku selepas Isya, lalu aku menghidangkan makanan malam yang meliputi kismis dan pisang. Setelah selesai, ia bangkit untuk berwudhu lalu mengencangkan ikat pinggangnya dan menghadap kiblat. Lalu dia berkata, "Wahai Abdul Razaq! Beri makan keledai." Selanjutnya dia meluruskan kakinya dan shalat hingga waktu subuh menjelang."

Ibnu Wahab memiliki cerita lain lagi. Dia menceritakan, "Aku melihat Sufyan ats-Tsauri di Masjidil Haram selepas Maghrib. Dia melaksanakan shalat dan bersujud. Dia tidak mengangkat kepalanya sampai menjelang waktu Shalat Isya."

Meski tidur bernilai ibadah, para ulama justru mengekang keinginannya untuk mengatupkan mata. Itulah yang dilakukan oleh wanita salafus shalih, Mu'adzah al-'Adawiyah, yang senantiasa melakukan shalat malam, mengatakan, "Aku heran dengan mata-mata yang terpejam. Selama tertidur, aku membayangkan gelapnya kuburan, aku selalu menangis."

Ibnu Qayyim al-Jauziyah malah memberikan peringatan kepada kita tentang waktu tidur yang tidak disukai Allah. "Di antara tidur yang tidak di sukai adalah tidur di antara Subuh dan matahari terbit, karena ia merupakan waktu untuk memperoleh hasil."

Dari Abu Umamah ra diriwayatkan, Rasulullah mengajarkan kepada kita, "Barangsiapa shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai terbitnya matahari, lalu ia mendirikan shalat dua rakaat, maka seakan-akan ia mendapatkan pahala haji dan umrah dengan sempurna."

Lalu, kapan waktu tidur? Imam al Ghazali memiliki tips yang sangat luar biasa memanfaatkan waktu untuk tidur dan mengumpulkan tenaga. Tidur dan istirahatlah menjelang shalat dzuhur atau sesudahnya. Kurang lebih selama 15 atau 30 menit. Al-Ghazali menceritakan, "Qailullah adalah simpanan energi bagi mereka yang ingin melakukan qiyamul lail pada hari itu."

Dalam Kitab al-Muwatha, Imam Malik menuturkan, Abdullah bin Abi Bakar mengulang perkataan ayahnya yang mengatakan, "Setiap setelah melangsungkan shalat malam, kita menginstruksikan pembantu untuk menyiapakan makanan, karena dikhawatirkan fajar segera menyingsing."

Bahkan, Imam Malik memiliki kebiasaan memaksimalkan kemuliaan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Caranya, selama bulan Ramadhan, Imam Malik menutup rapat semua kitab, tidak berfatwa dan tidak melayani diskusi dengan orang lain. "Bulan ini adalah Ramadhan, bulannya al-Qur'an," ujar beliau sambil menunjukkan mushafnya.

Sedangkan Imam Ahmad memiliki kebiasaan tersendiri setiap kali Ramadhan datang menghampiri dengan segala kemuliaannya. Sejak hari pertama Ramadhan, beliau akan memasuki majid dan menetap didalamnya. Bertasbih dan istighfar, memuji dan memohon ampunan. Setiap kali ia berhadas, maka Imam Ahmad berwudhu dan kembali ke dalam masjid melakukan aktivitasnya. Ia tidak pernah pulang ke rumah kecuali untuk makan, minum dan tidur barang sebentar. Mereka semuanya ingin mereguk kemuliaan Ramadhan dengan sempurna, dan tak ingin memiliki penyesalan ketika bulan mulia itu berakhir masanya.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menggarisbawahi pentingnya berdiam diri di masjid di dalam bulan Ramadhan. "Allah mensyariatkan ibadah puasa atas mereka untuk menghilangkan kebiasaan makan dan minum secara berlebihan, serta membersihkan hati dari noda - noda syahwat yang menghalangi hamba menuju Penciptanya. Disyariatkan pula I'tikaf, dan dengan ibadah ini ditambatkan hati untuk selalu mengingat Allah, menyendiri dengan-Nya, menghentikan segala kesibukan yang berhubungan dengan makhluk-Nya dan menghabiskan waktu hanya untuk Allah semata. Sehingga kegundahan dan luka hati, terhapus dan diisi dengan dzikrullah, mencintai dan menghadap pada-Nya."

Selain shalat malam, para salafush shalih juga mengisi Ramadhan dengan aktivitas membaca al-Qur'an. Lihatlah, di bulan Ramadhan, Utsman bin 'Affan menamatkan bacaan al-Qur'an sekali setiap harinya. Sedangkan az-Zuhri, diceritakan mengurangi kegiatan mendengar hadist dan majelis ilmu untuk lebih banyak berinteraksi dengan al-Qur'an. Sementara Ibrahim an-Nakha'i, jika memasuki hari kesepuluh terakhir di bulan Ramadhan, mengkhatamkan al-Qur'an setiap malam.

Selain itu, para sahabat juga berlumba-lumba memberi makan dan menyediakan buka puasa untuk kaum Muslimin. Bahkan diriwayatkan, setiap Ramadhan, Ibnu Umar selalu berbuka bersama para dhu'afaa, orang-orang yatim dan miskin.

Dari sini dapat ditarik pelajaran, Ramadhan sejatinya disambut kaum Muslimin dengan kesadaran tinggi akan pentingnya ibadah dan keredhaan Allah SWT.

MENGUKUR SEBUAH CINTA

Di dlm Kitab Hayatus Shahabah halaman 524-525, diriwayatkan kisah berikut:

Menjelang Perang Uhud, Abdullah bin Jahsy mengajak sahabatnya, Sa'ad bin Abi Waqqash utk berdoa. Ajakan itu dipersetujui oleh Sa'ad. Keduanya mulai berdoa. Sa'ad berdoa terlebih dahulu:

"Tuhanku, jika nanti aku berjumpa dgn musuhku, berilah aku musuh yg sgt perkasa. Aku berusaha membunuh dia dan dia pun berusaha membunuhku. Engkau berikan kemenangan kpdku sehingga aku berhasil membunuhnya dan kemudian mengambil miliknya (sebagai rampasan perang)."

Abdullah mengaminkannya. Tiba giliran Abdullah berdoa:

"Tuhanku, berilah aku musuh yg gagah perkasa. Aku berusaha membunuhnya, dan ia berusaha membunuhku. Kemudian ia memotong hidung dan telingaku. Kalau nanti aku bertemu denganMu, Engkau akan bertanya: 'Man jada'a anfaka wa udzunaka?' (Siapa yang telah memotong hidung dan telingamu?). Aku akan menjawab bhw keduanya terpotong ketika aku berjuang di jlnMu dan jln Rasulullah (fika wa fi rasulika). Dan Engkau, ya Allah akan berkata: 'Kamu benar!' (shadaqta)."

Sa'ad mengaminkan doa Abdullah tersebut. Keduanya berangkat ke medan Uhud dan doa keduanya dimaqbulkan Allah.

Sa'ad bercerita kpd anaknya, "Duhai anakku, doa Abdullah lbh baik drp doaku. Di senja hari aku lihat hidung dan telinganya tergantung pd seutas tali."

Kisah ini tlh melukiskan sebuah cara utk mengukur cinta kita pd Allah. Sementara ramai yg berdoa agar mendapat ini dan itu, seorang pencinta sejati akan berdoa agar dpt bertemu dgn Kekasihnya sambil membawa sesuatu yg bisa dibanggakan.

Ketika di Padang Mahsyar nanti Allah bertanya kpd anda: "Dr mana kau peroleh hartamu di dunia?" Anda akan menjawab, "Harta itu ku peroleh dgn kolusi dan korupsi, dgn memalsu kuitansi, dgn mendapat cipratan komisi."

Allah bertanya lagi, "Apa saja yg tlh engkau lakukan di dunia?"

"Ku hiasi hidupku dgn dosa dan nista, tak henti-hentinya ku cintai indah dan gemerlapnya dunia hingga aku dipanggil menghadapMu." Allah dgn murka akan menjawab, "Kamu benar!"

Bandingkan dgn seorang hamba lain yg ketika di Padang Mahsyar berkata kpd Allah:

"Telah ku tahan lapar dan dahaga di dunia, telah ku basahi bibirku dgn zikir, dan telah ku curahkan waktu dan tenagaku untuk keagungan namaMu, telah ku hiasi malam ku dengan ayat suciMu dan telah ku letakkan dahiku di sejadah untuk bersujud pd kebesaranMu."

Dan Allah akan menjawab, "Kamu benar!"

Duhai.. adakah kebahagian yg lbh dr itu; ketika seorang hamba menceritakan amalnya dan Allah akan membenarkannya.

Mahukah kita pulang nanti ke kampung akhirat dgn membawa amal yg bisa kita banggakan? Mahukah kita temui Kekasih kita sambil membawa amalan yg akan menyenangkanNya?

Allahu a'lam...

Jadikan Ramadan inspirasi Syawal

RAMADAN terbukti berfungsi sebagai bulan tarbiyah dan pelaburan kerana di dalamnya terkandung janji Allah SWT berserta gugusan pahala yang berlipat ganda sebagai anugerah buat sekalian hambanya natijah dari perlaksanaan amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah yang disyariatkan.
Rasulullah SAW bersabda, bahawa Allah SWT berfirman dalam sebuah hadis qudsi yang bermaksud: Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan amalan puasa tersebut. (riwayat Muslim)
Allah SWT tidak pernah mengabaikan setiap perlakuan amal soleh setiap hamba-Nya meskipun hanya seberat zarah.

Firman Allah yang bermaksud: Maka sesiapa yang berbuat kebajikan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam buku amalannya). (al-Zalzalah: 7).
Demikian pula sesiapa yang melakukan kejahatan walau seberat zarah, amalannya tetap akan diperlihatkan kepadanya. Firman Allah yang bermaksud: Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarah, nescaya akan dilihatnya (dalam buku amalannya). (al-Zalzalah: 8)

Ramadan inspirasi syawal
Ramadan al-Mubarak yang berlalu sewajarnya dijadikan inspirasi dalam mempertingkatkan amalan dan menjaga produktivitinya agar mencapai tingkat istiqamah dalam membina jati diri Muslim yang cemerlang selama saki baki umur masih dibekalkan oleh Allah SWT.

Syawal yang dirai merupakan proses pertama dalam menilai tingkat penghayatan seseorang sepanjang Ramadan, adakah dia mencapai objektif yang dicita-citakan memperolehi keampunan dan pembebasan dari azab api neraka pada hari kiamat?
Apakah keintiman hubungannya Allah semakin dirasai dan bertambah kukuh? Apakah tali silaturrahim sesama Muslim terjalin erat dalam usaha mentaati perintah Allah SWT dan mencari keredaannya?
Apakah segala amalan yang pernah dilakukan pada saat Ramadan mampu dipraktik untuk kesekian kalinya?

Syawal yang bermakna
Hari raya adalah satu peluang yang cukup besar dan bermakna untuk meningkatkan kualiti amalan, memulihkan hubungan sesama manusia yang merupakan tuntutan syariat Islam, berlapang dada, murah hati, ukhuwah, belas kasihan dan kasih sayang.
Sentiasa istiqamah dalam kebaikan
Daripada Aisyah r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Tingkatkanlah amalanmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan, dan bergembiralah, kerana amalan seseorang itu tidak dapat memasukkannya ke dalam syurga. Para sahabat bertanya, "Adakah amalanmu juga begitu, wahai Rasulullah"? Jawab Rasulullah SAW: "Amalanku juga begitu. Tetapi Allah melimpahiku dengan rahmat-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah SWT ialah amalan yang dikerjakan secara berterusan walaupun sedikit". (riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Meneruskan amalan Qiamullail dan ibadah lain
Daripada Abu Umamah r.a Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang melaksanakan qiamullail pada dua malam Eid (Aidil Fitri dan Aidil Adha), dengan penuh keikhlasan kerana Allah SWT, hatinya tidak akan mati pada hari matinya hati-hati manusia." (riwayat Ibn Majah)

Niat untuk bangun malam melakukan amal ibadah tidak hanya berkutat atau berhenti pada pepatah Melayu 'hangat-hangat tahi ayam'.
Rasullullah mencela umatnya ketika melakukan suatu perkara ghairah melakukannya di peringkat permulaan namun layu terkulai di penghujungnya.
Daripada Abdullah bin Amr ibn al-As berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si pulan, suatu ketika dahulu dia melakukan solat malam (tetapi sekarang) dia tidak melakukannya lagi." (riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Melakukan puasa enam hari dalam bulan Syawal
Daripada Abu Ayyub Al-Ansari r.a sesungguhnya dia telah dikhabarkan bahawa Rasulullah SAW bersabda: "Sesiapa yang berpuasa Ramadan kemudian dia mengiringi puasanya dengan enam hari dari bulan Syawal, maka (pahalanya) seolah-olah berpuasa selama setahun." (riwayat Muslim)

Meneruskan amalan bersedekah
Daripada Abu Hurairah r.a sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, satu antara kedua-duanya berkata: "Ya Allah, berikanlah ganti (kembangkanlah harta) bagi orang-orang yang berinfak (menghulurkan sedekah)" dan satu yang lain pula berdoa, "Ya Allah, binasakanlah harta orang-orang yang kikir (kedekut)". (riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Istiqamah menjauhi amalan yang bertentangan
Istiqamah itu bukan sahaja dituntut dalam perihal amal kebaikan sahaja, akan tetapi istiqamah turut dituntut dalam meninggalkan perkara-perkara yang keji dan berdosa.
Firman Allah SWT yang bermaksud: Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah. Dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu sedang mereka mengetahui akan salahnya dan akibatnya. (ali-'Imran: 135)
Dalam suasana meraikan kedatangan Syawal dan Aidilfitri khasnya, umat Islam dilarang melakukan amalan yang bertentangan dengan syariat Islam. Antaranya:

1. Membazir dan berlebih-lebihan dalam berbelanja. Perbuatan ini amat bertentangan dengan perintah Allah SWT di dalam al-Quran yang bermaksud, Sesungguhnya orang-orang yang membazir itu adalah saudara-saudara syaitan, sedang syaitan itu pula adalah makhluk yang sangat kufur kepada Tuhannya. (al-Isra': 27)

2. Hilangnya perasaan kasih sayang dan simpati terhadap fakir miskin. Perlakuan ini bertentangan dengan sabda baginda SAW.
Daripada Abu Said al-Khudri r.a, Rasulullah SAW telah bersabda yang bermaksud: "Mana-mana orang mukmin yang memberi makan kepada seorang mukmin semasa ia lapar, nescaya Allah memberi makan kepadanya pada hari kiamat dari buah-buahan syurga; dan mana-mana orang mukmin yang memberi minum kepada seorang mukmin semasa ia dahaga, nescaya Allah memberi minum kepadanya pada hari kiamat dari minuman syurga yang tersimpan dengan sebaik-baiknya; dan mana-mana orang mukmin yang memberi pakai kepada seorang mukmin semasa ia memerlukan pakaian, nescaya Allah memberi pakaian kepadanya dari pakaian syurga". (riwayat al-Tirmidzi)

3. Meniru cara atau etika orang-orang kafir dalam berpakaian ketika menyambut Aidilfitri terutama wanita.
Firman Allah SWT yang bermaksud: Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti Yang dilakukan oleh orang-orang jahiliah zaman dahulu; dan dirikanlah sembahyang serta berilah zakat; dan Taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah (perintahkan kamu Dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan diri kamu. (al-Ahzab: 33)
Daripada Ibn Umar r.a katanya, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, dia termasuk dalam golongan mereka". (hadis sahih riwayat Abu Dawud).

4. Meninggalkan solat berjemaah di masjid. Perlakuan ini bertentangan dengan anjuran Rasulullah agar menunaikan solat secara berjemaah di masjid bagi kaum lelaki.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: "Solat berjemaah itu adalah lebih baik daripada solat bersendirian iaitu sebanyak 27 darjat (ganjaran)." (riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai kesimpulan, aidilfitri adalah bukti kesyukuran hamba atas segala limpah kurniaan Allah yang Maha Kuasa.