BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Sunday 27 December 2009

Kerana Engkau Insan Terpilih

Aduhai hati yang selalu gundah gulana.. Mengapa perlu difikirkan kehidupan duniawimu. Sedangkan dunia itu sering menipumu. Bukankah kehidupan ini penuh dengan majazi? Tipu daya di sana sini? Maka, hendaklah engkau susun langkahmu penuh hati-hati, Ingatlah, syaitan itu sentiasa tidak mahu mengaku kalah dan tidak pernah putus asa. Setiap saat masanya adalah berharga. Tidak dibiar kosong tanpa menyesatkan adam dan hawa. Lantas, bagaimana engkau masih lagi memikirkan hal duniamu?

Perbanyakkanlah berfikir, renung penuh bererti.. Bagaimana bakal kehidupanmu sewaktu mengadap Tuhan Rabbul ’Izzati..? Selamatkah dirimu di hari yang tiada pelindung melainkanNya? Akan beratkah amal yang akan engkau bawa?

Justeru, renungkanlah duhai diri yang lemah. Agar kehidupanmu di dunia sentiasa waspada..

Semoga, akan hadir dalam hatimu jiwa yang sensitif dengan dosa. Merasakan dosa itu besar sekalipun pada kesilapan sekecil zarah. Ketahuilah.. itulah antara ciri-ciri mereka yang aqrab dengan tuhanNya. Yang punya Ihsan dalam hatinya. Merasa kehadiran Allah dalam setiap sentuhan masa yang ada.. sekalipun mata tidak melihat, tetapi hati menyakini Allah Maha Mlihat.

Untuk apa perlu dirisaukan, aduhai hati yang rawan.. sebuah kehilangan itu hanya secebis dugaan.. dari Tuhan sekalian alam.. Hilang bukan bererti tamatnya sebuah kehidupan, tetapi dengan kehilangan itulah darjatmu ditinggikan. Hairan? Mengapa perlu dihairankan, Allah itu Maha berkuasa, zat yang sempurna penuh keagungan. Lupakah duhai hati, Allah telah berjanji dalam kalamNya Izzati..

”Adakah kamu mengaku beriman, sedangkan kamu belum diuji?”

Maka, hadapilah ujian dengan sejuta kesabaran. Percayalah, yakinlah sepenuh hatimu..

Hanyasanya Allah bersama-sama mereka yang sabar.

Aduhai hati yang penuh kesedihan.. Mengapa perlu ditangisi sebuah perpisahan? Bukankah semua kita akan pergi.. pulang kepangkuan Tuhan. Dialah yang menjadikan.. Dan padaNya jua segalanya akan dikembalikan. Lupakah engkau, hidup di dunia ini sekadar persinggahan. Yang kekal hanyalah amalan sebagai teman. Itulah teman dalam perjalanan menuju sebuah keabadian..

Maka, janganlah engkau lalaikan hatimu dengan kehidupan yang sementara ini. Janganlah engkau tangisi lagi sebuah perpisahan sementara.. akan tetapi, hadapkanlah wajahmu sentiasa kepada Allah.. Penuhkanlah jiwa dan hatimu dengan dzikrullah memuji kebesaranNya. Juga sibukkanlah hari-harimu dengan amalan makruf nahi mungkar, mengikut sunnah kekasihNya.

Yakinlah, barangsiapa yang dihatinya ada Allah, dan mengutamakan Allah atas segala apa yang dilakukannya, Allah akan seiringkan pekerjaannya dengan pertolonganNya. Bekerja keraslah engkau untuk hari esokmu yang abadi. Berbekallah dengan amalan yang menguntungkanmu di sana nanti. Ingatlah, sebaik-baik bekalan adalah taqwa.

Duhai diri yang lemah.. Kembalikanlah hatimu kepada Rab.. Kerana Dia lah pemilik segala yang engkau miliki.. Segalanya hanya pinjaman untuk menguji. Kentalkanlah semangat juangmu. Jadilah seperti syaidatina Aisyah, puterinya Syaidina Abu Bakar..

Walau fitnah mencalar maruah, Dia tetap Aisyah! Walau rumahtangganya di landa badai anggkara si munafiq durjana, tetap teguh pendiriannya, menggunung tawakalnya. Pada Allah dia berdoa, mengharap furqan agar tenggelam segala nista. Insafilah duhai diri yang lemah, Allah sengaja menguji sekeping hati yang kecil.. sebagai tukaran untuk mendapatkan habuan yang lebih besar kelak.

Maka bersyukurlah.. bersyukurlah.. bersyukurlah kerana engkau insan terpilih.

Aku Tinggalkan Dia Demi Allah

Dengan nama Allah
Sebaik-baik Pemberi Ganjaran

Namamukah yang tertulis di luh mahfuz sana?
Engkaukah yang bakal menemaniku jalan menuju syurga?
Dirimukah yang akan melengkapkan separuh dari agamaku?
Aduhai pria.
Adakah kau yang tercipta untukku?
Jawab pertanyaanku ini.
Jawab!

Kau takkan pernah dapat memberi jawapan
Kerna jawapannya bukan di tanganmu
Tetapi di tanganNya.
Di tangan Tuhan kita; Allah
Tuhanku dan Tuhanmu

Gelisahku memikirkan dirimu
Dan ketakutanku memikirkan Tuhanku
Aduhai pria
Maafkan aku.
Ketakutanku pada Tuhanku melebihi kegelisahanku memikirkanmu

Jemput diriku pabila waktunya tiba
Sebelum sampai saat itu, biarkan aku sendiri bersama Si Dia
Akan kucipta cinta bersama Dia
Sebelum kucipta cinta antara kita

Jadilah dirimu kumbang yang hebat
Dan doakan aku agar menjadi bunga yang mekar

"i've leave him for the sake of Allah"

Sesungguhnya Allah takkan pernah mensia-siakan pengorbananmu sayang
Bilamana kita tinggalkan semua ini kerana Allah semata
Yakinlah!
Akan ada sesuatu yang indah untukmu di pengakhiran nanti

Dan sesungguhnya hari kemudian
itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan).
Dan kelak Tuhanmu
pasti memberikan karunia-Nya kepadamu ,
lalu (hati) kamu menjadi puas.
[Ad dhuha: 4 & 5]

Untuk itu
Aku tinggalkan dirimu padaNya

Sesungguhnya
aku bertawakkal
kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu.
Tidak ada suatu binatang melata
melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.
(Allah Maha Adil)
[Hud: 56]

usah bersedih atas perpisahan sementara ini
jika benar dia tercipta untukmu
tiada apa yang dapat menghalangnya
sebelum saat itu tiba
berdoalah pada Allah moga diberi kekuatan
mohonlah padanya dengan penuh mengharap

Yakinlah pada janji Allah!

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)
[An Nur: 26]

Beruntunglah kamu !
tatkala Allah memilihmu untuk menyedari hakikat perhubungan antara lelaki dan wanita
Allah memilihmu sayang
Jangan pernah sia-siakan kasih sayang Allah ini

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya
[ As Syams: 8-10]

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih;
dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu
[Fussilat:30]

Dan tika kamu merasa lemah
Mohonlah kekuatan dariNya
Allah itu dekat
yakin pasti

Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan,
maka mohonlah perlindungan kepada Allah.
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
[Fussilat:36]

Sayang,
kamu intan terpilih
jagalah kilauanmu sayang
jangan biarkan sang kumbang merosakkannya sebelum yang halal tiba
aku mendoakanmu
sentiasa
~

Karya asal : daffodil At-toriq

Improve Your Relationship With AlQuran

“O my Lord, indeed my people have taken this Qur’an as a thing (abandoned)”.
[Surah 25: 30]

Are you one of those people who rarely touch the Qur’an? Or do you read daily, but don’t find it is having the impact on you that it should? Whatever the case may be, these are some simple tips that can help you connect with the Qur’an.

1. Before you touch it, check your heart.
The key to really benefiting from the Qur’an is to check your heart first, before you even touch Allah’s Book. Ask yourself, honestly, why you are reading it. Is it to just get some information and to let it drift away from you later? Remember that the Prophet Muhammad (peace be upon him) was described by his wife as a “walking Qur’an”: in other words, he didn’t just read and recite the Qur’an, he lived it.

2. Do your Wudu' (ablution).
Doing your Wudu is good physical and mental preparation to remind you that you’re not reading just another book. You are about to interact with God, so being clean should be a priority when communicating with Him.

3. Read at least 5 minutes everyday.
Too often, we think we should read Qur’an for at least one whole hour. If you aren’t in the habit of reading regularly, this is too much. Start off with just five minutes daily. If you took care of step one, Insha Allah (God willing), you will notice that those five minutes will become 10, then half an hour, then an hour, and maybe even more!

4. Make sure you understand what you’ve read.
Five minutes of reading the Qur’an in Arabic is good, but you need to understand what you’re reading. Make sure you have a good translation of the Qur’an in the language you understand best. Always try to read the translation of what you’ve read that day.

5. Remember, the Qur’an is more interactive than a CD.
In an age of “interactive” CD-Roms and computer programs, a number of people think books are passive and boring. But the Qur’an is not like that. Remember that when you read the Qur’an, you are interacting with Allah. He is talking to you, so pay attention.

6. Don’t just read; listen too.
There are now many audio cassettes and CDs of the Qur’an, a number of them with translations as well. This is great to put on your walkman or your car’s CD or stereo as you drive to and from work. Use this in addition to your daily Qur’an reading, not as a replacement for it.

7. Make Dua (supplication).
Ask Allah to guide you when you read the Qur’an. Your aim is to sincerely, for the love of Allah, interact with Him by reading, understanding and applying His blessed words. Making Dua to Allah for help and guidance will be your best tool for doing this.

Zikir Kepada-NYa

Adakah kita seringkali terdetik di kalbu, perasaan ingin disenangi oleh Allah?

Sesungguhnya sifat manusia mudah alpa dan leka, hanya menginginkan yang zahir dan duniawi yang terungkap, perasaan ingin dikasihi manusia, sedangkan jika kemahuan untuk mendekat kepada Ilahi itu melangit, memungkinkan lahirnya hablun minannas itu lebih kukuh dan erat, kerana lahirnya keredhaan Allah pada diri kita.

Mengungkap sejarah di zaman Nabi saw, pabila mana seorang sahabat yang bernama Zaid al-Khair bertanyakan kepada Rasulullah saw, akan peri gusar hatinya bila mengenangkan perasaan samada dia disenangi oleh tuhan semesta alam. Perasaan tersebut yang mengganggu hati, diungkapkan kepada Nabi dengan harapan akan reda keresahan yang melanda dengan kata-kata Nabi yang menenteramkan jiwa.

Sebetulnya, tidak pernah Rasulullah saw menggariskan kepada para sahabat akan sebarang tanda, orang-orang yang disenangi dan dikehendaki oleh Allah swt. Lalu Baginda bertanya, “ Bagaimana keadaan kamu pada pagi hari ini wahai Zaid?”

Jawapan Zaid inilah yang patut kita hadapi dan cuba meneladaninya dengan wajar. Pertama kata Zaid akan perasaan senangnya dia pada kebaikan yang berlaku. Kedua, dia berasa senang pada orang-orang yang melakukan kebaikan. Ketiga, dia sendiri berasa senang bilamana dirinya sendiri berbuat kebaikan dan keempat, dia berasa susah hati tatkala kesempatan untuk berbuat kebaikan itu hilang. Rasulullah saw menyambut kata-kata Zaid ini dengan menyatakan bahawa inilah tanda-tanda orang yang dikehendaki dan disenangi oleh Allah swt dengan kehendak yang baik.

Ekoran daripada itu, nama Zaid al-Khair yang membawa maksud al-Khair iaitu kuda telah Rasulullah s.a.w tukar kepada Zaidun al-Khair yang membawa maksud Zaid yang baik. Perasaan yang hakiki pabila merasa diri ini dekat kepada Allah s.w.t, menjadi hamba-Nya yang kukuh iman dan teguh sifat ihsan. Merasa sepi pabila diri tidak sujud syukur di sepertiga malam, gembira menabur bakti kepada segenap ruang kebaikan dan menginsafi akan dosa-dosa yang acapkali mengikat hati ke arah pintu kebatilan.

Dalam surah ar-Furqan ayat 63 hingga 76, telah digariskan satu check–list oleh Allah s.w.t akan sifat-sifat manusia yang layak menjadi hamba-Nya. Layakkah kita, sedari kecil dilahirkan dalam nikmat Islam dan kini telah meniti usia, mengaku hamba di sisi-Nya? Jika tidak, kita hamba siapa?

Suatu ketika, pabila mana Rasullulah s.a.w melintasi sekumpulan sahabat yang duduk sesama mereka lalu Rasullulah s.a.w bertanya, “ Mengapa kamu semua duduk di sini?” Lalu seorang sahabat menjawab, “ Kami duduk berzikir kerana nikmat Islam yang dikurniakan Allah s.w.t kepada kami.” “ Adakah kamu hanya duduk-duduk berzikir sahaja, tiada hal yang lain?” tanya Rasulullah kepada mereka lagi. Jawapan yang diterima mengiyakan soalan tersebut. Lalu Rasullullah saw menerangkan kepada mereka bahawasanya tidaklah Baginda mencurigai perbuatan sekalian sahabat tersebut melainkan Allah s.w.t membangga-banggakan mereka di hadapan para malaikat.

Alangkah berbahagianya mereka kerana ibadat zikrullah itu diterima Allah dan disampaikan pujian melalui lidah Rasullullah s.a.w sendiri ketika masih hidup di dunia. Itulah antara faedah zikir kepada Allah swt.

Tidakkah kita ingin Allah berasa senang kepada kita, malah lebih daripada itu sebenarnya kita inginkan kerana kecintaan Allah kepada hamba-hambaNya adalah yang teragung, manakan terbanding dengan cinta manusia yang bersifat sementara.



“Ketahuilah dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang” (13:28)

Tidak kira di mana dan apa jua yang dilakukan, ingatilah Allah kerana Allah itu Maha Pemberi, setiap kurniaan berbentuk nikmat malahan azab juga adalah pemberian Allah, bertujuan membawa dekat hati manusia yang menjauh.

Dikurniakan ibadah zikir kepada manusia, agar manusia menggunakannya sedaya mungkin, menjadikan Allah sebagai pusat segala kebajikan, ibadah dan perilaku. Ianya inti yang terbit daripada rasa syukur yang melangit, menyejukkan hati dan sentiasa mengingatkan akan kekerdilan manusia yang hina. Ianya pertolongan daripada Allah dan dengan ketaatan tersebut akan Allah balas dengan kecintaan, suatu yang sungguh mahal dan hanya mereka yang istiqamah dalam menempuh jalan rohani (as-salik) sahaja mampu menggapai makrifah Ilahi ini.

Abu Darda r.a meriwayatkan bahawa baginda Rasulullah s.a.w bertanya kepada para sahabatnya r.a,

“Mahukah aku khabarkan kepada kamu mengenai sebaik-baik amalanmu yang amat suci di sisi ALLAH yang meninggikan darjatmu keperingkat yang tertinggi sekali, yang lebih mulia daripada menafkah emas dan perak (di jalan ALLAH), yang lebih utama daripada menghadapi musuh di tengah-tengah medan jihad, maka kamu tanggalkan lehernya atau mereka menanggalkan lehermu?

Para sahabat berkata bahkan: “Apakah itu Ya Rasulullah?” Sabdanya: ” Zikrullah.”

Kehidupan di dunia yang bersifat sementara ini sewajarnya diisi dengan kelazatan nurani berzikir kepada-Nya. Di setiap desah nafas menyebut nama-Nya, ganjaran pahala laksana gunung pastinya menguntungkan kita di akhirat kelak.

Hadis daripada Muaz bin Jabal r.a. bahawasanya Rasulullah saw bersabda:
“Bahawa penghuni-penghuni syuga setelah tibanya di syurga tidak akan menyesal dan tidak akan berdukacita mengenai suatu apapun kecuali masa yang telah berlalu dalam dunia tanpa zikrullah.”

Bersegeralah kita berzikir pada ketika dan saat ini juga kerana masa yang diibaratkan air yang mengalir, meninggalkan kita yang tidak berusaha menakungnya dengan besarnya takungan taqwa kita terhadap-Nya. Di dunia, jadikan ia takungan ibadat, menuang iman yang bakal menghamparkan salju daripada percikan api neraka di akhirat kelak.

A Letter For You

Assalamualaikum to my fellow sisters and brethrens, who will be one of the occupants in Jannah, insyaAllah. First of all, this is a letter that I composed to all viewers. A letter full of my real thoughts and dwellings, a letter of hope and pain, a letter of almost the truth. So here goes nothing.

Bismillahirrahmanirrahim,

Dear brothers and sisters,

The thing that triggered me to write such a letter is a post, that I read on someone’s blog. It reminded me, well, of about everything. Every single thing that I worked for, every single thing that I fought for. Yes, my story had started long enough, ever since I was back in high school.

2007....

My friend was fasting. I felt excited because I tried fasting too and it’s in the fasting month, yes, I remembered it well. I followed my Muslim friends where I woke up early for sahur and break my fast at Maghrib. I was doing it because I thought it would be fun and why not, since I was dead eager to know how it’s like.

Until one day, still in that month, my Muslim friend told me, though hesitant, something regarding the fact that I’m fasting. It broke my heart and it took me ages to recover and I nearly feel angered. Know what she told me?

“Ko tau tak yang ko puasa ni ko tak dapat pape? Macam kitorang, kitorang dapat pahala, tapi ko dapat lapar je.” To which I retort “Xpela, aku saje je, takkan x boleh?” Though the way she said it seems harsh, but it’s the truth.

And that got me thinking.


I thought about it every single night before I slept, to which I held up the palms of my hand facing my face and hoped silently that Allah hears my prayer, which is “Please Ya Allah, please grant only this, eventhough I’m still not a Muslim, please Ya Allah, please grant this prayer. I really want to be a Muslim. Ease my journey towards becoming a Muslim.”

And afterwards I would cry, because I was really hoping, that somehow, Allah let it easy for me, and grant that prayer.

And Alhamdulillah, now, I AM a Muslim.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.. And I will never stop saying it, because I was really thankful.

The feeling was like, as if someone just saved you from a tragic death, or from drowning. Yes, I was drowning back then. I was flailing my arms desperately, for someone to save me, and Allah did. SubhanAllah...

I was saved, my brothers and sisters, I was saved.

Dear brothers and sisters,

Do you not know how much pain it caused me? How many tears are shed because of this journey I chose? Do you?

It was so difficult for me to trust the right person, because not everyone can understand. I was pained when you left me when I’m in need. I was stressed up when I couldn’t get my iqra’ right. You say, be patient, take it slowly. But if you are in my position, how can I take it slowly?

I need to know everything in a short period of time because once I’m back at home, it’s over. I have to go undercover even with my own family and I couldn’t learn anymore, not live like I do here.

Usrah? That is going to be impossible once I’m back to my family’s side. I felt oppressed enough when I couldn’t wear the hijab and how do you think I would feel when I can’t do the rest??

To this, I have something to say, appreciate your freedom of performing your prayers, cherish your jamaah prayers with your family, value the freedom of wearing the hijab because there are other people who has great difficulty even to say Bismillah in front of their own family.

I felt pity to those who had the knowledge but don’t apply them. I felt sick when I think of them who claimed to be free when they don’t want to abide. It might anger some people when I wrote this, but keep in mind, this is my blog, this is a piece of my mind, and I have been keeping this inside long enough.

I hope, this post might open your eyes on the revelation of the anxiety that feeds on me day by day. You say I’m cruel when I kept this a secret from my parents. Cruel? I’m not doing it to save myself, I just can’t bring myself to hurt them. Hurting them is the last thing that I want to do. Only Allah knows how tempted I am to tell them, each day, but the thing holding me back is the thought of my parents being hurt and sad because of me, their first child and only daughter.

Do you know how much I hate myself for keeping this a secret? And you tell me that I’m heartless and I was being selfish. To calm myself, I kept thinking, only Allah knows, only Allah knows, over and over again.

Offended? Think of how much I was offended first. For those, my true friends, who helped me a lot, who didn’t leave me when I’m in need, who stayed by my side when I’m in my most vulnerable state, thank you for not leaving me all alone.

Ever since I’ve embraced Islam, I never felt this way. This feeling is, how should I say it, is very genuine. It feels like pure love. What I meant is that, I never thought that I could love somebody this way.

Islam taught me that love isn’t only meant to be all that lovey-dovey stuff, but it taught me about ukhuwwah, it taught me about love amongst Muslims, and it helped me a lot.

Ever since I became a Muslim, my relationship with my friends became better, and I’ve opened my eyes to see that there are a lot of people who are willing to help me for the sake of the religion. I’ve never felt this way and plus, my relationship between my family members improved and I was so thankful for that.

I never thought that one day, I would be talking about mundane things with my mum, because before, if I were to call home, our conversation would normally revolve around my academic well-beings, my financial status and all that serious stuff. My family were never like real families. We’re academic-based and my parents were so strict about it.

But now, ever since I learnt that Islam taught us that we should obey our parents, never raise your voice when talking and etc., and I applied it whenever I’m having conversation with my mum and my mum kind of, soften up a little bit and started being buddies with her only daughter, that is me.

I felt so blessed with this gift, that is the journey of being a Muslim. I never met people that love each other, not because of money, not because they’re pretty and all that, but because of Allah, and that amazes me most. I was so overwhelmed with my founding that I felt calm and tranquil.

The thing that I enjoy most of being a Muslimah is that :
1) I get to go to usrah
2) I get to go to “tautan ukhuwwah” programmes
3) I get to wear the hijab and be protected from unauthorized eyes
4) I get to fast and experience the happy sensation of breaking fast afterwards
5) Etc. Etc. Etc.

I love my new life, I love the new me. Yet, somehow, certain people can’t resist of making my life miserable. Well, that’s life. But I have a new target in life now.

Last but never the least, Dear brothers and sisters, especially those who are also in the journey towards Jannah, To those who worked their bones just for Allah, keep it up. It is people like you that inspire the others to follow your lead, eventually.

I have high respect to those who can still take care of themselves, be it physically or mentally, but most importantly, spiritually. With that, let’s all become a professional Muslim and insyaAllah, one day, one of us or more might bring change to this world polluted with secularism, corruption and hedonism.

To end this post, this a special song that I dedicated to all of you... Kembali by Far East..


Ya Allah... Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah,
Terangilah ku dengan nur iman-Mu,
Hanya Engkau tempat aku berserah,
Mohon maghfirah di dalam syahdu...

Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih,
Ampunilah segala dosaku,
Laksana buih di laut memutih,
Hanyut ditelan gelombang nafsu...

Hari-hari yang telah aku lalui,
Inginku tinggalkan terus bersemadi,
Ingin aku, kembali kepada fitrah insani,
Tak sanggupku jelajahi rimba duniawi,
Bebaskanlah diriku dari dibelenggu,
Dosa noda nafsu durjana...

Terimalah taubatku Ya Allah,
Pimpinlah daku ke jalan redhaMu,
Moga sinarMu terangi hidupku,
Di dalam kegelapan...

Aku kan kembali padaMu rabbi,
MenghadapMu Ya Rabbul Izzati,
Segala ketentuanku pasrahkan,
Di hujung penghayatan...

Pelaburan: Proses membina harta

HARTA adalah amanah Allah yang dipinjamkan kepada manusia sebagai wasilah untuk mencapai kehidupan yang diberkati.
Islam mengajar manusia mempunyai pandangan yang betul terhadap harta agar menerusi harta, manusia dapat menikmati bahagia dan bukannya bencana.

Islam memperakui keperluan manusia kepada harta dan kerana itulah harta dipandang mulia di sisi Islam. Malah, Islam menggalakkan umatnya memiliki, menghasil dan menggunakan harta dengan baik dan bijaksana.
Dalam Islam, harta merupakan wasilah untuk manusia menikmati keselesaan hidup, untuk mencapai takwa. Di sebalik itu, Allah juga menganugerahkan harta kepada manusia untuk menguji manusia itu sama ada bersyukur atau sebaliknya.

Ini sebagaimana yang ditegaskan Allah yang bermaksud: Dan ketahuilah bahawa hartamu dan anak-anakmu hanya sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. (al-Munafiqun: 9)
Di samping itu, dengan memiliki harta semata-mata tanpa diurus dan dibangunkan untuk kesejahteraan manusia sejagat adalah bertentangan dengan yang dituntut oleh Islam.
Ini kerana dari satu sudut yang lain, Islam menggariskan agar umat manusia berusaha bersungguh-sungguh untuk membangun dan membina kehidupan yang bahagia dan harmoni. Ia sebagaimana firman Allah yang bermaksud: Dia yang menghidupkan kamu di muka bumi ini dan memerintahkan supaya kamu membangun dan membina kehidupan yang harmoni di atasnya. (Hud: 61)

Manfaat
Malah Islam menyeru agar menjadikan kehidupan ini dapat memberi manfaat kepada orang lain sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang bermaksud, “Sebaik-baik kamu adalah yang paling banyak memberi manfaat”.
Islam sebagai satu cara hidup yang lengkap dan sempurna memerintahkan agar harta dan diuruskan dengan baik dan bijaksana kerana jika sebaliknya harta boleh menyebabkan kemusnahan manusia dan kemurkaan Allah.

Firman-Nya yang bermaksud: Sesungguhnya bagi penduduk Saba' di negeri mereka ada suatu tanda kekuasaan Allah iaitu dua bidang kebun, di sebelah kanan dan di sebelah kiri (dikatakan kepada mereka): Makanlah rezeki Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Inilah) negeri yang baik dan Tuhan yang pengampun. Kemudian mereka menderhaka kepada Allah, lalu kami kirimkan kepada mereka banjir dan kami tukarkan kedua-dua kebun mereka dengan buah-buahan yang pahit dan pohon-pohon yang tidak berbuah. (Saba’: 15-16)
Demikian juga beberapa firman-Nya yang lain seperti dalam surah al Nisaa’ ayat 10 dan surah an-Nisaa’ ayat 161.

Pelaburan adalah salah satu kaedah menghasil dan mengembangkan harta. Dalam ilmu pengurusan harta secara Islam menggariskan, Penghasilan Harta (Wealth Creation) sebagai satu asas permulaan seseorang dalam interaksinya dengan harta.
Tidak dinafikan, harta perlu dicari dan tidak hanya pasrah pada qada dan qadar seperti di dalam firman Allah yang bermaksud: Maka apabila telah ditunaikan sembahyang, bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah kurnia (rezeki) Allah dan ingatlah akan Allah sebanyak-banyaknya, mudah-mudahan kamu menang. (al-Jumuah: 10)
Malah dari sudut yang lain setelah dicari, harta itu perlu pula dikembangkan. Adalah tidak wajar jika harta yang kita ada disimpan begitu saja tanpa mengembangkannya.
Nabi Muhammad SAW dan khulafah Al Rashidin telah melakukan pelaburan dengan mengembangkan harta-harta zakat seperti unta, lembu dan kambing.

Ini memandangkan binatang-binatang tersebut mempunyai potensi yang baik di dalam pembiakan dan perkembangan.
Islam melarang membekukan harta tanpa dimanfaatkannya. Ia hendaklah dikembangkan agar manfaatnya dapat dirasai oleh ramai orang sebagaimana firman Allah dalam surah al-Hasyr ayat 7.
Pengembangan harta boleh dilakukan menerusi pelbagai cara, antaranya menerusi pelaburan di institusi kewangan.

Sebagaimana sunnah yang ditunjukkan oleh nabi Yusuf a.s menerusi firman Allah yang bermaksud: Berkata Yusuf: Kamu bercucuk tanam tujuh tahun, sebagaimana biasa. Seberapa yang telah kamu potong hendaklah kamu simpan bersama tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian datang sesudah itu tujuh tahun kemarau (kelapan), sehingga menelan apa yang telah kamu simpan itu, kecuali sedikit yang kamu simpan (untuk menjadi benih). (Yusuf: 47-48)
Memang Islam menyuruh agar harta dikembang atau dilaburkan, namun bagi mendapatkan keredaan Allah SWT aktiviti pelaburan itu mestilah menepati hukum syarak yang berasaskan kepada al-Quran, al-Sunnah, ijmak, qias dan ijtihad.

Justeru, pelaburan yang diterima dan sah di sisi Islam adalah pelaburan yang menepati prinsip pelaburan daripada perspektif Islam. Di dalam Islam, dua kontrak syariah yang popular berkaitan dengan pelaburan ialah musyarakah dan mudharabah.
Dalam muamalat Islam rukun sesuatu kontrak memainkan peranan yang penting dan ia tidak boleh diabaikan. Jika sesuatu transaksi yang mengaplikasikan kontrak Syariah tidak cukup rukun-rukunnya, maka transaksi itu tidak sah.

Sebagai panduan, di bawah konsep mudharabah dan musyarakah rukun-rukunnya yang wajib ada dan dipenuhi adalah, wang (modal) pelaburan dalam jumlah tepat dan diketahui, pelabur, pengusaha, bisnes yang halal dan kontrak (ijab dan qabul).
Di samping memenuhi dan cukup rukunnya, ia juga perlu memenuhi syarat-syarat seperti nisbah pembahagian keuntungan yang dipersetujui bersama, tiada jaminan modal selamat dan tiada jaminan untung tertentu.

Memang tidak dinafikan, setiap pelabur yang membuat pelaburan mengharapkan keuntungan. Banyak pihak yang terkeliru dalam hal ini khususnya yang berkaitan dengan jaminan keuntungan yang bakal diperolehi oleh pelabur.
Mengelirukan
Lebih mengelirukan apabila pihak yang menawarkan peluang pelaburan tersebut menggunakan nama-nama, istilah atau perkataan Arab yang menampakkan seolah-olah ia adalah pelaburan secara Islam.

Namun apabila diselidiki hanya nama nampak macam pelaburan secara Islam tetapi dari segi mekanisme dan operasinya jauh terpesong daripada kaedah pelaburan secara islam.
Jaminan mendapat keuntungan adalah bercanggah dengan prinsip pelaburan dalam Islam. Ulama Islam sepakat bahawa memberi jaminan untuk mendapat keuntungan daripada pelaburan hukumnya adalah haram kerana ia adalah riba dan bukannya pelaburan.
Islam tidak membenarkan memberi jaminan bahawa pelabur mesti mendapat keuntungan daripada pelaburannya kerana ia bercanggah dengan tabii pelaburan itu sendiri yang tertakluk kepada untung dan rugi.

Ia sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW yang bermaksud: “(Bagi mendapatkan) Keuntungan (hasil pelaburan) mestilah dengan menghadapi risiko (bermakna tiada untung tetap dijanjikan dan pelabur mesti menjamin keelokkan barangan yang dijual jika melibatkan jual beli)”. (riwayat As-Syafie, Ahmad, Ibn Hibban, Abu Daud)
Apa yang dibolehkan dan sebagaimana yang diamalkan oleh industri kewangan Islam adalah sebarang keuntungan, hanya anggaran dan andaian sahaja tanpa membuat sebarang janji bahawa pelabur pasti akan mendapat keuntungan.

Hal ini selari dengan keputusan Majlis Penasihat Syariah AAOIFI yang telah memutuskan bahawa apabila mana-mana pihak menetapkan baginya satu jumlah untung yang tetap dan pasti, maka rosaklah akad pelaburan mudharabah itu.
Di Malaysia, Suruhanjaya Sekuriti (SC) adalah antara badan yang bertanggungjawab dalam mengawal selia hal ehwal pelaburan.
SC dengan dibantu oleh Majlis Pengawasan Syariahnya telah berjaya menyenaraikan sekuriti yang tersenarai di Bursa Malaysia yang mematuhi Syariah.

Berdasarkan Majlis Pengawasan Syariah SC, sesebuah syarikat diklasifikasikan sebagai sekuriti yang tidak patuh syariah sekiranya syarikat menjalankan aktiviti teras yang tidak selaras dengan syariah seperti yang berikut:
(a) Perkhidmatan kewangan yang berteraskan riba (faedah); (b) Perjudian dan pertaruhan; (c) Pengeluaran atau penjualan barangan yang tidak halal atau barangan yang berkaitan; (d) Insurans konvensional; (e) Aktiviti hiburan yang tidak selaras dengan syariah; (f) Pengeluaran atau penjualan barangan yang berasaskan tembakau atau barangan yang berkaitan; (g) Pembrokeran atau jual beli sekuriti tidak patuh syariah; dan (h) Aktiviti lain yang didapati tidak selaras dengan Syariah.

Bagi syarikat yang menjalankan aktiviti bercampur di antara aktiviti yang selaras dan tidak selaras dengan syariah, MPS mempertimbangkan dua kriteria tambahan iaitu: pandangan masyarakat umum tentang imej syarikat berkenaan mestilah baik dan aktiviti teras syarikat mempunyai kepentingan dan maslahah (kebaikan secara umum) kepada umat Islam dan negara manakala unsur yang tidak selaras dengan syariah adalah amat kecil dan melibatkan perkara ‘umum balwa (perkara terlarang yang sukar dielakkan), uruf (amalan kebiasaan) dan hak-hak masyarakat bukan Islam yang diperakui oleh Islam.
Inisiatif SC itu merupakan satu inovasi yang berimpak maksimum kepada umat Islam di Malaysia dimana mereka tidak lagi ragu-ragu dan teragak-agak untuk membuat pelaburan.
Justeru, sebelum melabur kita perlu membuat pertimbangan yang wajar dengan memastikan agar pelaburan yang hendak dibuat tidak melibatkan pelaburan dalam aktiviti perniagaan yang diharamkan oleh syarak.

Tiada jaminan terhadap keuntungan yang tetap, tidak ada unsur gharar (ketidakpastian) atau elemen perjudian, tiada unsur paksaan dalam keputusan membuat pelaburan dan tidak terlibat dalam riba.
Jangan mudah terpedaya dengan janji-janji manis yang menawarkan keuntungan berlipat ganda menerusi pelbagai kaedah kreatif yang menggunakan nama-nama seolah-oleh ia satu pelaburan secara Islam.

Umayiduddin Al-Aqami Dan Tersungkurnya Abbasiyyah

Jika kejatuhan kerajaan Uthmaniyyah didalangi Mustafa Kemal, kejatuhan kerajaan Abbasiyyah pula didalangi oleh lelaki ini.
Siapakah Umayiduddin Muhammad Al-Aqami? Beliau ialah menteri berbangsa Parsi yang berkhidmat untuk khalifah terakhir kerajaan Abbasiyyah, iaitu Khalifah Al-Musta’shim Billah. Beliau ditugaskan menguruskan perbendaharaan negara, umpamanya menguruskan baitulmal, zakat, dan menggaji tentera.

Suatu ketika, berlaku pembunuhan ketua tentera yang bernama Hurnain. Dalam memilih bakal pengganti ketua tentera tersebut, berlaku perbalahan antara menteri-menteri yang berbangsa Turki, Parsi dan Arab. Masing-masing berkeras mahu melantik pengganti dari kalangan kaum yang diwakili mereka. Bagi mengelakkan persengketaan daripada berlarutan, maka Khalifah telah melantik rakan kepada puteranya, iaitu Rukunuddin Ad-Daudar sebagai ketua tentera yang baru.

Rukunuddin Ad-Daudar seorang Arab yang membenci golongan Syiah. Dalam empayar Abbasiyyah, golongan Syiah kebanyakannya berbangsa Parsi. Ketika berlaku rusuhan kaum antara Syiah dan Sunni di Kirkuk, dia telah mengarahkan tentera kerajaan membunuh golongan Syiah. Tentera beliau bukan sahaja membunuh orang-orang Syiah, bahkan merampas harta benda mereka serta melakukan perkosaan ke atas perempuan-perempuan mereka. Apabila berita pembunuhan beramai-ramai golongan Syiah sampai ke telinga Umayiduddin Muhammad Al-Aqami yang merupakan menteri berbangsa Parsi, beliau berasa amat marah lalu mengadukan perkara tersebut kepada khalifah. Namun khalifah menegaskan bahawa pembunuhan itu wajar dilakukan demi menjaga keamanan negara, tanpa menyedari bahawa pembunuhan itu turut melibatkan pembunuhan orang-orang yang tidak berdosa dan perkosaan ke atas kaum wanita.

Meskipun Umayiduddin memiliki bukti, namun beliau tidak dapat berbuat apa-apa memandangkan khalifah terlalu meyakini bahawa Rukunuddin menjalankan tugas tersebut semata-mata demi menyelamatkan negara daripada pemberontakan. Atas rasa tidak puas hati dan dikuasai oleh dendam yang membara, Umayiduddin Muhammad Al-Aqami merancang mahu menjatuhkan khalifah. Beliau pada mulanya bercadang untuk membina pakatan dengan kerajaan Parsi, namun utusan yang dihantar olehnya telah ditahan oleh tentera Monggol dan suratnya kepada kerajaan Parsi telah dirampas oleh mereka. Demi mengelakkan surat tersebut diserahkan oleh orang Monggol kepada khalifah dan seterusnya menyebabkan rancangan belotnya terbongkar, maka dia beralih arah dan bercadang berpakat dengan tentera Monggol. Bagai pucuk dicita ulam mendatang, tentera Monggol sememangnya sedang menanti masa untuk menakluk kota Baghdad. Pada masa itu tentera Monggol di bawah pimpinan Hulagu Khan sedang berkhemah dan melakukan latihan perang di pinggir kota Baghdad. Setelah Umayiduddin Muhammad Al-Aqami berpakat dengan tentera Monggol, maka bermulalah episod pengkhianatannya terhadap Khalifah Al-Musta’shim.


Umayiduddin Muhammad Al-Aqami telah menipu Khalifah dengan mengatakan bahawa perbendaharaan negara tidak cukup untuk menampung gaji tentera dan menyarankan kepada baginda agar memberhentikan 90 000 tentera daripada 100 000 jumlah keseluruhannya. Alasannya lagi, tentera-tentera tersebut kebanyakkannya telah tua. Di sebalik saranan tersebut, Umayiduddin Muhammad Al-Aqami sebenarnya memiliki muslihat tersendiri. Beliau sebenarnya mahu agar tentera-tentera berpengalaman (kebanyakannya dari golongan tua) dilenyapkan dari pasukan tentera, dan beliau juga sebenarnya mahu mengurangkan bilangan tentera. Ini kerana beliau telah bersepakat dengan tentera Monggol untuk melemahkan angkatan tentera Bani Abbasiyyah. Hasilnya, tentera Abbasiyyah yang berjumlah 100 000 pada asalnya hanya tinggal 10 000 orang sahaja, dan kebanyakan anggotanya terdiri daripada golongan muda yang kurang berpengalaman. Khalifah Al-Musta’shim begitu mudah menerima cadangan tersebut kerana Umayiduddin Muhammad Al-Aqami adalah menteri yang paling dipercayainya.

Umayiduddin Muhammad Al-Aqami juga telah melarang Khalifah dari menyiapkan pasukan tentera ketika Baghdad sedang dikepung tentera Monggol. Beliau mahu Khalifah menganjurkan perdamaian antara kerajaan Abbasiyyah dengan orang Monggol. Sedangkan mereka sendiri sudah sedia maklum, tentera Monggol bukanlah manusia yang boleh menerima perdamaian. Pada mereka (tentera Monggol), musuh hanya diberikan dua pilihan sahaja, menyerah atau berperang. Sekiranya musuh memilih untuk berdamai, bererti mereka menyerah diri kepadanya. Oleh itu, perdamaian dengan orang Monggol merupakan perkara yang amat mustahil untuk dilakukan. Namun, oleh kerana Khalifah begitu mempercayai kata-kata Umayiduddin Muhammad Al-Aqami, maka beliau bercadang untuk berdamai. Di sini satu kesilapan yang amat besar telah dilakukan oleh Khalifah Al-Musta’shim Billah. Umayiduddin Muhammad Al-Aqami telah mengaturkan satu pertemuan antara Hulagu Khan dengan Khalifah Abbasiyyah. Dalam pertemuan tersebut, lebih 700 pengiring Khalifah Al-Musta’shim Billah telah dibunuh oleh tentera Monggol. Orang Monggol sememangnya berniat untuk membunuh pengiring Khalifah yang terdiri daripada golongan agama awal-awal lagi, disebabkan itu mereka merancang mengasingkan khemah yang menempatkan Khalifah Al-Musta’shim dengan khemah yang menempatkan para pengiringnya. Setelah semua pengiring dibunuh, Hulagu Khan memberitahu perkara tersebut kepada Khalifah Al-Musta’shim dan memberikan alasan tenteranya membunuh mereka akibat perselisihan faham antara tenteranya dengan mereka. Sebelum Khalifah Al-Musta’shim dilepaskan pulang ke istana, beliau diberi amaran oleh Hulagu Khan agar tidak mengumpulkan bala tenteranya untuk berperang dengan mereka.

Umayiduddin Muhammad Al-Aqami, demi mengelakkan dirinya daripada dicurigai oleh Khalifah Al-Musta’shim, telah berpura-pura kononnya menyelamatkan nyawa khalifah ketika khalifah diugut hukum bunuh oleh Hulagu Khan yang juga berpura-pura ketika Khalifah Al-Musta’shim Billah berada di dalam khemah tersebut. Kesemua ini dirancang dengan rapi oleh Umayiduddin Muhammad Al-Aqami dan Hulagu Khan. Khalifah Al-Musta’shim Billah sering murung selepas kejadian itu. Rakyatnya yang kematian ahli keluarga telah datang ke istana. Mereka mahu Khalifah Al-Musta’shim Billah mengeluarkan perintah memerangi orang Monggol. Mereka mahu menuntut bela di atas kematian ahli keluarga mereka yang telah dibunuh dengan kejam oleh tentera Monggol. Namun Khalifah Al-Musta’shim Billah masih kebingungan dan beliau tidak mampu berbuat apa-apa kerana masih sedih dan terkejut dengan kejadian itu. Tambahan pula, beliau telah diugut sendiri oleh Hulagu Khan agar mendiamkan diri. Dalam hati beliau, Hulagu Khan lebih ditakuti berbanding Allah S.W.T. (sebagaimana kata puteranya Abu Bakar). Ketua tentera Abbasiyyah yang baru beberapa bulan dilantik, iaitu Rukunuddin Ad-Daudar telah banyak kali menggesa Khalifah Al-Musta’shim Billah agar membenarkan beliau mengumpulkan bala tentera untuk memerangi orang Monggol, sejak dari mula beliau dilantik lagi.

Gambar hiasan

Namun gesaan itu tidak diendahkan Khalifah Al-Musta’shim Billah, malah dipandang remeh kerana dipengaruhi oleh Umayiduddin Muhammad Al-Aqami. Namun Rukunuddin Ad-Daudar tidak berdiam diri, lebih-lebih lagi selepas berlakunya peristiwa pembunuhan 700 orang pengiring khalifah itu. Beliau telah mengumpulkan rakyat jelata yang terdiri daripada anak-anak muda yang sanggup berjihad demi Islam. Beliau juga menyebarkan arahan berjihad ke setiap masjid di Baghdad. Akhirnya beliau berjaya mengumpulkan 20 000 tenteranya. Bilangan ini memang jauh lebih sedikit berbanding bilangan tentera Monggol (200 000), namun itu tidak mematahkan semangat mereka. Bilangan mereka yang sedikit itu bukanlah kerana rakyatnya tidak berani dan takut mati. Bahkan seruan jihad itu mendapat sambutan yang amat menggalakkan. Perbuatan Umayiduddin Muhammad Al-Aqami menyuruh khalifah memecat sebahagian besar tentera Abbasiyyah sebelum ini menyebabkan bilangan mereka menjadi amat sedikit, dan kebanyakan ahlinya adalah anak muda yang bersemangat tetapi kurang pengalaman. Tentera-tentera yang telah dipecat oleh Khalifah Al-Musta’shim yang terdiri daripada bangsa Parsi dan Turki pula enggan kembali memberikan khidmat mereka kerana berasa marah dengan Khalifah. Mereka mahu agar khalifah digulingkan. Mereka juga telah pulang ke tanah air masing-masing kerana tidak mahu menjadi mangsa serangan tentera Monggol.

Rukunuddin Ad-Daudar berjaya mendapatkan kebenaran khalifah untuk memerangi tentera Monggol. Itupun selepas Khalifah Al-Musta’shim Billah puas dipujuk oleh puteranya iaitu Abu Bakar. Khalifah sememangnya benar-benar tertekan selepas peristiwa pembunuhan pengiringnya itu, maka beliau pun bercadang menyerahkan isu tersebut kepada Rukunuddin dan bala tenteranya. Rukunuddin telah melancarkan serangan ke atas tentera Monggol. Serangan mereka tidak kurang hebatnya kerana tidak kurang tentera Monggol yang terkorban. Namun disebabkan tentera mereka turut sama terkorban dan bilangan mereka semakin berkurangan, Rukunuddin Ad-Daudar menamatkan serangan (mengambil teladan Khalid Al-Walid R.A. dalam peristiwa di Yarmuk) dan membawa mereka semua lari ke Mesir untuk bergabung dengan tentera Mamalik Mesir dan tentera Berke Khan (orang Monggol yang memeluk Islam).

Mereka kembali berperang dengan tentera Monggol di ‘Ain Jalut di Palestin kira-kira dua tahun kemudian dalam Pertempuran Ain Jalut. Tentera Monggol berasa amat gembira setelah berjaya mengalahkan tentera Rukunuddin Ad-Daudar. Mereka bercadang untuk menakluk Baghdad secepat mungkin. Mereka berasa amat marah kerana ramai tenteranya gugur dibunuh tentera Rukunuddin Ad-Daudar. Sementara itu, rakyat Baghdad berada dalam keadaan bimbang kerana tentera Rukunuddin telah melarikan diri ke Mesir dan tidak ada sesiapa lagi yang mempertahankan kota Baghdad. Namun mereka telah berkumpul dan bercadang untuk berjihad menentang tentera Monggol sehingga ke titisan darah yang terakhir. Oleh itu, mereka telah menyuarakan hasrat mereka itu kepada Khalifah Al-Musta’shim Billah. Mereka benar-benar mahu berjihad mempertahankan agama dan tanah air mereka.

Di waktu ini, Umayiduddin Muhammad Al-Aqami selaku menteri kepercayaan Khalifah Al-Musta’shim Billah, mengeluarkan helahnya sekali lagi. Beliau menyarankan kepada Khalifah Al-Musta’shim Billah agar tidak membenarkan rakyatnya keluar berjihad. Beliau turut menawarkan dirinya untuk berunding dengan tentera Monggol kononnya agar mereka dapat menerima perdamaian. Khalifah Al-Musta’shim Billah sekali lagi berjaya dipengaruhi oleh Umayiduddin Muhammad Al-Aqami. Maka Umayiduddin Muhammad Al-Aqami pun dengan gembiranya keluar bertemu dengan Hulagu Khan. Setelah pulang ke istana, beliau telah memaklumkan kepada Khalifah dengan bahawa Hulagu Khan setuju berdamai dan mahu agar Khalifah Al-Musta’shim Billah mengahwinkan puteranya Abu Bakar dengan puteri Hulagu Khan. Alangkah gembiranya Khalifah Al-Musta’shim Billah mendengarkan berita itu. Tambahan pula Umayiduddin Muhammad Al-Aqami menunjukkan cincin yang diberikan Hulagu Khan sebagai tanda perdamaian. Lalu baginda pun menyuruh rakyat dan pekerja-pekerja istana bergotong-royong menghias kota Baghdad demi menyambut Hulagu Khan dan rombongannya.

Di sebalik semua ini, Umayiduddin Muhammad Al-Aqami sebenarnya telah merancang sesuatu bersama Hulagu Khan. Dalam rancangan tersebut, Hulagu Khan mahu Umayiduddin Muhammad Al-Aqami memastikan bahawa rakyat Baghdad menyambut kedatangan tentera Monggol bukan dengan senjata, tetapi dengan bunga-bunga. Dia mahu menakluk kota Baghdad dengan mudah. Umayiduddin Muhammad Al-Aqami bersetuju dan menerima rancangan tersebut. Sambil melihat rakyat Baghdad sibuk menghias kota, beliau tersenyum sinis. Namun tiada sesiapapun yang dapat menafsirkan apa yang tersembunyi di sebalik senyuman itu.


Pada hari Rabu, 18 Januari 1258, tentera Monggol di bawah pimpinan Hulagu Khan menyerang kota Baghdad. Tentera Monggol datang dengan menunggang kuda mereka dengan laju seperti ombak besar yang datang mengganas. Mereka merempuh rakyat Baghdad yang sedang beratur di tepi jalan-jalan dan lorong-lorong di Baghdad dan membunuh mereka. Khalifah Al-Musta’shim Billah mula menyedari bahawa beliau telah ditipu oleh menterinya sendiri. Abu Bakar bersama seorang adiknya dan tiga orang pemuda lain yang merupakan putera kepada Syeikh Muhyiddin (ulama yang mengajar anak-anak khalifah) , berjihad bermati-matian menentang orang Monggol itu. Ramai orang Monggol yang gugur dipanah dan dipancung oleh mereka. Namun akhirnya mereka dibunuh oleh tentera Monggol tersebut selepas diugut meletakkan senjata. Orang Monggol turut membunuh isteri khalifah dan Syeikh Muhyiddin. Mereka turut membunuh semua pemuda lelaki, kaum ibu, orang tua dan kanak-kanak, dan menangkap anak-anak gadis, termasuk puteri-puteri Khalifah Al-Musta’shim Billah, untuk dihantar sebagai tawanan ke Monggol. Sementara anak kecil Khalifah Al-Musta’shim Billah dipelihara untuk dijadikan salah seorang tentera Monggol suatu hari nanti.

Pemandangan di sekitar kota Baghdad amat mengerikan dan menyayat hati. Kota tersebut dipenuhi dengan mayat-mayat bergelimpangan dan dicemari darah. Kaum lelaki, orang-orang tua dan bayi kesemuanya dibunuh. Kaum wanita diperkosa. Kitab-kitab ilmuwan Islam dibakar dan dicampakkan abunya ke dalam Sungai Tigris (Arab-Dajlah), sehingga air sungai tersebut bertukar hitam. Ada kitab yang disusun untuk dijadikan jambatan menyeberangi sungai tersebut, dan ada pula yang dijual kepada pedagang-pedagang Kristian Eropah, yang turut bersubahat dengan orang Monggol. Orang Eropah bertanggungjawab menghasut orang Monggol supaya membenci orang Islam. Oleh itu, penduduk Baghdad yang beragama Kristian dibiarkan hidup. Kebanyakan orang Islam yang masih selamat sedang bersembunyi di dalam bumbung rumah dan kawasan-kawasan tersembunyi yang lain.
Disebabkan adat orang Monggol yang melarang mereka menumpahkan darah raja, maka Khalifah Al-Musta’shim Billah dibunuh dengan cara dipijak dalam gulungan tikar oleh tentera Monggol. Berakhirlah sebuah kerajaan Islam yang telah bertahan selama lebih dari 500 tahun.

Umayiduddin Muhammad Al-Aqami keluar daripada tempat persembunyiannya. Beliau bertemu Hulagu Khan untuk menuntut janjinya kerana Hulagu Khan telah berjanji untuk melantik beliau sebagai khalifah setelah Khalifah Al-Musta’shim Billah digulingkan. Namun Hulagu Khan enggan menunaikan janjinya dan beliau bercadang untuk tidak membunuh Umayiduddin Muhammad Al-Aqami. Pulanglah Umayiduddin Muhammad Al-Aqami ke rumahnya dengan hampa. Setibanya di rumah, beliau terkejut kerana mendapati keluarganya dibunuh. Tidak syak lagi, keluarga beliau telah dibunuh oleh rakyat Baghdad yang menaruh dendam terhadapnya kerana mengkhianati khalifah. Namun beliau masih terselamat kerana dikawal oleh orang-orang Monggol yang diperintahkan oleh Hulagu Khan. Maka hiduplah beliau seorang diri tanpa keluarga dan pangkat kebesaran, dan terus menerus dibenci oleh rakyatnya sendiri.
Itulah akibat dari perbuatan khianat beliau terhadap negaranya sendiri dan kerana terlalu menurut nafsu dendam terhadap khalifahnya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuh kamu menjadi teman rapat, dengan cara kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita rahsia orang-orang mukmin) dengan sebab hubungan baik dan kasih mesra yang ada di antara kamu dengan mereka, sedang mereka telah kufur ingkar terhadap kebenaran (Islam) yang sampai kepada kamu; mereka pula telah mengeluarkan Rasulullah (s.a.w) dan juga mengeluarkan kamu (dari Tanah Suci Mekah) disebabkan kamu beriman kepada Allah Tuhan kamu. (Janganlah kamu berbuat demikian) jika betul kamu keluar untuk berjihad pada jalanKu dan untuk mencari keredaanKu. (Tidak ada sebarang faedahnya) kamu mengadakan hubungan kasih mesra dengan mereka secara rahsia, sedang Aku amat mengetahui akan apa yang kamu rahsiakan dan apa yang kamu zahirkan. Dan (ingatlah), sesiapa di antara kamu yang melakukan perkara yang demikian, maka sesungguhnya telah sesatlah dia dari jalan yang betul.”
(Al-Mumtahinah: 1)

“Wahai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan munafiq dan bersikap keraslah terhadap mereka.” (At-Taubah: 73)

Pengajaran daripada kisah ini:

a) Bersikap berkecuali dan adil dalam kepimpinan dengan tidak menyebelahi mana-mana pihak.
Salah satu punca kejatuhan Khalifah Al-Musta’shim Billah ialah kerana beliau mudah dipengaruhi orang bawahannya.

b) Menyelidik betul salah tindakan orang bawahan dan tidak membuat keputusan melulu dan bersikap terburu-buru yang akan menimbulkan dendam di kalangan mereka.
Sikap Khalifah Al-Musta’shim Billah yang percaya Rukunuddin Ad-Daudar menjalankan tugas mematahkan pemberontakan dengan baik tanpa menyiasatnya terlebih dahulu, menimbulkan kemarahan Umayiduddin Al-Aqami yang memegang bukti bahawa tentera Rukunuddin Ad-Daudar telah memperkosa penduduk Kirkuk. Umayiduddin Al-Aqami akhirnya menyimpan dendam terhadap khalifah.

c) Tidak mempercayai musuh-musuh Islam dan tidak bekerjasama langsung dengan mereka.
Perbuatan Umayiduddin mempercayai janji-janji manis Hulagu Khan akhirnya memakan diri sendiri. Akhirnya, Hulagu Khan tidak menunaikan janji tersebut dan Umayiduddin Al-Aqami berada dalam kerugian yang nyata.

d) Semangat jihad dan tidak berputus asa meskipun musuh lebih kuat, atau meskipun negara seperti telur berada di hujung tanduk.
Semangat ini ditunjukkan oleh anak-anak Syeikh Muhyiddin dan putera khalifah Abu Bakar ketika orang Monggol menceroboh istana khalifah.

e) Percaya kepada kebolehan diri dan tidak hanya percaya kepada khabar angin sahaja. Rukunuddin Ad-Daudar langsung tidak gentar meskipun tersebar kata-kata yang memberitahu bahawa orang Monggol tidak pernah dikalahkan.

f) Membuat perancangan terbaik dan realistik sebelum melakukan sesuatu.
Rukunuddin Ad-Daudar tidak merancang taktiknya dengan baik. Ini kerana selepas mereka melarikan diri ke Mesir, tidak ada langsung tentera pelapis yang mempertahankan Baghdad. Akibatnya, Baghdad diserang dengan mudah oleh tentera Monggol. Beliau sepatutnya membahagikan tenteranya kepada dua; satu untuk memerangi orang Monggol dan satu lagi untuk mempertahankan Baghdad.

Ar-Rubai mendoakan kebaikan anaknya

AR-RUBAI binti An-Nadhr ialah seorang wanita yang baik. Beliau mempunyai adik-beradik iaitu Anas dan Ummu Hakim. Dia juga mempunyai seorang bapa saudara yang bernama Anas bin Malik. Beliau adalah pembantu kepada Nabi Muhammad.
Ar-Rubai merupakan wanita yang awal memeluk agama Islam. Ar-Rubai berkahwin dengan Suraqah bin al-Haris an-Najjari. Hasil perkahwinan mereka lahir seorang anak lelaki yang diberi nama Harisah.
Ar-Rubai atau dikenali dengan panggilan Ummu Harisah adalah seorang ibu yang pandai mendidik anaknya. Ar-Rubai selalu mendoakan agar anak lelakinya itu menjadi seorang pahlawan Islam yang handal.

"Harisah, sekarang awak sudah besar. Ibu mahu awak ikut Nabi Muhammad dalam siri peperangan," kata Ummu Harisah.
"Ibu, saya belum biasa memegang pedang. Apatah lagi menunggang kuda atau memanah," balas Harisah pula.
"Itu tidak menjadi masalah. Nabi Muhammad boleh menolong awak. Ibu percaya Nabi Muhammad boleh menyelesaikan masalah awak ini," kata Ummu Harisah.
"Baik ibu. Saya akan belajar bersungguh-sungguh teknik dan cara peperangan yang betul," jelas Harisah dengan bersemangat.

Harisah seorang anak yang baik dan taat kepada ibunya. Berkat nasihat dan doa dari ibunya, Harisah akhirnya menjadi seorang pemuda yang gagah berani.
Anaknya itu tidak gentar menghadapi musuh. Bahkan anaknya sering mengharapkan agar dirinya mati syahid di medan perang.
Pada suatu hari Nabi Muhammad berjumpa dengan Harisah lalu bertanya, "apa khabar awak sekarang?"

Lalu Harisah menjawab, "Saya sihat dan sejahtera. Saya kini sudah benar-benar merasakan betapa agungnya nikmat yang Allah berikan kepada saya. Hidup dan mati saya hanya kerana Allah," kata Harisah.
Nabi Muhammad pun berkata lagi, "hati awak kini sudah dipenuhi dengan keimanan kepada Allah".
Harisah bertambah semangat mendengar kata-kata Nabi Muhammad lalu dia menyambung lagi, "wahai Nabi Muhammad tolong doakan semoga saya berjaya mengalahkan musuh di medan perang. Sekiranya saya gugur di medan perang, doakan saya gugur sebagai seorang pahlawan Islam yang syahid".

Nabi Muhammad pun mendoakan semoga Harisah menjadi seorang yang syahid dalam peperangan melawan musuh Islam. Tiba masanya tentera Islam menghadapi musuh di Perang Badar pada tahun 2 Hijrah. Ummu Harisah tidak mahu anaknya melepaskan peluang keemasan itu.
Tenang
"Wahai Harisah, pergilah ikut Nabi Muhammad dan tentera Islam yang lain ke medan perang Badar. Berjuang sehabis-habisan demi menegakkan agama Islam," kata Ummu Harisah kepada anaknya.
"Doakan semoga tentera Islam berjaya di medan perang Badar," kata Harisah sambil berjabat tangan lalu mencium tangan ibunya.

Harisah pun berangkat bersama angkatan tentera Islam ke medan Perang Badar. Perang Badar berlaku kerana umat Islam ingin mempertahankan keselamatan orang Islam. Pihak Quraisy Mekah tidak serik menindas dan mengancam orang Islam Makkah pada masa itu.
Berkat doa Nabi Muhammad akhirnya Harisah mati syahid di medan Perang. Berita kematian anaknya sampai kepadanya. Ummu Harisah menerima berita itu dengan tenang. Dia berdoa semoga anaknya dimasukkan ke syurga.
Ummu Harisah terus berjumpa dengan Nabi Muhammad lalu berkata, "wahai tuan, bagaimana keadaan Harisah. Sekiranya dia kini berada di syurga alangkah gembiranya saya. Tetapi jika sebaliknya saya amat sedih mendengar kematiannya".
Nabi Muhammad tersenyum lebar lalu berkata, "wahai Ummu Harisah, anak awak kini sedang berseronok di syurga Firdaus".

Alangkah gembiranya Ummu Harisah apabila Nabi Muhammad membawa berita itu.
"Alhamdulillah. Cita-cita Harisah untuk mati syahid akhirnya tercapai. Harisah kini bahagia di syurga yang paling tinggi," kata Ummu Harisah sendirian.
Ummu Harisah tidak ketinggalan melaporkan hadis dari Nabi Muhammad. Anak saudaranya yang bernama Anas bin Malik juga turut melaporkan hadis darinya.
Sepanjang hidupnya Ummu Harisah banyak menghabiskan masanya dengan melakukan amal ibadah kepada Allah.

Haji Mabrur Seorang Diri

Ibadah haji dan jihad fii Sabilillah adalah dua amal ibadah yg bernilai tinggi di sisi Allah. Atas dasar itulah, Syeikh Abdullah bin al-Mubarak selalu menunaikan dua hal tersebut, tahun ini naik haji, tahun berikutnya berangkat berjihad, demikianlah secara selang-seling selalu dilakukannya, betapapun sibuk menderanya.
Tibalah saatnya Abdullah bin al-Mubarak berangkat haji. Setelah bekerja keras Abdullah bin Mubarak berhasil mengumpulkan bekal tak kurang 500 dinar wang emas. Dari kediamannya di Hijaz beliau pun berangkat menuju Makkah al Mukarramah.
Pada suatu waktu, setelah selesai menunaikan tahap demi tahap rangkaian ibadah haji, beliau tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit.
“Berapa banyak jamaah yang datang tahun ini?” Tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“600.000,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak dari mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar.
“Apa?” Beliaupun menangis.

“Semua orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?” Fikir Ibnu Mubarak sedih
“Kecuali hanya seorang tukang sepatu di Damsyik yang dipanggil Ali bin Mowaffaq.” Kata malaikat yang pertama.
“Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Bahkan berkat dialah ibadah seluruh jamaah haji ini diterima oleh Allah.” Lanjut malaikat pertama menerangkan.

Ketika Abdullah Ibnu Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Ali bin Muwaffaq itu. Dia telusuri tempat tinggal Muwaffaq sampai beliau temukan. Dan ketika diketuk pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya tentang namanya.
“Assalamu‘alaykum warahmatullahi wabarakatuh!” Sapa Ibnu Mubarak sambil mengetuk pintu.
“Siapakah namamu dan pekerjaan apa yang kau lakukan?” Tanya Ibnu al-Mubarak kepada lelaki yang ditemuinya.

“Aku Ali bin Muwaffaq, penjual sepatu. Siapakah Anda?”
Kepada lelaki itu Ibnu al-Mubarak menerangkan jadi dirinya dan maksud kedatangannya. Setelah tahu siapa yang datang serta maksud dan tujuannya. Tiba-tiba Muwaffaq menangis dan jatuh pengsan.
Ketika sedar, Ibnu Mubarak memohon agar Muwaffaq berkenan untuk menceritakan semua yang dia alami terkait dengan hajinya. Dia mengatakan bahawa selama 40 tahun dia telah rindu untuk melakukan perjalanan haji ini. Untuk itu telah terkumpul dana sebanyak 350 dirham dari hasil berdagang sepatu. Maka tahun ini dia memutuskan untuk pergi ke Mekkah.

Suatu hari isterinya yang sedang hamil mencium aroma sedap makanan yang sedang dimasak tetangga sebelah rumahnhya. Kemudian si isteri memohon kepadanya agar ia dapat mencicipinya sedikit. Lalu Muwaffaq pergi menuju tetangga sebelah, mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya.
Saat Muwaffaq mengutarakan maksud kedatangannya, tetangga itupun mendadak menangis.
“Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa,” katanya.
“Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu.” Terang tetangganya sambil menangis.

Saat mendengar cerita itu hati Muwaffaq serasa terbakar. Maka tabungan yang terkumpul untuk berhaji sebanyak 350 dirham diberikan kepadanya.
“Belanjakan ini untuk anakmu,” kata Muwaffaq.
“Inilah perjalanan hajiku.” kata Muwaffaq dalam hati.
“Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku,” kata Abdullah Ibnu Mubarak selepas menemui Muwaffaq.

“Dan Penguasa kerajaan syurga adalah benar dalam keputusanNya.”
Beliau bernama Abdullah bin al-Mubarak, Abu Abdurrahman al-Marwazy, Maula Bani Hanzhalah. Beliau lahir di salah satu kota yang terdapat di Khurasan yang dikenal dengan nama Marwaz pada tahun 118H /726 M dari rahim seorang ibu keturunan Khawarizmi (Persia) dan ayah yang berkebangsaan Turki. Secara fizikal beliau sangat mirip dengan ayahnya. Beliau wafat pada tahun 181 H/797 M setelah beliau kembali dari berjihad, dan jasad beliau yang mulia dikuburkan di desa Hayyat Bagdad.

Abdullah bin al-Mubarak tumbuh dan besar di Marwaz yang merupakan kota kelahirannya, beliau terdidik di tengah keluarga shaleh yang senantiasa menjaga nilai-nilai keislaman lagi wara’. Pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya beliau belajar pada sebuah sekolah dan menimba ilmu-ilmu dasar disana, maka pada masa itu tampaklah kecerdasan dan kecepatan beliau dalam menghafal sebagaimana persaksian salah seorang teman yang selalu bersamamanya dia berkata: “Ketika kami masih duduk ditaman kanak-kanak akau bersama Ibnu al-Mubarak melewati seseorang yang sedang berkhutbah, dimana khutbah yang disampaikan oleh orang tersebut sangat panjang, setelah khutbah selesai Ibnu al-Mubarak berkata kepadaku: ‘Aku telah menghafalkan seluruh isi khutbah tersebut’. Seseorangyang ada disekitarnya mendengarkan perkataan Ibnu al-Mubarak lalu berkata: ‘kalau memang demikian sampaikanlah khutbah yang baru saja disampaikan oleh khatib tadi!’, kemudian Ibnu al-Mubarak mengulangi isi khutbah tersebut tanpa menambah dan menguranginya”. (aj)

Yang Takkan Berlalu Pergi

Bismillah
Allah Yang Menguasai Perjalanan Langit Dan Bumi.

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya
lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata:
"Tuhanku telah memuliakanku"

Adapun bila Tuhannya mengujinya
lalu membatasi rezekinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku"
[Al Fajr 89:15-16]

Jangan begitu sayang
Allah Tahu Apa Yang Terbaik Untukmu.

Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui
[Al Baqarah 2:216]

...
Akan ada yang datang
Dan akan ada yang berlalu pergi
Manusia itu akan datang dan pergi
Harta benda itu akan datang dan pergi
Kesedihan itu akan datang dan pergi
Masalah itu akan datang dan pergi
...
...
...
Tapi ...

Ada juga yang datang
Dan takkan pernah sesekali berlalu pergi
Siapa?
...
...
...
Allah, sayang.
Allah.

Allah akan tetap di situ
Sekalipun kamu melupakannya.
Allah takkan pernah meninggalkanmu dan takkan pernah berpaling darimu
Allah akan terus memerhatikan.
Ya!
Allah akan terus memerhatikan.
Setiap gerak gerimu,
Setiap ucap kata dari bibirmu,
Pekerjaan yang kamu utamakan melebihi diriNya,
Dan bagaimana kau sandarkan cintamu pada manusia yang belum halal buatmu

Allah ada untuk setiap masa
Kapan sahaja yang kamu mahu
Kembali padaNya ya sayang
Allah sedang menantimu

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
[Al Baqarah: 186]

jangan biar sampai Allah murka pada kita

Nukilan asal : daffodil At-Toriq

Hijrah, ke mana kamu berhijrah wahai ummah?

1431H. Macam-macam orang ucap, itu dan ini. Semuanya seputar azam baru di tahun yang baru. Berniat hendak mejadi lebih baik, berniat untuk mempertingkatkan diri. Tetapi, semua ini hanya akan menjadi seperti debu sahaja, andai ia dilakukan semata-mata kerana melepasi sebuah tahun.

1 Muharram, 1001 azam baru muncul dan wujud.

1 Januari, sekali lagi 1001 azam baru muncul.

Namun, apakah azam-azam ini diiringi dengan perancangan? Atau sebut-sebutan dari omongan? Ke arah mana kita berhijrah hakikatnya?

Menjadi hamba Ilahi Yang Berkuasa, atau hakikatnya berhijrah dalam lingkungan perhambaan di dalam dunia juga?

Ke arah mana?

terjemahannya amal, cita-cita terjemahannya perancangan.

Amat pelik untuk saya, orang-orang berazam tetapi tidak pula merancang cara untuk menggapai azamnya. Begitulah juga manusia-manusia yang sibuk bercakap berkenaan Palestin, tetapi tiada perancangan rapi untuk membebaskannya.

Kita sudah penat dengan omongan kosong.

Dunia tidak akan tertawan hanya dengan bicara. Sebuah negara hanya bisa ditakluk dengan usaha. Bukan usaha semberono, tetapi usaha yang penuh dengan perancangan yang bersungguh-sungguh.

Merancang adalah bukti kita punya matlamat yang jelas. Kita nampak ke mana kita hendak berakhir, apa yang kita mahu, dan apa yang kita hendak gapai, maka kita merancang, langkah demi langkah agar kita mampu mencapai apa yang kita harapkan.

Di sinilah baru berlakunya peningkatan. Kita tahu di mana kita hendak berehat, kita sedar di mana kita kejatuhan, dan kita akan nampak apa yang perlu kita muhasabahkan. Dengan perancangan, apabila kita tiba ke titik-titik tertentu, kita akan mampu menaik secara berkadar terus dengan kehidupan, bukannya turun dan naik dengan mengikut keadaan.

Apakah kita merancang wahai diri yang kini menyatakan 1001 azam?

Dunia bukan untuk bermain-main Dunia ladang akhirat.

Kita semua tahu. Setiap amal baik dan buruk akan dihitung walau sebesar zarah. Kita semua tahu. Maka dengan pengetahuan kita ini, apakah kita menyangka dunia ini boleh kita lalui dengan bermain-main sahaja?

Kita tahu hari ini ummat Islam tertindas, kita sedar hari ini musuh-musuh Allah amat hebat, kita nampak betapa kita hari ini lemah, kita faham betapa jauhnya kita hari ini dengan Allah SWT, maka apakah yang telah kita usahakan?

Adakah cukup dengan kata-kata dan penulisan?

“Salam ma’al hijrah, semoga lebih baik”

“Semoga meningkat”

“Harap tahun ini lebih baik”

Kita sebut dengan kefahaman dan terjemahan amal, atau sekadar mengisi ruang kegembiraan satu sambutan? Kita hakikatnya mahu, setiap perbuatan kita, gerak geri kita memberikan kesan kepada pembangunan ummah. Kita tidak mahu kehidupan yang sia-sia.

Kita tidak hadir ke dunia ini untuk hanya bermain-main sahaja.

Lihatlah ke arah mana mereka berhijrah.

Menelusuri kisah hijrah para sahabat, pasti kita melihat betapa kita merentas tahun hijrah ini hanya dengan bermain-main sahaja.

Hijrah di dalam Islam punya makna yang besar. Bukan merentas tahun, tetapi merentas sahara untuk menyelamatkan iman. Bagaimana pula mereka berhijrah? Adakah dengan segala kemewahan? Tidak.

Suhaib Ar-Rumi RA, seoran hartawan yang terkenal dengan kekayaannya. Awalnya dia berhijrah dengan seluruh hartanya. Di tengah perjalanan, dia berjaya ditahan pihak Musyrikin Makkah. Mereka hendak membawanya pulang, menghalangnya daripada meneruskan hijrah.

Lantas Suhaib Ar-Rumi berkata: “Apakah kalau aku tinggalkan semua hartaku di sini, maka kamu akan membenarkan aku pergi?”

Dan dia meninggalkan seluruh hartanya. Saya ulang, dia meninggalkan seluruh hartanya.

Untuk apa?

Untuk hijrahnya kepada Allah SWT, untuk menyelamatkan keimanannya. Dia sanggup mengorbankan seluruh hartanya. Kerna dia jelas, dia berhijrah ke arah Allah SWT Yang Maha Kaya, Yang Berkuasa Atas Segala-galanya.

Abdurrahman bin Auf, seorang lagi hartawan terkenal. Dia awal-awal lagi bergerak keluar dari Makkah dengan sehelai sepinggang. Langsung tidak membawa hartanya. Sehingga di Madinah terpaksa memulakan perniagaannya daripada aras bawah semula. Begitu juga hartawan lain seperti Abu Bakar, Uthman dan lain-lain yang mengikuti Rasulullah SAW. Rasulullah SAW sendiri bersabung nyawa di dalam peristiwa hijrah ini. Begitu juga Saidina Ali bin Abu Talib RA yang sanggup menggantikan Rasulullah SAW di kamar baginda.

Pernahkah anda tertanya-tanya, atas dasar apakah mereka sanggup berkorban sedemikian rupa?

Kerana mereka benar-benar jelas akan penghijrahan mereka.

Mereka berhijrah kepada Allah SWT.

Keimanan mereka, keyakinan mereka membuatkan mereka sanggup mengorbankan segalanya, asalkan penghijrahan mereka kepada Allah SWT itu berjalan lancar.

“Bahawa sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat, dan bahawa sesungguhnya bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya kerana dunia yang dia mahu mencari habuannya, atau kerana seorang perempuan yang dia mahu kahwininya, maka hijrahnya ke arah perkara yang ditujuinya itu.” Riwayat Bukhari dan Muslim.

Maka, apakah yang telah kita korbankan, andai benar penghijrahan kita kepada Allah SWT?

Atau sebenarnya, hijrah kita bukannya kepada Allah SWT, sebab itu kita tidak mengorbankan apa-apa? Sebab itulah kita tidak merancang apa-apa?

Jika benar, maka kita ini tidak berhijrah sebenarnya.

Penutup: Tiada Lagi Hijrah Selepas Itu, Selain Perjuangan Ke Arah Kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda pada hari pembukaan kota Makkah:

“Tiada lagi Hijrah selepas pembukaan ini kecuali kerana jihad dan niat yang baik, dan sekiranya diperintahkan supaya keluar untuk berjihad dan melaksanakan kebaikan, maka keluarlah” Riwayat Bukhari.

Maka bergeraklah kepada kebaikan, jangan lengah. Bergerak dengan sistematik tanpa boncah. Keraskanlah diri menghadapi segala ujian agar tidak tergoncang. Korbankan apa yang patut dikorbankan, kaut apa yang patut dikaut.

Kenapa kita mesti redha dengan diri kita penuh dosa hari ini? Kenapa kita mesti rasa tidak mengapa dengan kelemahan kita hari ini? Kenapa kita mesti tunduk pada kezaliman dan kehinaan dunia kepada kita hari ini?

Maka bangkitlah, ubah segalanya, bermula dengan diri sendiri.

Jangan sekali mengungkap berubah itu, berubah ini, meningkat itu, meningkat ini, dengan kalam-kalam kosong tanpa perancangan. Kita tidak mahu bermain-main, kita bukan hamba tradisi. Kita hamba Ilahi.

Bergeraklah. Bergerak dengan serius.

Berhijrahlah, berhijrah dengan perancangan dan usaha yang tulus.


Dipetik daripada: Langit Ilahi

Sibuk Isu Khilafiyyah; Bagaimana Masalah Ummah?

PENGENALAN

Sesungguhnya Islam adalah agama penyatuan dan perpaduan bukanlah sebuah agama perpecahan dan pergaduhan. Islam juga adalah agama toleransi dan berkasih sayang bukanlah sebuah agama kekerasan dan kezaliman. Ini dapat kita fahami berdasarkan beberapa dalil di antaranya:

Firman Allah Taala bermaksud:

Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah Taala (agama Islam) dan janganlah kamu bercerai-berai.(Surah ali-Imran: Ayat 103).

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:

Orang yang beriman disatukan dan tiada kebaikkan bagi sesiapa yang tidak bersatu dan yang tidak disatukan.(Riwayat Ahmad).

Kita dapati pada hari ini masyarakat Islam di Malaysia (khususnya) kian berpecah-belah lantaran keghairahan beberapa pihak yang begitu gemar mengadakan perdebatan dan perbahasan isu-isu khilafiyyah secara terbuka. Keadaan menjadi lebih parah kerana golongan awam turut diajak bersama-sama menjadi hakim yang tidak bertauliah tanpa didasari oleh ilmu dan akhlak. Fenomena ini berlaku di mana-mana sahaja lantaran peranan yang dimainkan oleh media massa (televisyen, radio, akhbar, majalah, website, blog dll) merupakan salah satu faktor utama perpecahan dan permusuhan umat Islam di Malaysia kian menjadi-jadi. Mungkin mereka ini terlupa kepada ingatan dan pesanan Allah Taala sepertimana berikut:

Firman Allah Taala bermaksud:

Tolong-menolonglah kamu pada jalan kebajikan dan taqwa dan jangan kamu tolong-menolong pada jalan dosa dan permusuhan(Surah al-Maidah: Ayat 2).

Di dalam kesibukkan dan keghairahan mereka ini menaburkan benih-benih perpecahan dan permusuhan, mungkin juga mereka terlupa bahawa umat Islam pada masa kini kian diambang kehancuran dan kemusnahan. Pelbagai masalah muncul pada setiap ketika tidak kira di mana-mana sahaja, akan tetapi umat Islam terus dilamun kelekaan dan kelalaian. Mereka tetap sibuk dengan isu-isu khilafiyyah! Musuh-musuh Islam terus ketawa dan ketawa-ketawa melihat umat Islam pada waktu ini begitu leka dengan isu khilafiyyah tanpa memperdulikan keadaan umat Islam yang lain. Mereka bertepuk tangan dengan gembiranya di atas kejayaan mereka menyuntik jarum-jarum perpecahan dan permusuhan sesama umat Islam sendiri tanpa perlu menghantar bala tentera walaupun seorang. Kita masih lagi leka dengan isu-isu khilafiyyah?

Berikut saya jelaskan secara ringkas empat isu besar umat Islam (walaupun sebenarnya banyak lagi) yang patut kita ketahui berbanding menyibukkan diri dengan isu-isu khilafiyyah ialah:


1. GEJALA MURTAD DI MALAYSIA

Sejak berakhirnya perang Salib di antara Islam dan Kristian, para pendakyah Kristian di sebelah Barat kelihatan kurang mempedulikan perkembangan Islam di negara-negara Eropah kerana mereka mengetahui bahawa Islam akan mula bangkit dari sbelah Timur. Mereka juga tidak memperdulikan apabila gereja-gereja di Eropah bertukar menjadi masjid-masjid bagi umat Islam. Rancangan hebat mereka lebih tertumpu di sebelah Timur termasuklah di negara kita Malaysia. Negara jiran kita Singapura telah berada di dalam gengaman mereka. Manakala Indonesia pula sudah menampakkan tanda-tanda awal akan turut serta dikuasai oleh Kristian. Sabah dan Sarawak juga sudah hampir-hampir mereka kuasai sepenuhnya. Sekarang adalah giliran masyarakat Islam di Semenanjung Malaysia pula akan menerima para pendakyah agama Kristian.

Firman Allah Taala bermaksud:

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.(Surah al-Baqarah: Ayat 120).

Isu murtad di Malaysia bukanlah suatu isu yang baru kita sedari dan dengari sehari dua, bahkan isu ini pernah mengemparkan umat Islam di Malaysia melalui pendedahan ekseklusif mengenai krisis murtad ini beberapa tahun lalu oleh Mufti Kerajaan Perak. Namun umat Islam sehingga waktu ini masih lagi dibuai mimpi indah bagaikan tiada apa-apa yang perlu dirisaukan berkenaan murtad. Gejala murtad ini bagaikan tidak membawa apa-apa pengertian dan keinsafan kepada umat Islam bahawa Allah Taala sedang mendatangkan balanya. Lebih menyedihkan lagi, isu khilafiyyah juga diutamakan berbanding dengan peranan yang boleh kita mainkan bagi membantu menangani krisis murtad yang kian meruncing dari sehari ke sehari. Umat Islam tetap terus leka dengan isu-isu khilafiyyah yang ditaja oleh segolongan pihak. Apakah peranan dan tugas kita hanya sekadar memerhatikan sahaja murtad kian berleluasa di samping menyibukkan diri dengan isu-isu khilafiyyah?

2. UMAT ISLAM DI PALESTIN

Isu Palentin ini bukanlah berhenti setakat isu perjuangan negara merdeka Palestin dari rejim Yahudi sahaja bahkan isu ini adalah isu umat Islam sejagat. Umat Islam di Palestin diancam dengan kematian dan kemusnahan pada setiap masa dan ketika daripada tentera-tentera Israel. Berita-berita serta gambar-gambar rakyat Palestin yang dibunuh dengan kejam sentiasa diulang-tayang secara visual kepada seluruh rakyat Malaysia. Dengan segala kelemahan dan perpecahan yang berlaku di antara sesama umat Islam, kita hanya mampu melihat dan berlinangan air mata merenung episod demi episod pembunuhan dan penyiksaan rakyat Palestin yang tidak berdosa. Kita tidak mampu berbuat apa-apa!

Seperti di negara-negara Arab yang sentiasa bertelagah dan berpecah-belah, umat Islam di Malaysia juga terlalu sibuk dengan perbahasan serta perdebatan isu-isu khilafiyyah yang membawa kepada berlakunya pergeseran dan pergaduhan sesama sendiri. Perbalahan ini sudah pasti akan melemahkan perpaduan dan kesatuan umat Islam yang amat diperlukan pada ketika ini bagi membantu umat Islam di Palestin. Janganlah kita menjadi punca atau penyebab kepada berlakunya perpecahan dan pergaduhan ini sedangkan isu besar berkenaan umat Islam di Palestin tidak kita pedulikan. Masyarakat terus menjadi leka dan lalai dengan percakapan dan tulisan-tulisan kita. Jika inilah keadaan dan tindakannya, bagaimanakah kita hendak menjawab segala pertanyaan di hadapan Allah Taala nanti?

Firman Allah Taala bermaksud:

Adapun orang-orang kafir sebahagian mereka menjadi pelindung bagi sebahagian yang lain. Jika kamu (wahai orang-orang yang beriman) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah Taala (keteguhan persaudaraan serta kesatuan dan perpaduan sesama orang yang beriman) nescaya akan terjadi kekacauan dimuka bumi dan kerosakkan yang besar.(Surah al-Anfal: Ayat 73).

3. GEJALA SOSIAL DI KALANGAN REMAJA

Masalah gejala sosial di kalangan remaja Islam memang hebat diperbincangkan di mana-mana sahaja termasuklah di Malaysia. Gejala seperti seks bebas, pembuangan bayi, mengedar serta menagih dadah, minun arak, lumba haram, mengugut, black metal dan sebagainya lagi hanyalah sebahagian dari permasalahan sosial di kalangan remaja kita. Masalah ini bukan sahaja berlaku di negara-negara maju seperti Amerika dan United Kingdom, bahkan masalah ini turut melanda negara-negara umat Islam dari dunia ketiga seperti Malaysia. Golongan remaja pada hari ini hidup dengan penuh kebebasan di tengah-tengah dunia kemodenan dan globalisasi. Kebebasan tanpa batasan inilah yang menyebabkan mereka terus hanyut dan leka dengan segala keseronokkan duniawi tanpa memikirkan masa depan umat Islam.

Semua pihak perlu bekerjasama dan berganding bahu bagi membendung masalah gejala sosial di kalangan remaja Islam di Malaysia yang kian meruncing dari sehari ke sehari. Tanggungjawab dan tugas mendidik para remaja Islam mestilah bermula daripada institusi keluarga hinggalah kepada peranan yang wajib dimainkan oleh pihak kerajaan. Jika kita terlalu sibuk dengan isu-isu khilafiyyah dan menyebabkan masyarakat Islam saling menyalahkan diantara satu sama lain, berpecah-belah, tiada sifat kasih-sayang dan sebagainya lagi, bagaimana mungkin kita hendak menghadapi dengan semua ini dengan berkesan? Sibuk dengan isu-isu furuk (cabang-cabang yang berlaku khilaf) fiqh dan aqidah sehingga menyebabkan maruah umat Islam tergadai adalah satu pengkianatan kepada Islam!

Berkata Syeikh Prof Dr Yusof al-Qaradhawi:

Menjadi suatu bentuk pengkhianatan terhadap umat (Islam) pada hari ini dengan membawakan mereka tenggelam di dalam kancah perdebatan masalah-masalah furuk fiqh atau pinggiran aqidah.(Kitab: al-Sahwah al-Islamiyyah Baina al-Ikhtilaf al-Masyruk Wa al-Tafarruq al-Mazmum).

4. KEPERLUAN ILMU PENGETAHUAN TERHADAP UMAT ISLAM

Firman Allah Taala bermaksud:
Allah Taala akan meninggikan (kedudukan) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat.(Surah al-Mujaadilah: Ayat 11).

Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu telah mengangkat martabat sesiapa sahaja yang memilikinya. Sebagai contohnya, sesebuah negara akan menjadi maju dan berkuasa sekiranya negara itu telah menguasai ilmu pengetahuan dunia pada hari ini seperti negara Amerika, United Kingdom dan Jepun. Walaupun kita amatlah membenci negara Amerika yang sentiasa melindungi dan membantu Israel memerangi rakyat Islam di Palestin, namun umat Islam tidak mampu berbuat apa-apa kerana kita tiada ilmu untuk melawan mereka. Negara mereka menguasai bidang persenjataan dan perindustrian sedangkan negara umat Islam pula tidak menguasai mana-mana bidang ilmu bahkan negara-negara Islam sentiasa bergaduh dan berpecah-belah kerana isu-isu remeh. Bukan sahaja di negera-negara Arab, akan tetapi di negara-negara sebelah Nusantara termasuklah di Malaysia juga masih jauh ketinggalan di dalam institusi keilmuan.

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:
Menuntut ilmu itu fardhu ke atas setiap orang Islam.(Riwayat Abu Yaala).

Janganlah kita terlalu menyibukkan diri dengan isu-isu khilafiyyah sedangkan ilmu pengetahuan yang perlu kita kuasai tidak dikuasai sepenuhnya. Bagi mereka yang belajar jurusan agama maka bersungguh-sungguhlah menuntut ilmu agama di samping tidak melupakan juga ilmu akademik. Bagi mereka yang belajar jurusan akademik maka bersungguh-sungguhlah menuntut ilmu akademik di samping tidak melupakan juga ilmu agama. Sebagai seorang pelajar ataupun mahasiswa, inilah salah satu daripada jalan-jalan utama yang dapat kita mampu sumbangkan kepada Islam. Janganlah disebabkan kejahilan kita terhadap ilmu yang patut kita kuasai menyebabkan fitnah dan kehancuran terus menimpa Islam. Manakala sebagai seorang pekerja pula, manfaatkanlah segala ilmu yang ada untuk kepentingan dan kebaikkan umat Islam sejagat.

MEMAHAMI HAKIKAT DAN PENGERTIAN KHILAF

Sesungguhnya perbezaan pendapat dan pandangan dengan kepelbagaian buah fikiran di kalangan masyarakat Islam merupakan salah satu sunnah (hukum alam) yang telah ditetapkan oleh Allah Taala kepada hamba-hambaNya. Jika manusia terus-menerus melaksanakan tanggungjawab yang telah ditaklifkan oleh Allah Taala secara ikhlas maka umat Islam pastilah dapat memagarkan diri masing-masing daripada perselisihan-perselisihan yang boleh merosakkan Islam. Manakala perselisihan-perselisihan yang berlaku namun didasari oleh ilmu dan akhlak sudah pastilah perselisihan-perselsihan itu akan membuahkan hasil yang lumayan kepada khazanah ilmu Islam. Umat Islam akan beroleh rahmat daripada khilaf para ulama. Ini bertepatan dengan sebuah hadis yang menunjukkan bahawa perselisihan di kalangan para ulama adalah rahmat bagi umat Islam sepertimana berikut:

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:

Ikhtilaf umatku adalah rahmat.

(Riwayat Maqdisi, Baihaqi dan Haramain).

Nota: Perbahasan berkenaan taraf hadis ini agak panjang. Saya tidak bercadang untuk menjelaskannya atau memanjangkan tulisan berkaitan taraf hadis ini di sini.

Jika seseorang manusia itu berusaha untuk menyelesaikan perselisihan ini dengan cuba menukar kepelbagaian pendapat dan mazhab kepada satu pendapatnya sahaja maka sudah tentu ia akan mengubah perselisihan tersebut kepada perbalahan dan pertentangan yang sengit. Keadaan ini sudah tentu akan membuka ruang-ruang kepada musuh Islam untuk menyelinap masuk dan mengambil kesempatan dengan kelemahan umat Islam itu untuk kepentingan dan kemaslahatan mereka. Sedangkan Allah Taala telah menyebutkan di dalam al-Quran al-Karim agar umat Islam tidak berpecah-belah dengan perselisiahan-perselisihan yang tidak mendatangkan manfaat kepada umat Islam di antaranya:

Firman Allah Taala bermaksud:
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah bercerai-berai dan berselihan (di dalam agama mereka).
(surah ali-Imran: Ayat 105).

Jika kita dalami dan meneliti secara mendalam serta ikhlas berkaitan dengan perbezaan pendapat di antara imam-imam mazhab, kita akan dapati bahawa semua pendapat yang mereka kemukakan adalah betul bekala. Perbezaan ini berlaku disebabkan oleh kaedah-kaedah yang digunakan bagi mengistinbatkan hukum-hakam adalah berbeza-beza menurut mazhab masing-masing. Di samping itu juga, pemahaman terhadap sesuatu dalil bagi masalah-masalah yang timbul adalah berbeza-beza di antara setiap mujtahid. Jikalau kita sentiasa lazimi membaca dan bertalaqi kitab-kitab fiqh yang membahaskan perincian para ulama terhadap sesuatu hukum-hakam, nescaya kita akan berasa betapa rendah dan hinanya diri kita ini berbanding kehebatan mereka. Mereka benar-benar diberikan petunjuk dan cahaya oleh Allah Taala!

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:
Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Taala akan kebaikkan padanya maka sudah tentulah Allah Taala menjadikannya seorang yang mengerti perihal agama (alim ulama).(Riwayat Ibnu Majah).

Suatu ketika dahulu saya tidak menjangkakan sememangnya wujud segolongan pihak yang sentiasa bersungguh-sungguh menyeru masyarakat awam Islam kepada tidak bermazhab untuk menghapuskan khilaf. Mereka ini membayangkan mazhab-mazhab adalah rekaan para ulama muktabar semata-mata tanpa didasari dalil-dalil yang kukuh. Mungkin juga mereka beranggapan pendapat mereka sahaja yang betul kerana mereka sentiasa menyeru untuk berpegang dengan al-Quran al-Karim dan as-Sunnah S.A.W. sahaja walaupun hakikatnya mereka tidak memahami nas-nas maksum tersebut. Mereka menafsirkan nas-nas secara zahir!

Berkata Imam Jalaluddin al-Sayuti:

Sesungguhnya ikhtilaf (perselisiahan) di antara mazhab-mazhab di dalam agama ini adalah nikmat yang besar dan kurniaan yang hebat. Di sana terdapat hikmah yang hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang berilmu. Manakala orang-orang yang jahil tidak mampu melihatnya. Bahkan aku (Imam al-Sayuti) pernah mendengar sesetengah golongan yang jahil berkata: Nabi S.A.W. datang dengan syariat yang satu, dari manakah datangnya mazhab yang empat?

(Artikel: Jazil al-Mawahib Fi al-Ikhtilaf al-Mazahib).

Untuk maklumat tambahan sila rujuk di sini:

http://buluh.iluvislam.com/?p=66

TERLALU SIBUK MEMBAHASKAN ISU-ISU KHILAFIYYAH

Pada hari ini, telah wujud segolongan pihak yang terlalu sibuk serta amat gemar membahaskan dan memperdebatkan isu-isu khilafiyyah di tengah-tengah masyarakat awam di Malaysia yang majoritinya bermazhab Shafie dengan alasan amalan-amalan yang dilakukan oleh masyarakat Islam di Malaysia tidak bertepatan dengan syarak. Amalan-amalan yang dimaksudkan ini adalah seperti qunut Subuh, zikir berjemaah selepas solat, tahlil, sambutan Nisfu Syaaban, sambutan maulid Rasul S.A.W. dan sebagainya lagi sentiasa dihentam hebat oleh golongan tersebut. Keadaan ini mengundang pelbagai kesan negatif dan berlaku bibit-bibit perpecahan di kalangan umat Islam di atas tindakan mereka yang tidak memahami Fiqh al-Waqi (kefahaman keadaan semasa). Diperbahaskan persoalan-persoalan khilafiyyah yang begitu sarat dengan perselisihan ulama di hadapan masyarakat awam, bahkan ada di antara mereka yang begitu berani mengatakan bidaah, sesat dan kufur hanya sekadar tidak sependapat dengan pandangannya.

Berkata Imam Abu Muhammad Abdullah Qutaibah:

Perbuatan membidaah (pendapat orang lain yang masih bersandarkan hujjah) di dalam agama Allah Taala adalah bidaah!

(Kitab: al-Ikhtilaf Fi al-Lafzi Wa al-Rad Ala al-Jahmiyyah Wa al-Musyabbihah).

Diperbesarkan juga persoalan-persoalan khilafiyyah fiqh dan aqidah sehingga umat Islam terus leka dengan isu-isu ini sampaikan terlupa isu-isu besar yang sedang dihadapi oleh Islam. Musuh-musuh Islam sememangnya menantikan keadaan seperti ini bagi menghancurkan kekuatan umat Islam yang kian rapuh dari sehari ke sehari. Pada saya, golongan yang suka berbahas dan berdebat isu-isu khilafiyyah ini mungkin terpedaya dengan mainan dan suntikkan jarum-jarum syaitan.

Berkata Imam Abi Faraj al-Jauzi ketikamana menegaskan dan menerangkan di antara bentuk mainan syaitan ialah:

Sibuk atau banyak berbahas dan berdebat dengan sangkaan untuk membetulkan dalil hukum serta pengistinbatan syarak yang halus di antara mazhab-mazhab.

(Kitab: Talbis Iblis).

Sila rujuk link ini untuk maklumat tambahan:

http://buluh.iluvislam.com/?p=6

Saya tidak pasti apakah faedah dan manfaatnya bagi golongan yang sibuk dengan perbahasan isu-isu khilafiyyah ini. Untuk mendapat publisiti murahan? Untuk menunjukkan bahawa mereka mempunyai ilmu? Untuk mengatakan orang lain salah dan mereka sahaja yang betul? Persoalan-persoalan ini cuma andaian saya sahaja. Mungkin salah dan mungkin juga betul. Bukanlah saya bermaksud untuk mengatakan tidak boleh membahaskan terus perkara-perkara yang berkaitan dengan khilaf para ulama, namun maksud yang saya ingin sampaikan ialah perbahasan ini tidak kena pada tempatnya. Jika mereka benar-benar inginkan perbahasan seumpama ini, silalah belajar ilmu agama secara bersungguh-sungguh mengikut urutan dan disiplin tanpa mengenal erti penat dan jemu daripada lidah-lidah alim ulama. Bila sudah sampai masanya maka perbahaskanlah perselisihan para ulama ini dengan ilmu dan akhlak yang terpuji. Masalahnya sekarang ini ialah sesetengah umat Islam terutamanya golongan remaja yang inginkan ilmu agama secara jalan pintas lantas mereka menjadikan buku-buku sebagai guru.

Berkata Syeikh Prof Dr Yusof al-Qaradhawi:

Sesungguhnya ramai di kalangan golongan muda pada zaman sekarang yang hanya membaca beberapa kitab terutamanya di dalam ilmu hadis. Lantas merasakan mereka sudah pakar di dalam ilmu padahal mereka belum pun mengecapi permulaannya. Mendakwa mereka mampu berijtihad di dalam urusan agama, di dalam masa yang sama ilmu Bahasa Arab serta komponen-komponennya serta nahu dan saraf tunggang langgang. Seandainya anda menyoal mereka supaya irab sebaris ayat, mereka tidak mampu menjawabnya dengan baik. Mereka juga tidak mempelajari usul fiqh! Hanya meneka-neka sebarang dugaan kononnya mengetahui akan sebarang permasalahan. Hal ini menyebabkan mereka tidak mahir dengan ilmu fiqh apatah lagi untuk menyelami lautan perbahasan yang luas yang akan menjadikan mereka lebih mahir dan berkemampuan untuk memahami dengan baik. Sesungguhnya mereka ini sepertimana kata Imam Zahabi: Teringin untuk terbang tetapi tiada bulu.

(Kitab: al-Sahwah al-Islamiyyah Min al-Murahaqah Ila al-Rusyd).


MENGUTAMAKAN PERPADUAN DAN KESATUAN

Pada pendapat saya, perpaduan dan kesatuan umat Islam adalah lebih utama dan dilihat sebagai kefardhuan berbanding dengan isu-isu khilafiyyah. Isu-isu khilafiyyah pula kebanyakkannya hanyalah berlegar di sekitar perkara-perkara sunat dan makruh mengikut pandangan seseorang ulama itu. Jadi bagaimanakah kita hendak menghadapi perkara-perkara khilaf ini? Perkara ini selalu saya ulangi pada setiap kali tulisan saya yang terdapat khilaf di antara para ulama. Namun masih ada segelintir golongan masih tidak berlapang dada atau menerima nasihat ini dengan hati yang terbuka. Jadi di sini saya akan mengingatkan semula perkara ini agar kesatuan dan keharmonian umat Islam terus terjaga.

Berkata Imam Jalaluddin al-Sayuti sepertimana Kaedah Fiqhiyyah berikut:

Tidak boleh dibantah sesuatu hukum yang berlaku khilaf di kalangan fuqaha. Hanya yang boleh dibantah ialah perkara mungkar yang disepakati oleh para ulama di atas pengharamannya.

(Kitab: al-Asybah Wa al-Nazair Fi Qawaid Wa Furu Fiqh al-Syafiiyah).

Maksud kaedah ini (di atas) secara lebih jelasnya ialah kita tidak boleh menafikan, membantah atau menuduh orang lain adalah tidak betul atau salah kepada sesiapa sahaja yang memilih salah satu pendapat di dalam perkara yang berlaku perselisihan pendapat ulama padanya. Malangnya jika dilihat fenomena hari ini terdapat segelintir golongan yang menyanggah dan menyalahi kaedah ini lantas menyalahkan orang lain yang tidak sependapat dengannya. Malah mereka hanya menyeru orang lain supaya memahami dan menerima pendapat mereka sahaja sedangkan mereka tidak melihat terlebih dahulu keadaan tempat dan suasana pada ketika itu (Fiqh al-Waqi). Inilah di antara masalah terbesar yang menimbulkan pelbagai kesan negatif kepada umat Islam di Malaysia khususnya semenjak sekian lama.

Zaman sekarang adalah zaman perpaduan dan kesatuan, bukan zaman perpecahan dan pergaduhan. Zaman sekarang adalah zaman persaudaraan dan persepakatan, bukan zaman pergaduhan dan persengketaan. Bagaimanakah umat Islam akan berjaya melawan musuh-musuh Islam jikalau kita lemah? Usaha untuk memecahbelahkan perpaduan dan kesatuan umat Islam sebenarnya adalah rancangan jahat golongan kuffar terutamanya Yahudi dan Nasrani. Umat Islam yang sayangkan agama Islam mestilah sedar dan tidak leka daripada segala bentuk mainan dan tektik kotor mereka. Jika kita yang menyebabkan berlakunya perpecahan dan persengketaan di kalangan umat Islam maka kitalah agen-egen kuffar!

KESIMPULAN

Terlalu sibuk dengan perbahasan dan perdebatan isu-isu khilafiyyah bukanlah suatu tindakan yang bijak bagi umat Islam pada waktu kini. Tindakan ini lebih menjurus kepada perpecahan dan pergaduhan hasil daripada mainan licik syaitan dan rancangan kotor kuffar. Pendebatan yang tidak mendatangkan manfaat dan kredit terhadap umat Islam adalah suatu penyakit yang boleh membawa kerosakkan kepada Islam.

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud:

Tiada Allah Taala menyesatkan sesuatu kaum setelah diberikan hidayah melainkan Dia akan mendatangkan penyakit suka berdebat.

(Riwayat Ahmad dan Tarmizi).

Para mufti, alim ulama, para pendakwah dan ustaz-ustaz yang sepatutnya boleh memberikan tumpuan yang lebih serius terhadap perkara yang lebih besar sekitar masalah-masalah umat terpaksa menghabiskan masa yang banyak semata-mata untuk menerangkan isu-isu khilafiyyah ini kapada masyarakat Islam. Saya melihat keadaan ini amatlah merugikan ruang masa dan tenaga para ilmuan tersebut. Pada akhirnya, saya amat berharap semoga kita sama-sama menjadi umat Islam yang memahami isu ini dengan sebaiknya. InsyaAllah.

Berkata Syeikh Prof Dr Yusof al-Qaradhawi:

Sesungguhnya jika Allah Taala mengkehendaki sesuatu umat akan kejahatan maka Dia akan menurunkan penyakit suka berdebat yang menyebabkan mereka tidak bekerja. Dimaksudkan di sini adalah pendebatan yang hanya membincangkan permasalahan-permasalahan sejarah lampau, kajian yang beku ataupun maslah khilafiyyah yang terjadi secara tabiatnya.

(Kitab: Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah).



Ustaz Buluh* adalah nama pena bagi Ustaz Muhammad Rashidi Abdul Wahab. Beliau merupakan salah seorang moderator agama iluvislam.com. Lulusan Universiti Al-Azhar dalam bidang Usuluddin & Dakwah.

Nota Hati Seorang Isteri

Nabi s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Sebaik-baik kamu adalah kamu yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling berbuat baik untuk keluargaku!”
(Hadith Riwayat Tirmidzi)

Berbuat baiklah kepada setiap insan dan sesama manusia tidak kiralah siapa kita dan ianya sepatutnya dilatih seawal peringkat institusi keluarga lagi. Di dalam setiap kualiti yang boleh diukur pada jati diri seorang muslim, manusia yang dianggap terbaik oleh seorang Nabi, utusan Allah, adalah manusia mukmin yang berlaku baik kepada keluarganya.

Kebaikan adalah lawan setiap kejahatan, keburukan, atau kekurangan. Baik dalam erti kata sabar, ikhlas dan redha dalam menangani segala masalah atau dugaan yang mendatang dalam melayari kehidupan yang fana ini.

Setiap perkara yang terjadi di dalam kehidupan ini adalah atas ketentuan-Nya bagi menguji kesabaran dan keikhlasan kita kepada tujuan hidup utama sebelum mati. Mati bererti berhenti, berhenti dari menikmati dan mengecapi kehidupan sebagai hamba-Nya yang sentiasa diuji.

Manusia yang sekeras batu pun hatinya, pasti akan lentur lembut dengan kebaikan. Batu yang mengalir padanya air walaupun setitis demi setitis akan terhakis sedikit demi sedikit sifat kerasnya. Jangan batu dibalas batu, nanti berkecai jadinya. Sebaliknya yang harus ada adalah sifat sabar.

Isteri dan anak adalah amanah yang harus dipelihara dengan baik. Kesilapan dan kekurangan mereka hendaklah dipantau. Hubungan yang kukuh di antara imam dan makmum membolehkan proses membetulkan antara satu sama lain dilakukan dengan baik oleh imam. Begitulah perihalnya dengan bapa atau suami dengan isteri dan anaknya.

Mulakan kewajipan membetul itu dengan membina hubungan terlebih dahulu. Sebagaimana jemaah menolak untuk dipimpin oleh imam yang dibenci, begitu jugalah isteri dan anak akan menolak nasihat dari seorang lelaki ‘asing’ bernama suami dan ayah.

PERANAN SUAMI DAN ISTERI

Tugas mendidik, mengurus rumahtangga, dan menyiapkan rohani anak-anak bukan sahaja terletak pada bahu si isteri sahaja, tetapi suami yang lebih daya kekuatan berbanding perempuan. Ramai lelaki terlepas pandang perkara ini kerana alasan sibuk.

Bila kita tengok zaman sebelum 70-an atau 80-an, memang kebanyakan wanita adalah suri rumah sepenuh masa. Kaum lelaki merupakan satu-satunya sumber kewangan keluarga. Masa itu mungkin susah benar untuk kita hendak mendengar suami menolong membuat kerja rumah apatah lagi untuk ke dapur.

Namun keadaan telah berubah di atas faktor pendidikan, sosio-ekonomi dan politik, wanita telah terjun ke bidang pekerjaan masing-masing. Malah ada di antara mereka yang menerajui sumber kewangan keluarga. Namun begitu, wanita tetap setia dengan kerja rumah dan dapur. Para suami masih lagi dianggap sebagai membantu isteri di rumah dan bukannya isteri yang membantu suami.

Adakah memang fitrah wanita itu dijadikan untuk menguruskan rumah, memasak, menyidai kain dan sebagainya? Manakala lelaki pula hanya diciptakan untuk bekerja atau cari nafkah keluarga semata-mata?

Dari zaman Nabawiyah lagi wanita sudah menjadi usahawan yang berjaya, berperang bersama lelaki di medan perang dan menjadi ahli ilmu dan periwayat hadith. Oleh itu, tidak tepat untuk mengatakan kaum Hawa telah berevolusi untuk mampu melakukan apa yang tidak mampu dilakukan sebelum ini. Soal kemampuan dan pencapaian wanita dalam masyarakat harus dilihat dan dibincangkan berdasarkan latar masa dan sejarah masyarakat ketika itu.

Dalam konteks di Malaysia, bukankah dari dulu lagi lelaki dan wanita sudah bekerja bersama-sama di sawah padi dan bendang. Ibu-ibu juga menjadi pendidik dengan mengajar anak-anak agama dan mengaji. Semua ini sesuai dengan keadaan sosio-ekonomi masyarakat waktu dahulu berdasarkan pertanian dan unit-unit sosial yang tertumpu di kampung dan luar bandar.

Tidak timbul polemik pada zaman itu tentang wanita yang merasakan hidup mereka ditekan dan peluang untuk mengembangkan potensi diri mereka disekat. Struktur sosial yang sedia ada cukup mencapai tujuan sosial dan permintaan ekonomi waktu itu.

Zaman telah berubah, dan wanita hari ini memainkan peranan yang berbeza dalam sebuah negara yang demokratik dan mengamalkan sistem ekonomi kapitalis. Seharusnya tidak timbul masalah tentang penyertaan wanita dalam kemajuan masyarakat kerana hak-hak mereka dalam pendidikan, pemilikan harta dan hak di sisi undang-undang semuanya dijamin dan dipertahankan oleh Islam.

Masalah dan polemik yang timbul selalunya berkisar tentang sejauh mana penyertaan wanita dalam ekonomi memberi kesan kepada keluarga dan anak-anak, bagaimana wanita membahagikan masa antara kerjaya dan anak-anak di rumah, dan sebagainya. Terpulang kepada wanita itu untuk mencari jawapan kepada persoalan-persoalan ini.


Sumber:www.puteraazhari.blogspot.com