BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Tuesday, 22 December 2009

Nasihat dari jabal rumat

“Uhud jabalun uhibbuna wa uhibbuhu”, bukit Uhud mencintai kami dan kami mencintainya. Demikian suatu ketika Rasulullah saw bersabda tentang bukit Uhud. Tanah, pasir dan bebatuan adalah saksi terhadap peristiwa besar salam sejarah umat ini. Saat perlawanan peperangan begitu hebatnya. Ketika Rasulullah saw, menjadi sasaran pembunuhan dengan lemparan tombak dan panah. Dan seketika, beberapa sahabat berguguran bersimbah darah kerana menjadikan tubuhnya benteng hidup terhadap sang Nabi yang mereka cintai.

Salah satu lokasi di sekitar gunung Uhud, ada yang disebut Jabal Rumat. Sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi dan merupakan bukit yg ditunjuk Rasulullah saw sebagai tempat pasukan pemanah dalam peperangan Uhud. Jabal Rumat adalah tempat penting, kerana di sanalah 50 pasukan permanah Islam bersiap membantu serangan, sehingga pasukan Islam menang pada tahap awal. Tapi dari sana pula kunci kekalahan pasukan Islam pada tahap kedua, ketika para pemanah itu tergoda lalu turun gunung, berburu nikmat harta rampasan perang, yg sengaja ditinggalkan pasukan kafir. Dan kerana itulah, pasukan Islam kemudian dikalahkan oleh counter-attack pasukan pimpinan Khalid bin Walid.

Ikhwati fillah,
Terbangkanlah bayangan kita ke ratusan tahun silam. Renungkanlah kembali bagaimana keadaan yg terjadi di tempat itu. Jabal Rumat kini masih terpelihara keberadaannya, dan membawa kenangan kita pada peristiwa mencekam itu. Jabal Rumat seperti masih menyisakan rintihan luka yg pernah disaksikannya. Saat di mana kaki bukit dinaiki para sahabat mulia yg pemberani yg ditugaskan melindungi pasukan tauhid dari serangan musuh, namun mereka tergoda oleh kemilau harta.

Ikhwati fillah,
Kita tidak ingin bicara detail peperangan yg sebahgian kita mungkin sudah sering mebacanya. Tapi cubalah merenungi salah satu firman Allah awt yg membicarakan peperangan ini, slam surah Ali Imran ayat 165 ”Awalamma ashabatkum musibatun qod ashabtum mistslaiha, qultum anna haadza. Qud huwa min indi anfusikum.” Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud) padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali ganda kepada musuhmu (pada perang badar), kamu berkata: ”Dari mana datangnya kekalahan ini?” Katakanlah: ”Itu kesalahan dari dirimu sendiri.”
Ayat mulia ini merupakan sebahagian dari surat makkiyah yg melukiskan bagaimana rasa sakit yg diderita kaum Muslimin dalam peristiwa Uhud. Ayat ini diturunkan utk menyedarkan barisan kaum Muslimin setelah pembelotan pasukan memanah yg diamanahkan Rasulullah saw berjaga di Jabal Rumat. Mereka turun dari bukit untuk berlumba mengambil ghanimah harta benda peperangan yg ditinggal musuh. Mereka tinggalkan benteng pemanah itu yg kemudian diambil alih oleh musuh-musuh Allah. Benteng yg kosong dan dikuasai para kafir itu kemudian benar-benar boleh membalik suasana peperangan 180 darjah. Umat Islam yg nyaris memenangkan peperangan berubah menjadi pihak yg terburai kekuatannya kerana mendapat serangan yg tidak diduga akibat benteng pertahanan mereka yg sudah dikuasai musuh.

Renunglah saudaraku,
Bagaimana dalamnya ayat Allah ini ditujukan kepada para pejuang Islam kala itu. Secara tegas dan terang begitu jelas Allah swt menunjukkan dari mana musibah itu terjadi. ”Qul huwa min indi anfusikum,” katakanlah itu adalah kerana sikap kamu sendiri. Dari ayat ini, seorang salafu soleh Umar bin Ubaid, menegaskan bagaimana pentingnya kita berfikir dan mengkoreksi diri. ”Menutup-nutupi kesalahan dengan alasan masalah umum, membiarkan suatu keadaan yg tidak baik dengan alasan penyelesaian secara agama boleh mengakibatkan kekacauan dan perpecahan, itu sangat berbahaya dan justeru membawa kerosakan yg parah.” (Harakah Diniyah wa Hiwar mina Ad Dakhil, hal. 6)

Ikhwati fillah,
Peristiwa di Jabat Rumat adalah peristiwa yg meninggalkan kenangan pahit bagi pasukan Islam. Sampaikan salah satu sahabat Rasulullah saw, Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu mengeluh perlahan. ”Sungguh semula aku tidak mengira ada salah seorang sahabat Rsulullah saw yg menginginkan dunia, hingga turunlah firman Allah swt, ”Minkum man yuriidu duniya wa minkum man yiriidul aakhirah.” Di antara kalian ada yang menginginkan dunia dan di antara kalian ada yg menghendaki akhirat.
Ghanimah. Harta yg banyak diwaspadai oleh Rasulullah saw. Harta yg ternyata mampu menggoda dan menggetarkan sendi-sendi kekuatan barisan Muslimin yg nyaris memperoleh kemenangan. Harta yg terbukti boleh membalikkan keadaan dari kemenangan menjadi kekalahan dan kesedihan. Harta ternyata mampu merubah skala prioriti dalam mata para pejuang Islam lalu mengubah kondisi menjadi kedukaan.

Saudaraku,
Lemparkanlah pandangan kita ke Jabal Rumat. Hari ini, Jabal Rumat masih terus menerus mengingatkan kita untuk berhati-hati dengan rayuan dan godaan dunia. Ia seperti menyuarakan pesan kepada pejuang dakwah, ”Hati-hatilah dengan dunia yg telah membinasakan para pejuang sebelum kalian.”
Kita memerlukan orang-orang yg rindu pada pengorbanan dan sanggup menghadapi tipuan kemilau harta dunia. Sebagaimana Mus’ab bin Umar radhiallu anhu yg meninggalkan dunia setelah ia bertekad mengimani tauhid sengan sepenuh hati. Mus’ab bin Umar yg semula merupakan pemuda yg sangat erat dengan pola hidup mewah, tapi ia mati di medan uhud sementara tidak ada kain yg boleh menutupi seluruh tubuhnya. Betapa kecil dunia di matamu wahai Mush’ab bin Umair.

Saudaraku,
Jabal Rumat adalah nasihat untuk kita.

0 comments: