BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Saturday, 3 April 2010

Menyingkap Sisi Kemulian Wanita Muslimah

Seorang wanita muslimah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam dan pengaruh yang begitu besar di dalam kehidupan setiap Muslim. Dialah sekolah pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika ia berjalan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena berpegang teguh kepada kedua sumber itu dapat menjauhkan setiap Muslim laki-laki dan wanita dari kesesatan di dalam segala sesuatu.

Kesesatan bangsa-bangsa dan penyimpangannya tidak akan terjadi kecuali karena mereka menjauh dari ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ajaran yang diajarkan oleh para nabi dan rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits:
“Aku tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya”. (Diriwayatkan Imam Malik di dalam Kitab Al-Muwaththa’)
Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menunjukkan betapa pentingnya kaum wanita sebagai ibu, sebagai istri, sebagai saudara dan sebagai anak. Mereka juga mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban, sedangkan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berfungsi menjelaskannya secara detail.

Pentingnya peran seorang wanita itu tampak di dalam beban tanggung jawab yang harus diembannya dan perjuangan berat yang harus ia pikul yang pada sebagiannya melebihi beban tanggung jawab yang dipikul kaum pria. Maka dari itu, di antara kewajiban terpenting kita adalah berterima kasih kepada ibu kita, berbakti kepadanya dan mempergaulinya dengan baik. Dalam hal ini ia harus lebih diutamakan dari pada ayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kamu kembali” (Luqman: 14)

Juga firmannya:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan” (Al-Ahqaf: 15)
Pernah diriwayatkan ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: “Ya Rasulullah, siapa manusia yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?” Jawab Nabi, “Ibumu” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawab beliau, “Ibumu”, Ia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi ?” Beliau jawab “Ayahmu”. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari)

Makna yang terkandung di dalam hadits ini adalah bahwa ibu harus mendapat tiga kali lipat perbuatan baik dari anaknya dibandingkan bapak.
Kedudukan seorang istri dan pengaruhnya terhadap jiwa laki-laki juga telah dijelaskan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang” (Ar-Rum: 21)
Ibnu Katsir seorang ahli sejarah dan tafsir, di dalam menjelaskan tafsirnya tentang “mawadah wa rahmah” mengatakan: Mawaddah adalah rasa cinta dan Rahmah adalah rasa kasih sayang, karena sesungguhnya seorang laki-laki hidup bersama istrinya adalah karena cinta kepadanya atau karena kasih dan sayang kepadanya, agar mendapat anak keturunan darinya.
Sesungguhnya kalau kita mau mencermati, telah ada pelajaran yang sangat berharga dari seorang wanita mulia, Khadijah Radhiyallahu ‘anha. Dimana beliau mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentramkan rasa takut yang dialami Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Jibril turun kepadanya dengan membawa wahyu di goa Hira’ untuk pertama kalinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada Khadijah dalam keadaan seluruh persendiannya gemetar, seraya bersabda:
“Selimuti aku! Selimuti aku! Sungguh aku mengkhawatirkan diriku” Maka Khadijah berkata: “Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan membuatmu menjadi hina sama sekali, karena engkau selalu menjalin hubungan silaturahmi, menanggung beban, memberikan bantuan kepada orang yang tak punya, memuliakan tamu dan memberikan pertolongan kepada orang yang berada di pihak yang benar” (Muttafaq Alaih)
Kita juga tidak lupa peran ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha dimana para tokoh sahabat Nabi banyak mengambil hadits-hadits dari beliau, dan begitu pula kaum wanita banyak belajar kepadanya tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan mereka.
Tidak diragukan lagi bahwa ibu kita pun, mempunyai peran yang sangat besar dan pengaruh yang sangat dalam bagi diri kita, mulai dari ketika beliau bertaruh nyawa untuk melahirkan kita, susahnya ketika beliau mengasuh kita, hingga peran beliau di dalam memberikan dorongan kepada kita untuk giat belajar dalam menuntut ilmu. Semoga Allah melipatgandakan pahalanya dan memberinya balasan yang terbaik atas jasanya kepada kita.

Dan hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa rumah tangga yang dihiasi dengan penuh rasa kasih sayang, rasa cinta, keramahan dan pendidikan yang Islami akan berpengaruh terhadap suami. Ia akan selalu beruntung, dengan izin Allah, di dalam segala urusannya dan berhasil di dalam segala usaha yang dilakukannya.
Tapi siapakah wanita-wanita yang semulia ini sekarang? Masih adakah generasi mereka di dunia ini? Mari kita tanyakan pada diri kita pribadi. Yang perlu kita ingat, bahwa kemuliaan itu tidak akan didapat kecuali dengan kita berjalan mengikuti apa-apa yang diperintahkan Allah dan Rasulnya.
Hanya kepada Allah jualah kita memohon agar membimbing kita semua ke jalan yang Dia cintai dan Dia ridhai. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 09 Maret 2008

0 comments: